Real Madrid 0-3 Barcelona: Sebuah Momen yang Menentukan Hasil Akhir

Menjamu Barcelona di Santiago Bernabeu, Sergio Ramos dan kawan-kawan harus rela dihancurkan oleh rival abadi mereka dengan skor 0-3. Sebuah gegenpressing yang gagal di sepertiga awal El Barca, mengubah arah, memberikan gol pertama bagi tim tamu, dan menjadi penentu hasil akhir.

4-4-2 kontra 4-4-2

Real memainkan Dani Carvajal, Raphael Varane, Sergio Ramos, dan Marcelo sebagai 4 bek di depan Keylor Navas. Di lini tengah, Mateo Kovacic bermain sebagai gelandang tengah yang berpatroli di sekitar pos 6, 8 dan 10, baik di koridor tengah maupun half space. Di sisi kanan dan kiri, Zinedine Zidane memainkan Luka Modric dan Toni Kroos.

Di depan, duet Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema sering berperan sebagai penyerang yang banyak bergerak ke sayap untuk kemudian masuk ke dalam kotak penalti El Barca.

Dari Barcelona, Ernesto Valverde pun memainkan pola dasar berbasiskan 4 bek yang terdiri dari si brilian Sergi Roberto di kanan dan bek kiri kaya pengalaman, Jordi Alba, mengapit duet Gerard Pique dan Thomas Vermaelen.

Di tengah, Sergio Busquets ditemani Ivan Rakitic yang diapit oleh Paulinho di kanan, yang juga sering berperan sebagai nomor 9 sekunder, dan Andres Iniesta di kiri. Di depan, Lionel Messi yang bermain bebas di sekitar pos penyerang dan gelandang diduetkan dengan Luis Suarez.

Real kontra Barcelona babak pertama.

 

Fokus sayap ala Real

Secara struktur, formasi Real ketika membangun serangan (build up) dari belakang nyaris sama dengan musim lalu, yaitu pola 2-3-1-4. Duet Ramos-Varane di belakang (2); trio Modric-Casemiro-Kroos (3) di tengah; Kovacic memosisikan diri di antara lini tengah dan lini serang; dua bek sayap di sisi terluar; dan duet Ronaldo-Benzema di sekitar area tengah dan half space.

Di half space kiri di sepertiga awal, Kovacic bergantian dengan Kroos menjemput bola dari lini belakang. Bahkan, karena bebasnya pertukaran posisi di antara para gelandang Real yang menyebabkan Casemiro sering ditemukan berada di pos nomor 10, adalah Kovacic dan Kroos yang mengisi lini ‘3’ dalam bangunan serangan El Real dari sepertiga awal.

Dan struktur build up Real yang sering “menumpuk pemain” di separuh lapangan mereka pada dasarnya memang terhubung dengan gaya progres serangan mereka yang mengarah langsung ke lini serang dan berfokus sangat kuat untuk menyerang dari pinggir lapangan.

(2) Build up dan serangan sayap Real Madrid.

 

Dari lini belakang, bola diarahkan ke sektor bek kiri di sepertiga tengah Real untuk kemudian diarahkan langsung ke lini terdepan menggunakan umpan-umpan panjang menyusur tanah menyasar ke penyerang sisi bola yang bergerak melebar ke koridor sayap.

Bila memungkinkan, penyerang penerima bola langsung melakukan dribble secepatnya ke dalam kotak penalti untuk kemudian mencari ruang guna melepaskan umpan silang atau melakukan eksekusi. Perbedaan gaya bisa ditemukan di antara Ronaldo dan Benzema.

Ketika bola berada di kaki si Pemain Terbaik Dunia 2017, penetrasi yang dilakukannya lebih berfokus ke eksekusi peluang yang membuat dirinya banyak melepaskan tembakan-tembakan langsung di dekat atau di dalam kotak 16. Berbeda dengan Benzema yang lebih banyak berorientasi pada bagaimana ia berada sedekat mungkin dengan gawang Barca untuk menciptakan ruang bagi eksekutor.

Sebagai alternatif saat serangan sayap tadi tidak menemukan akses memadai ke dalam kotak penalti, Real memanfaatkan pemain yang berada di half space terdekat untuk membantu peralihan serangan ke half space atau sayap sisi jauh dari bola. Bila pemain di sisi jauh sukses menerima umpan, sesegera mungkin ia akan melepaskan umpan silang melambung ke tiang jauh.

