Castore: Jenama Anyar yang Menggebrak Lapangan Hijau

Bagi penikmat sepakbola, apparel seperti adidas, Macron, Nike, PUMA atau Umbro sudah begitu akrab di telinga. Lalu bagaimana dengan Castore?

Musim kompetisi 2021/2022 sudah tiba. Beberapa liga top di Eropa seperti La Liga, Premier League, dan Serie A juga sudah memulai pergulatannya.

Selain melihat persaingan yang terjadi di kompetisi tersebut, fans pasti tertarik dengan berbagai seragam tempur yang bakal digunakan setiap tim.

Dari sekian apparel yang ada, saya tertarik dengan presensi jenama asal Merseyside, Inggris, yang bernama Castore.

Nama Castore sudah pasti asing di telinga kita sebab mereka tak memiliki rekam jejak panjang di kancah sepakbola. Dibanding apparel sekelas Hummel atau Legea pun, Castore belum ada apa-apanya.

Berasal dari penggabungan nama bersaudara Castor dan Pollux dalam mitologi Yunani-Romawi, usia Castore memang belum genap sedekade.

Jenama ini didirikan pada 6 Juli 2015 silam oleh Beahon bersaudara, Thomas seorang mantan pesepakbola dan Phil yang pernah bermain kriket di level semi profesional.

Setelah meninggalkan karier sebagai atlet, mereka pindah dan bekerja di London sekaligus untuk mempelajari pasar apparel mereka.

Tanpa tahu menahu soal produksi dan bisnis apparel, Thomas dan Phil sempat mengunjungi Italia, Portugal, dan Swiss dengan harapan ada orang-orang yang akan mendukung, membantu, dan mendengarkan visi mereka.

“Kami mempunyai gairah yang kuat terhadap produk yang ingin kami buat”, ujar Thomas dalam sebuah wawancara bersama BBC.

Nama Castore mulai meroket setelah menggaet petenis ternama Andy Murray sebagai partner dan brand ambassador dengan nilai kontrak sebesar 8 juta Poundsterling.

Kampiun Wimbledon 2016 tersebut bahkan menjadi salah satu pemegang saham jenama Castore.

Setelah Murray, beberapa pihak lain yang bekerja sama dengan Castore adalah Josh Butler (kriket), Owen Farrell (rugby), dan tim Formula 1, McLaren.

Kiprah Castore di dunia sepakbola dimulai pada tahun 2020 lalu, saat mereka meneken kerja sama dengan klub legendaris asal Skotlandia, Rangers.

BACA JUGA:  Kostum Liverpool Home 2015/16

Dengan kontrak senilai 25 juta Poundsterling, Castore dan Rangers sepakat untuk berkongsi selama lima musim.

Meskipun sempat terjadi polemik akibat masalah quality product pada kostum, tetapi baju The Gers yang terlihat minimalis dan elegan justru mendapat reaksi positif.

Puncaknya ketika klub yang bermarkas di Stadion Ibrox tersebut menjuarai Scottish Premier League 2020/2021 dan membuat nama Castore semakin melambung dan peluang mereka berkiprah di liga-liga top Eropa kian terbuka lebar.

Benar saja, klien mereka di dunia sepakbola pun bertambah. Dua klub Premier League, Newcastle United dan Wolverhampton Wanderers, sepakat untuk menandatangani kerja sama.

Terlepas dari profil kedua tim di atas, tetapi keberhasilan Castore menggaet mereka sebagai klien adalah langkah besar. Apalagi Castore menggantikan dua apparel ternama yang sebelumnya menjadi pemasok seragam tempur Newcastle (PUMA) dan Wolverhampton (adidas).

Salah satu keunggulan dari Castore seperti yang diungkapkan oleh Beahon bersaudara seperti dikutip dari Forbes adalah proses pengembangan, produksi, dan distribusi yang memakan waktu kurang dari 6 bulan.

Proses itu lebih cepat dibandingkan jenama lain yang memakan waktu hingga 18 bulan buat menyelesaikan semuanya.

Castore juga diuntungkan dengan aktivitas produksi yang masih berlokasi di Eropa. Sementara apparel lain memproduksi kostum di kawasan Asia sehingga produksi dan distribusinya tergolong lebih lambat, terlebih kepada kliennya yang tidak satu benua.

Selain itu, perbedaan Castore dengan apparel lain adalah desain yang unik dan berbeda antarklub setiap musimnya dan tidak memakai template.

Sementara jenama lain umumnya menggunakan template yang sama untuk para kliennya. Perbedaannya cuma detail-detail kecil pada jersey semisal kerah dan desainnya.

“Mereka punya standar tersendiri dalam memproduksi jersey. Kecuali itu Barcelona, Real Madrid, atau klub raksasa lainnya, mereka tidak benar-benar membuat desain yang unik dan berbeda bagi setiap klub. Kami pikir, itu peluang yang menarik untuk jenama seperti Castore agar dapat bersaing dan mencoba hal yang tidak biasa.”

BACA JUGA:  Dominasi Apparel Sepakbola Negeri Gajah Putih Pada SEA Games ke-29

Hal yang sama dikemukakan Fajar Ramadhan, seorang desainer dan kolektor apparel terkemuka ketika dihubungi penulis.

“Sejauh ini, desain mereka (Castore) terlihat berani”, ungkap Fajar.

Ambisi mereka tentu tidak berhenti sampai di situ. Apparel berslogan “Better Never Stops” tersebut menargetkan untuk bekerja sama dengan lima klub Eropa per musim 2022/2023 mendatang.

Mereka dirumorkan bekerja sama dengan klub asal Spanyol, Sevilla, yang saat ini masih berkongsi dengan Nike.

Mereka juga sempat dikabarkan bekerja sama dengan AS Roma ketika klub ibu kota Italia tersebut mengakhiri kerja sama dengan Nike sebelum meneken kontrak karya dengan New Balance.

Akan tetapi, kiprah Castore di dunia apparel sepakbola bukannya tanpa resiko. Seperti yang diungkapkan situs Footy Headlines, nama mereka yang masih sangat baru membuat para fans dan target pasar tidak memiliki pengalaman atau hubungan dengan Castore.

Alhasil, ada potensi kerugian dan bahkan kebangkrutan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Namun apapun keuntungan dan risikonya, langkah Castore patut mendapat apresiasi. Di tengah dominasi raksasa seperti adidas, Nike dan PUMA yang punya pasar serta popularitas tetapi muncul dengan desain yang begitu-begitu saja, Castore menawarkan hal baru.

Sebuah desain unik dan filosofi berbeda yang dapat memberikan kesan spesial buat para suporter.

Seperti yang diungkapkan oleh Thomas dalam wawancara dengan kanal The Ibrox, Castore fokus menghadirkan sesuatu yang baru, penuh kreativitas, dan ambisi yang tinggi.

Patut dinantikan langkah dan karya jenama ini selanjutnya di kancah sepakbola.

Komentar
Seorang desainer grafis asal Yogyakarta yang menggemari sepakbola, buku, dan berkhayal. Suka berimajinasi dan menuangkannya melalui karya visual maupun karya tulis. Bisa dihubungi melalui Twitter di akun @pradipta_ale dan Instagram di akun @pradiptale untuk melihat karyanya.