Kekalahan dari West Ham United (4/12) dalam lanjutan Premier League lalu ternyata mengekspos lubang di tubuh Chelsea.
Kredit memang patut diberikan kepada David Moyes karena membawa The Hammers mengalahkan The Blues asuhan Thomas Tuchel yang sedang dalam performa menakjubkan.
Hasil minor tersebut bak alarm bagi Chelsea. Ya, di balik performa apik mereka yang rajin memetik kemenangan, tersimpan kelemahan berupa lini pertahanan yang mudah ditembus lawan.
Kita harus sedikit mundur lagi ke laga Manchester United versus Chelsea pada 29 November silam.
Dalam pertandingan tersebut, The Blues bermain imbang 1-1. Nahasnya, laga itu menjadi awal mula sulitnya Edouard Mendy dan kawan-kawan mencatatkan nirbobol.
Pada empat laga selanjutnya, gawang mereka selalu kebobolan minimal satu gol. Padahal lawan yang mereka hadapi cuma sekelas Watford, Leeds United, dan Zenit St. Petersburg.
Catatan tersebut menodai penampilan heroik Mendy yang dalam banyak laga sebelumnya acap steril dari teror lawan.
Apesnya lagi, lubang di lini pertahanan The Blues kerap muncul akibat kesalahan-kesalahan elementer yang seharusnya tidak terjadi.
Gelandang asal Italia, Jorginho, sempat disorot karena kesalahan umpannya berbuah gol untuk lawan.
Pun Mendy yang tiba-tiba seperti kiper belia yang antisipasinya buruk sehingga lawan dapat mencetak gol dengan mudah.
Di sisi lain, fans Chelsea juga harus mengakui penampilan tim yang tak setangguh dulu. Pelan tapi pasti, lawan semakin tahu cara membongkar lini pertahanan yang digalang Mendy dan kolega.
Saat berjumpa Manchester City (25/9), Pep Guardiola menginstruksikan anak asuhnya supaya berani melakukan pressing tinggi serta berupaya menang jumlah bahkan saat bola masih berada di area pertahanan Chelsea.
Pressing yang begitu intens membuat anak asuh Tuchel sulit keluar dari tekanan guna menyirkulasi bola.
Keadaan itu akhirnya bisa dimanfaatkan City buat mencetak gol lewat usaha Gabriel Jesus sekaligus menang dengan skor tipis 1-0.
Tatkala berduel dengan Manchester United, hal serupa kembali terulang. Terlebih, Michael Carrick yang ketika itu menjabat sebagai pelatih interim meminta Harry Maguire bermain lebih agresif kendati penguasaan bola banyak dipegang oleh The Blues.
Alhasil, United mampu mendapatkan sejumlah peluang, termasuk mencetak gol lebih dulu melalui Jadon Sancho.
Dalam dua pertandingan tersebut, secara kebetulan yang mengisi pos wingback kiri adalah Marcos Alonso.
Walau kemampuan ofensifnya mumpuni, ada kelemahan yang terekspos darinya di momen-momen defensif, utamanya menghadapi pressing ketat lawan.
Situasi tersebut pasti membuat Tuchel rindu akan sosok Ben Chilwell yang lebih kukuh dalam bertahan. Sayangnya, anggota Tim Nasional Inggris ini sedang berkutat dengan cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL).
Bila Jorginho dikritik karena umpan-umpannya yang tiba-tiba sembrono, Ruben Loftus-Cheek wajib dikritik karena penampilannya yang acap individualis.
Ia memang punya kontrol dan giringan yang baik, tetapi hal tersebut justru sering membuat Loftus-Cheek menahan bola terlalu lama.
Akibatnya, bola yang seharusnya sudah diprogresikan ke depan karena terdapat celah, masih tertahan di area tengah.
Andai N’Golo Kante dan Mateo Kovacic tidak absen karena cedera, sudah barang tentu Loftus-Cheek duduk di bangku cadangan.
Gelandang asal Inggris ini dimainkan karena Tuchel butuh pendamping Jorginho. Sementara Saul Niguez tak kunjung dapat dipercayai.
Mengingat Kante dan Kovacic belum sembuh, Tuchel akan terus bertaruh kepada Loftus-Cheek dan Saul.
Secara keseluruhan, Tuchel memang kudu membenahi lini belakangnya. Baik strukturnya sampai kepada peran masing-masing pemain.
Tak sampai di situ, Tuchel juga mesti mengingatkan anak asuhnya buat meminimalisasi aksi-aksi blunder atau kesalahan elementer.
Ketika lini belakang mengkhawatirkan, Tuchel diuntungkan dengan kembalinya dua penggawa lini serang, Romelu Lukaku dan Timo Werner.
Mereka bahkan sudah menggelontorkan gol pada saat The Blues bermain imbang 3-3 melawan Zenit.
Tuchel harus memaksimalkan keberadaan mereka guna mempertajam lini serang. Apalagi sampai hari ini, baik Lukaku maupun Werner baru sama-sama mengemas 5 gol.
Terkhusus Lukaku, Tuchel juga akan dibebani ekspektasi bahwa ia dapat membantu petualangan kedua sang pemain bersama Chelsea. Paling tidak, Lukaku bisa menyamai level kesuburannya seperti kala berseragam Inter Milan.
Beruntung Chelsea sejauh ini dapat mencetak gol tanpa harus mengandalkan para striker mereka. Namun melihat para pesaingnya yang begitu beringas, akan sulit apabila situasi ini terus berlanjut. Tuchel memang perlu melakukan pembenahan yang masif.
Musim ini, akan menjadi periode yang sangat panjang untuk Chelsea bila Tuchel tak segera melakukan pembenahan dan penyesuaian. Apalagi festive period yang padat dan melelahkan itu sudah menyapa.