Atau, skenario lain yang juga masih dipakai oleh Real adalah setelah menerima bola di half space, si penerima memanfaatkan half space untuk memanipulasi pertahanan lawan. Salah satu contohnya adalah di sekitar menit ke-25 ketika Modric menahan bola di half space lalu memberikan umpan terobosan kepada Kovacic yang berlari menyilang dari zona 14 ke dalam kotak penalti.

(T1) Ilustrasi sederhana metode umpan diagonal Real dari half space.

 

Kunci permainan Real di babak pertama

Bila diperhatikan, sampai 15-20 menit awal, Real tampak “lebih tajam”. Apa yang dimaksudkan dengan “tajam” di sini adalah, pertama, pressing blok tinggi mereka sering memaksa El Barca kehilangan penguasaan bola karena Barcelona banyak memainkan umpan-umpan melambung jarak jauh ke lini terdepan.

Kedua,  gegenpressing Real mampu menghambat serangan balik Barcelona. Dan, ketiga, ball possession Real di sepertiga awal dan sepertiga tengah yang stabil mampu mengecoh pressing Barcelona.

Bahkan, secara umum, sepanjang babak pertama, pemain-pemain Real yang selalu memenuhi separuh pertahanan mereka dengan 7-8 pemain (overload) ketika melakukan build up, betul-betul mampu menciptakan bangunan serangan yang stabil untuk kemudian mereka mengakses sepertiga akhir melalui umpan-umpan menyusur tanah.

Kunci pertama

Real memainkan pressing blok tinggi dengan varian man to man pressing/marking atau pressing/penjagaan orang per orang. Pressing blok tinggi Real cukup sukses mempersulit progres serangan Barcelona.

Kedua gelandang tepi, Kroos-Modric, bukan merupakan pemain-pemain yang bertugas menjaga bek sayap Barca. Kroos dan Modric bertugas menjaga gelandang sayap Barcelona.

Pemain yang harus melakukan press kepada Sergi dan Alba adalah kedua bek sayap Real. Penugasan ini sering kali membuat kedua bek sayap Real harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mengakses bek-bek sayap Barcelona.

Di area tengah, Casemiro berhadapan dengan Rakitic dan Kovacic berhadapan dengan Busquets. Kedua gelandang tengah Real sering kali berada di area 6 Barcelona dikarenakan pendekatan man to man yang mereka ambil.

Begitu juga dengan Kroos-Modric yang sering terlihat berada di dekat lingkaran tengah lapangan karena keduanya mengikuti pergerakan Paulinho-Iniesta yang masuk ke tengah mengisi ruang di antara duo Rakitic-Busquets dan duet Messi-Suarez.

BACA JUGA:  Bayern Munchen (5-1) Borussia Dortmund: Pep yang Brilian

Blok pressing Real mampu menjaga intensitas dan kedisiplinannya. Mereka sanggup menutup (meng-cover) 3-4 koridor vertikal, sehingga ketika tim tamu melakukan perpindahan bola ke sisi jauh – dikarenakan Real memblokir sirkulasi Barcelona di sisi bola -, pemain-pemain tuan rumah di sisi jauh sudah mengantisipasinya dan mempermudah mereka memotong umpan.

(3) Luka Modric memotong bola panjang Real ke half space sisi jauh

 

Dalam gambar di atas, blok pressing Real merapat ke koridor sayap serta half space sisi bola dan koridor tengah. Masing-masing pemain Real menjaga 1 pemain Barcelona. Hanya bek tengah sisi jauh Barca yang “dilepaskan”. Kondisi ini membuat Barcelona mencoba meloloskan diri dengan memainkan umpan silang melambung menuju half space sisi jauh.

Namun, seperti yang disampaikan sebelumnya, Real mampu menutup (cover) 4 koridor vertikal dengan baik yang, pada gilirannya, memungkinkan mereka menghentikan skenario Barcelona (Modric memotong umpan).

Di kesempatan lain, ada kalanya Barcelona berhasil menemukan celah melewati pressing Real di area sisi bola melalui Messi yang turun ke sepertiga tengah untuk menerima umpan dari sepertiga awal Barca.

