Hakim Ziyech: Penyihir Berhati Emas dan Rajin Beribadah

Hakim Ziyech: Penyihir Berhati Emas dan Rajin Beribadah

Keputusan Hakim Ziyech untuk meninggalkan Ajax Amsterdam akhirnya bulat. Pada jendela transfer musim panas nanti, lelaki kelahiran Belanda berdarah Maroko ini akan resmi membela Chelsea setelah kedua pihak mencapai kesepakatan lisan dengan transfer bernilai 33 juta paunsterling.

Bagi Ajax, transfer Ziyech ke Chelsea semakin menambah panjang daftar permata mereka yang hengkang dari Stadion Johan Cruyff Arena. Tak Cuma itu, rekening mereka pun kian sesak dengan dana segar.

Usai tampil brilian di ajang Liga Champions musim 2018/2019 kemarin sembari memenangkan titel Eredivisie, satu per satu anak asuh Erik tan Hag angkat kaki guna mencari petualangan baru. Frenkie de Jong memutuskan untuk menerima pinangan Barcelona sedangkan Matthijs de Ligt memilih Juventus sebagai pelabuhan anyarnya.

Perekrutan Ziyech oleh Chelsea sungguh beralasan. Figur berjuluk Penyihir ini dapat membuat tim besutan Frank Lampard lebih menggigit dalam menyerang. Pasalnya, Ziyech memiliki kemampuan taktis dan teknis yang mumpuni.

Kerap dipasang di sisi sayap, Ziyech menjadi salah satu distributor utama bola menuju kotak penalti lawan. Baik lewat giringan atau umpan-umpan yang memanjakan para striker. Kesadaran posisinya yang baik juga bikin Ziyech lihai menempatkan diri ketika menemukan celah di area pertahanan lawan. Jangan kaget andai gol-gol Ajax banyak yang lahir dari kreativitas, pergerakan dan visi bekas pemain Heerenveen dan Twente tersebut.

Sebagai pendukung Chelsea, sebetulnya saya ingin melihat Ziyech telah mengenakan baju The Blues sejak Januari kemarin. Apalagi di momen tersebut, tim sudah aman dari embargo transfer FIFA yang sebelumnya bikin keder.

Manakala Eden Hazard pindah ke Real Madrid, publik menduga jika perjalanan Chelsea akan tertatih-tatih. Kenyataannya, laju Mateo Kovacic dan kawan-kawan memang tak karuan sepanjang musim ini. Mereka masih tertahan di posisi empat klasemen Liga Primer Inggris. Siap berjibaku di Piala FA putaran kelima, gugur di Piala Liga, dan akan ketemu dengan Bayern München.

BACA JUGA:  Better Call Hiddink!

OIeh sejumlah pengamat, Ziyech diproyeksikan sebagai suksesor Hazard. Terlebih, lini serang The Blues juga siap ditinggalkan Pedro Rodriguez dan Willian yang sampai hari ini, belum disodori perpanjangan kontrak.

Sejak melakoni debut dengan Ajax pada September 2016 silam,  Ziyech terlibat dalam proses 89 gol mereka di ajang Eredivisie, rinciannya berupa 38 gol dan 51 assist. Kemampuannya dalam melepas umpan kunci berbuah gol membuat fans menjulukinya sebagai Raja Asis.

Kalau De Jong disebut sebagai jantung permainan Ajax, maka Ziyech merupakan otak permainan De Godenzonen. Berbekal rapor bagus selama merumput di Amsterdam, pendukung Chelsea, tak terkecuali saya, mempunyai ekspektasi cukup tinggi terhadapnya. Apalagi sepanjang musim ini, produktivitas The Blues cenderung seret.

Secara keseluruhan, Chelsea baru membukukan 66 gol sepanjang musim ini dari seluruh kompetisi (setidaknya hingga tulisan ini dibuat). Tammy Abraham melejit sebagai pencetak gol terbanyak klub dengan koleksi 15 gol. Sayangnya, Abraham jadi satu-satunya pemain yang mengoleksi dua digit gol.

Kepastian Ziyech merapat ke Stadion Stamford Bridge menghadirkan tugas baru untuk Lampard. Sang pelatih wajib menemukan strategi dan posisi yang tepat guna memaksimalkan kemampuan Ziyech.

Sosok Berhati Emas

Dengan kemampuan eksepsional, ada banyak pujian yang menghampiri Ziyech. Namun di luar itu semua, ia merupakan sosok berhati emas. Dibesarkan oleh ibu yang berstatus orang tua tunggal, Ziyech kecil tergolong kurang mendapat perhatian dan kasih sayang.

Ayahnya meninggal karena penyakit gangguan saraf sejak usianya 10 tahun. Ziyech adalah bungsu dari delapan bersaudara yang terdiri atas empat laki-laki dan empat perempuan.

Hati emas Ziyech terlihat ketika fansnya yang berusia 11 tahun bernama Hussairy, menerobos ke lapangan untuk memeluknya saat pertandingan Liga Champions antara Ajax melawan Lille OSC.

BACA JUGA:  Claudio Ranieri dan Hikayat Para Pecundang

Seusai laga, Ziyech mencari-cari anak tersebut di tribun penonton untuk menyerahkan jersinya sebagai hadiah. Apes, seorang lelaki yang mengaku sebagai ayah dari bocah tersebut jadi sosok yang mendapatkannya. Semua kebohongannya terbongkar usai ayah palsu sang bocah mengunggah kostum Ziyech di lama jual beli daring, eBay.

Ziyech tak tinggal diam. Ia melacak identitas anak tersebut lewat akun media sosialnya. Setelah diketahui dan dipastikan kebenarannya, ia mengundang anak tersebut ke Amsterdam dan memberikan jersi khusus yang sudah ditandatanganinya.

Ziyech juga tidak tinggal diam ketika mendengar pemain Utrecht, Leon de Kogel, mengalami kecelakaan lalu lintas parah saat berlibur di Malta dan harus pensiun dini. Kendati tidak mengenal De Kogel secara pribadi, tapi Ziyech tidak ragu buat memberi bantuan dana agar De Kogel dapat melanjutkan program rehabilitasinya.

Selain berjiwa sosial tinggi, pemain yang beragama Islam ini juga rajin beribadah. Laga Ajax melawan Tottenham Hotspur pada semifinal Liga Champions musim lalu bertepatan dengan bulan Ramadan.

Hari itu, Ziyech nekat menuntaskan puasanya walau sepak mula dilakukan beberapa menit sebelum waktu buka. Bersama rekan setimnya yang juga muslim, Noussair Mazraoul, keduanya menyempatkan diri membatalkan puasa dengan minum dan makan di pinggir lapangan pada menit ke-24 atau sekitar 11 menit sejak berbuka puasa.

Ada satu hal yang kini tumbuh di dada fans Chelsea terkait Ziyech. Pemain berusia 26 tahun tersebut bisa memamerkan lagi sihirnya di London Barat, tampil eksepsional dan membawa The Blues memanen prestasi. Jangan sampai Ziyech menjadi pemain berprofil mentereng kesekian yang justru melempem usai resmi bergabung dengan Chelsea.

Komentar
Penggemar berat Chelsea dan pernah mencintai sepenuh hati AC Milan, serta bisa disapa di akun Twitter @blues_honeyfah.