AC Milan Menjaga Nyala Api Harapan

Bertempat di Stadion San Siro dini hari kemarin (8/7), satu grande partita antara AC Milan kontra Juventus tersaji. Menengok posisi di papan klasemen, materi skuad, dan performa terkini, wajar kalau publik meyakini sang tamu bakal pulang membawa poin sempurna.

Akan tetapi, sepakbola bukanlah perhitungan matematika yang bikin segalanya penuh kepastian. Tim yang lebih tangguh, tak melulu keluar sebagai pemenang. Kedigdayaan Juventus akhir-akhir ini, secara tak terduga sirna di tangan Ante Rebic dan kawan-kawan.

Sebetulnya, babak pertama laga ini tergolong menjemukan. Aksi jual beli serangan yang dilakukan I Rossoneri maupun I Bianconeri nirhasil. Papan skor di Stadion San Siro tetap menampilan kedudukan kacamata dan membuat suporter dari masing-masing pihak frustasi.

Rasa jemu yang sempat melanda itu berubah drastis di babak kedua. Semangat kedua kubu menyala guna mencetak gol dan membungkus kemenangan. Juventini jadi pihak yang terlebih dahulu merasakan euforia. Bagaimana tidak, dalam tempo enam menit mereka bisa unggul dua gol via Adrien Rabiot (47′), dan Cristiano Ronaldo (53′).

Rabiot menciptakan gol yang sangat-sangat indah. Dari tengah lapangan, ia menggiring bola menuju area pertahanan Milan. Lucunya, aksi solo run lelaki Prancis itu gagal dipatahkan bek-bek I Rossoneri. Usai menemukan ruang tembak yang tepat, ia melepaskan tendangan cantik yang tak bisa dijangkau Gianluigi Donnarumma.

Sementara Ronaldo menambah pundi-pundi golnya di Serie A musim 2019/2020 menjadi 26 biji setelah duet bek tengah Milan, Simon Kjaer dan Alessio Romagnoli, gagal mengantisipasi bola kiriman Juan Cuadrado. Akibatnya, megabintang Portugal tersebut leluasa mengontrol bola lalu menggetarkan jala Donnarumma buat kali kedua.

Siapapun pasti jemawa dengan keberhasilan itu. Baik para pemain I Bianconeri yang beraksi di atas lapangan maupun suporternya di manapun berada. Jemari mereka tentu lantang menuliskan sesuatu di media sosial, khususnya buat meledek Milanisti.

BACA JUGA:  Kapan Inggris Mencapai Klimaks di Sebuah Turnamen?

Namun di sinilah semuanya bermula. Dalam situasi terdesak, I Rossoneri malah mampu meremukkan rasa jemawa sang lawan. Anak asuh Stefano Pioli seakan kerasukan setan dan tampil mengerikan dengan membombardir gawang Juventus dengan tiga gol sekaligus dalam kurun enam menit saja. Masing-masing lewat usaha Zlatan Ibrahimovic (62′), Franck Kessie (66′), dan Rafael Leao (67′).

Ibrahimovic dengan sempurna mengeksekusi penalti yang didapat Milan setelah wasit menunjuk titik putih karena Leonardo Bonucci tertangkap handball di area terlarang. Sempat terjadi perdebatan terkait hal ini, tapi keputusan wasit bersikukuh dengan keputusannya usai melihat Video Assistance Referee (VAR).

Seperti gol Rabiot, gol Kessie juga dirancang dengan cukup indah. Lewat umpan satu-dua di depan kotak penalti Juventus, Kessie kemudian mengecoh bek I Bianconeri sebelum menghujamkan bola ke arah gawang dan tak bisa dibendung Wojciech Szczesny.

Tak berbeda jauh dengan gol kedua, gol ketiga Milan juga lahir gara-gara kesalahan fatal yang dibuat pemain Juventus. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Leao sanggup memaksa Szczesny memungut bola dari gawangnya untuk ketiga kali.

Comeback Milan itu sendiri ditutup oleh gol Rebic (80′) sehingga tim tuan rumah sukses memenangkan laga dengan skor akhir 4-2 dan membuat tim asuhan Maurizio Sarri meratapi kepandirannya. Satu hal yang selama ini jarang sekali muncul dari Bonucci dan kolega.

Apa yang dipertontonkan Milan sungguh fantastis. Barangkali, hanya sedikit orang yang meyakini bahwa mereka akan mampu membalikkan keadaan dan sukses memetik poin penuh. Wajar bila puja dan puji dialamatkan kepada Pioli beserta anak buahnya.

Sehabis restart lantaran pandemi Corona, performa I Rossoneri memang sangat ciamik. Bertanding lima kali, Rebic dan kawan-kawan menang empat kali dan seri sekali. Ya, mereka belum tersentuh kekalahan! Menariknya lagi, dua dari empat kesebelasan yang dikalahkan Milan belakangan ini merupakan sepasang tim yang menghuni peringkat satu serta dua.

BACA JUGA:  Matthijs de Ligt, Jenderal Anyar di Lini Belakang Juventus

Hasilnya, koleksi angka Milan melesat jadi 49 poin dari 31 pertandingan dan untuk sementara duduk di peringkat tujuh classifica. Cuma berselisih dua poin dari AS Roma serta Napoli yang menempati peringkat lima dan enam, posisi yang menggaransi satu tiket bermain di penyisihan grup Liga Europa musim mendatang. Itu lebih baik daripada harus memulai segalanya dari babak kualifikasi.

Pasca-absen dari panggung Eropa di musim 2019/2020, Milan memang perlu menempa dirinya lagi di kejuaraan antarklub Benua Biru. Tak peduli bahwa kesempatan yang ada hanyalah tampil di ajang kelas dua dan berpotensi lebih menguras tenaga.

Sisi kompetitif I Rossoneri wajib diuji. Bermain di Serie A dan Piala Italia saja sedikit mengurangi level ujian yang bakal didapat Milan. Maka dari itu, beraksi di Liga Europa bisa membuat mereka lebih baik dalam membangun tim yang solid, bahkan kalau akhirnya rontok di fase penyisihan grup sekali pun.

Bagusnya penampilan tim besutan Pioli belakangan ini bikin api harapan yang mereka kobarkan tetap menyala. Optimisme pun terus menyeruak di Milanello, markas latihan klub. Keyakinan untuk meneruskan performa gemilang dan merebut satu tiket ke Liga Europa musim depan tumbuh makin subur. Apalagi Napoli sudah memastikan keikutsertaannya di ajang itu musim mendatang (bila gagal finis di posisi empat besar) dengan status kampiun Piala Italia.

Kesempatan sudah terpampang nyata di depan mata, segalanya kini bergantung pada kemauan Rebic dan kawan-kawan sendiri. Milanisti akan bahagia dan memuja klub kesayangannya andai misi tersebut berhasil ditunaikan. Namun mereka takkan sungkan mencaci bila I Rossoneri kembali memamerkan kebodohannya lantaran gagal mentas di Eropa sekali lagi.

Komentar
Seorang Interisti dari buaian sampai liang lahat. Bisa diajak diskusi tentang apa saja silakan bertamu ke akun Instagram @rifqi.aziz_