Problemnya, lagi-lagi, kerapatan pressing Real di sekitar koridor sisi bola membuat Messi harus bergerak melebar ke pinggir lapangan. Yang mana, secara strategis, lebih mudah menghentikannya ketimbang kalau Messi “dibiarkan” masuk ke tengah.

Opsi lain, Andre ter Stegen, kiper Barca, memainkan umpan panjang melambung kepada Suarez. Tetapi, cara ini pun tidak menemukan hasil memuaskan karena kedua bek tengah Real jago duel udara.

Kunci kedua

Keberhasilan Real mengisolir progres bola Barcelona bukan hanya terjadi dalam fase pressing ajek, tetapi juga dalam fase transisi. Dengan mekanisme serupa, gegenpressing tuan rumah mampu mengepung Messi di koridor tepi dan menghentikan serangan balik Barca.

(T2) Gegenpressing Real menjepit Messi ke koridor tepi.

 

Ketika Messi turun ke half space untuk menjemput umpan, bek tengah terdekat (Ramos, contohnya) mengikuti pergerakan tanpabola Messi. Di koridor tengah, Modric dan Carvajal merapat untuk memperkuat compactness (kerapatan) di sekitarnya. Di half space di mana Messi berada, selain si bek tengah, Kovacic juga ikut bergerak (melakukan pressing) ke belakang guna memberikan press kepada Messi.

Pressing Real plus pemosisian Suarez di pinggir kanan lapangan ikut berperan membuat Messi bergerak melebar ke sayap (kanan). Yang mana pada saat pemain Argentina tersebut masuk ke sisi sayap, akan ada 3 sampai dengan 4 pemain tuan rumah mengepungnya.

Gegenpressing Real di babak pertama terhitung top markotop. Beberapa interception berharga mampu mereka catatkan. Berharga dalam artian, bukan hanya merebut penguasaan bola dengan segera tetapi sekaligus menciptakan serangan balik yang cepat.

Sundulan Benzema yang membentur tiang kiri gawang merupakan contoh peluang yang diawali oleh gegenpressing Real Madrid yang menghasilkan interception Ramos kepada Messi.

Kunci ketiga

Struktur bangunan serangan mereka yang sangat stabil di belakang. Salah satu contoh terbaik adalah ketika penguasaan bola Real mampu “melayani” pressing Barcelona di awal babak pertama.

Marcelo memainkan bola ke belakang (back pass) untuk memindahkan serangan real dari sisi kiri ke kanan. Dari Ramos bola diaminkan ke Varane yang kemudian bergerak maju dan melebar ke koridor sayap kanan.

Di sini, Varane di­-press oleh Suarez. Tetapi, ketenangan Varane memungkinkannya menemukan celah untuk memainkan umpan pantul dengan Carvajal dan mengecoh pressing Suarez.

Iniesta berusaha memotong bola Carvajal, tetapi kehadiran Casemiro – yang sejak awal turun ke belakang untuk menutup ruang yang ditinggalkan Varane – mampu menjadi papan pantul kedua bagi Varane.

Hasilnya, tackle Iniesta menemui angin, Varane melewatinya, dan sukses memindahkan bola dari kanan ke kiri dengan memberikan umpan kepada Kroos di half space kiri.

Dari gelandang Jerman tersebut bola diarahkan ke Marcelo untuk kemudian diarahkan kepada Ronaldo yang menunggu di koridor sayap. Crossing Ronaldo, pada akhirnya gagal menemukan target di depan gawang Barcelona karena umpannya keburu dipotong oleh Pique.

Namun, dari scene ini kita bisa melihat betapa pemain-pemain di area belakang Real memiliki ketahanan tekan (pressure resistance) yang cukup baik dalam melayani presing intens Barcelona. Kemampuan ini membuat mereka mampu segera mengakses sisi lemah Barcelona dan melakukan penetrasi melalui sisi tersebut.

(4) Build up dan peralihan serangan Real Madrid.

 

Barcelona versus man to man Real

Anak asuh Valverde cukup kesulitan menghadapi pressing orang per orang Real. Progres build up mereka sering kali gagal menemukan akses-akses yang “bersih” dikarenakan blokade kuat Real di area tengah. Celakanya, blokade Real membuat pos nomor 6 (Busquets) terisolir.

Barcelona mencoba menggunakan bek sayap sebagai papan pantul umpan kepada Busquets, tetapi cara ini, secara umum, kurang efektif. Lini belakang Barca juga mencoba bermain lebih direct. Dengan  memanfaatkan overload di area tengah, bek tengah mengirimkan umpan ke sayap menyasar kepada bek sayap yang berlari ke depan. Tetapi, cara ini pun mentok.

(T3) Barca menggunakan bek sayap karena area tengah di-press oleh Real Madrid.

Alternatif lain, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Barcelona mengandalkan umpan-umpan jauh Stegen yang menyasar ke Suarez atau Paulinho. Namun, alternatif ini pun kurang “masuk”.

Cara lain lagi yang coba ditempuh Barca adalah melakukan pertukaran posisi guna mengecoh pressing Real. Salah satunya adalah Iniesta merapat ke tengah untuk mendampingi Busquets; Rakitic bergerak ke gelandang kanan; dan Paulinho masuk ke half space ke pos 10 bersama Messi.

(T4) Paulinho dan Rakitic bertukar posisi.

Kemudian, dari kiper, bola dimainkan ke bek sayap kanan. Tepat sebelum bek sayap kanan memainkan umpan vertikal ke lini terakhir, Paulinho turun ke pos 8, dan Messi bergerak cenderung ke kiri, diikuti oleh Rakitic yang melakukan deep run (berlari ke depan) untuk menerima umpan vertikal bek sayap tadi.

Tetapi, lagi-lagi, dengan kemampuan atletiknya, gelandang-gelandang Real mampu menangani metode ini dengan cukup mudah.

BACA JUGA:  Atletico Madrid 1-0 Bayern Munchen: Los Colchoneros Lebih Konsisten di Kedua Fase Besar

Penjagaan yang bagus kepada kedua gelandang tengah Barcelona, terutama Busquets, membuat sirkulasi Barcelona menjadi sangat “meresahkan”. Karena kesulitan melewati pressing Real, sering kali, pemain-peman Barcelona “diburu waktu” untuk segera melepaskan umpan yang malah jatuh ke ruang-ruang yang sudah dikuasai oleh lawan. Hasilnya? Barcelona kehilangan penguasaan bola.

Di sepertiga akhir, pergerakan Messi di kedua half space cukup menolong tim tamu untuk menciptakan peluang bagi Paulinho dan Suarez. Tetapi, secara umum, dapat dikatakan, penciptaan, dan eksekusi peluang Barcelona melalui metode inipun terhitung “kurang bersih”.

Momen yang mengubah permainan

Tim tamu memulai babak kedua masih dengan permainan yang kurang meyakinkan. Contoh, pada saat pressing Paulinho harus bergerak ke tengah demi menjaga Casemiro.

Tugas ini seharusnya diemban oleh Messi. Tentu saja, karena duet Messi-Suarez berposisi di depan di area tengah, lalu Paulinho “terikat” di tengah di pos 8, dan blok pressing Barcelona secara umum bergerak ke kanan, Kroos dan Marcelo yang berada di half space dan sayap kiri menjadi bebas tak terkawal.

Akibatnya, ketika sirkulasi Real sukses mengakses Marcelo, Sergi Roberto harus keluar dari lini belakang untuk memberikan press. Karena Sergi bergerak maju, sektor bek kanan menjadi kosong. Ruang inilah yang dimanfaatkan oleh penyerang Real dengan cara berlari diagonal menyambut umpan Marcelo.

(T5) Man to man marking Barcelona

Di sisi lain, sejatinya, pressing Barcelona pun menyulitkan Real. Terutama ketika Barca berada dalam fase pressing ajek blok tinggi. Penjagaan perorangan Barcelona membuat Casemiro dan Kovacic mengambil inisitaif untuk bergerak melebar guna memancing pressing lawan ke area pinggir lapangan.

Memang, dengan pendekatan man to man-nya, akan ada beberapa pemain tengah Barcelona yang ikut bergerak ke koridor tepi. Salah satunya adalah Rakitic. Yang menjadi masalah bagi Real adalah opsi di tengah menjadi “kosong”. Karena, pemain-pemain lain yang harus menggantikan posisi Casemiro dan Kovacic di tengah sering telat untuk masuk ke pos 8 di area tengah.

Akibatnya, ada jarak besar antara gelandang tengah “baru” dengan lini belakang El Real. Akibat berikutnya, ketika bola diarahkan ke tengah, Busquets atau Iniesta dengan mudah memotongnya dan Barcelona segera dapat menciptakan serangan di dekat sepertiga awal Real Madrid.

Tetapi, dengan situasi seperti ini pun, sampai lewat 5 menit babak kedua berjalan, Barca masih belum mampu memperlihatkan bahwa mereka tampil lebih baik ketimbang babak pertama.

Sampai akhirnya, sebuah momen mengubah arah permainan.

Di menit ke-54, Real yang sering memindahkan sirkulasi bola di antara kedua half space kembali mencoba cara ini untuk menciptakan penetrasi bola ke dalam kotak penalti Barcelona. Kroos yang menerima bola di half space kiri segera melepaskan umpan terobosan kepada Benzema yang berlari diagonal. Sergi yang sudah mambaca maksud Kroos mampu memotong umpan tersebut.

Dengan begitu ironis, bencana menimpa Real Madrid. Gegenpressing mereka yang di babak pertama mampu menghancurkan serangan balik Barcelona malah menjadi penyebab gol pertama Blaugrana di babak kedua.

Busquets sukses dengan tenangnya mengecoh Kroos dan memberikan umpan terobosan kepada Rakitic. Real memang segera bereaksi, namun, sayangnya, reaksi mereka kali ini kurang optimum dan malah memberikan banyak ruang bagi lawan.

(5) Serangan balik Barcelona.

 

Keberhasilan Barca dalam mengecoh gegenpressing Real disebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama, Sergio Busquets brilian. Yang kedua, ini merupakan konsekuensi man to man marking.

Ada saatnya penjagaan orang per orang membuat pemain keluar dari posisinya (lihat Casemiro) yang celakanya, rekan lain yang harus menutup ruang yang ditinggalkan pun harus berfokus ke hal lain (Kovacic memilih menjaga Messi).

Alhasil, Rakitic memanfaatkan ruang yang ditinggalkan Casemiro dan Kovacic dengan melakukan dribble cepat ke arah depan. Celakanya lagi, Modric yang biasanya trengginas dalam mengejar lawan, kali ini, secara mengejutkan, berlari perlahan yang membuat Rakitic bergerak tanpa gangguan berarti.

Pemosisian Sergi dan Suarez pun menimbulkan efek lain bagi Real. Keduanya mengikat Ramos dan Varane untuk terus berada di half space yang, lagi-lagi, menciptakan ruang besar bagi Rakitic.

Saat Rakitic memberikan umpan kepada Sergi di kotak penalti Real, praktis, tuan rumah bertahan dalam situasi 2vs.3. Sebuah situasi yang sulit dan wjar saja kalau harus berakhir dengan Suarez membuka kran gol Barca.

(6) Situasi 3 versus 2.

 

Setelah kartu merah

Pertandingan “berakhir” sudah. Menghadapi Barcelona yang sedang unggul 2-0 hanya dengan 10 pemain merupakan tugas maha sulit. Tidak banyak yang dapat dianalisis.

Dengan 10 pemain, build up Real sering kekurangan opsi di lini depan dan mengakibatkan progres terhambat. Ketika kemudian Real masuk ke sepertiga Barcelona dan mereka kehilangan penguasaan bola, gegenpressing mereka pun semakin tidak stabil karena ketika Ronaldo melakukan pressing di area sisi bola, misalnya, tidak ada pemain lain (biasanya Benzema) yang menjaga area tengah dan half space jauh.

Satu menit sebelum gol ketiga yang diawali dari corner kick, Barcelona dengan mudahnya melakukan serangan balik setelah melewati gegenpressing Real. Alhasil, Los Galacticos dipaksa untuk segera masuk ke blok rendah yang berujung pada corner dan gol ketiga oleh Vidal.

Penutup

Gol pertama Barcelona kembali memperlihatkan betapa man to man press selalu menyimpan potensi merugikan yang akan selalu ada karena pemain mudah terpancing keluar dari posisinya. Ini sudah menjadi bawaan alami man to man press. Sampai sebelum gol pertama, dapat dikatakan, Real bermain lebih baik.

Sampai sebuah momen mengubah arah pertandingan dan menentukan hasil akhir.

Itulah sepakbola level top. Sebuah level di mana ketika tim melakukan sebuah kesalahan (minor), sangat mungkin kesalahan itulah yang mengubah peruntungan nasib.

Selamat, Barcelona!

Komentar