Analisis Pertandingan Real Madrid 0-4 Barcelona: Struktur Posisional Menjadi Masalah Real Madrid

Bermain di stadion Santiago Bernabeu, Real Madrid justru tidak sanggup mengimbangi Barcelona dan dipermalukan dengan skor telak, 0-4, pada Minggu (22/11) dinihari WIB. Empat gol yang dicetak Luis Suarez (dua gol), Neymar, dan Andres Iniesta meluluhlantakkan tuan rumah. Berikut analisis taktik El Clasico.

Susunan pemain

Rafael Benitez, manajer Real Madrid, memainkan pola dasar 4-3-3. Keylor Navas sebagai kiper. Di depan Navas, Danilo dan Marcelo menempati pos bek kanan dan kiri mengapit duo bek tengah, yaitu Sergio Ramos dan Raphael Varane.

Di lini tengah, Rafa menampilkan Toni Kroos, Luka Modric, dan James Rodriguez. Di lini depan, Karim Benzema bermain sebagai no. 9 yang didampingi oleh dua penyerang sayap yang sering bertukar posisi, Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale.

Luis Enrique memainkan trio Luis Suarez, Neymar, dan Sergio Roberto sebaga trio di lini serang Barcelona. Di tengah, Sergio Busquets, no. 6 Barca, didampingi Ivan Rakitic dan Andres Iniesta sebagai no. 8 kembar.

Di lini belakang, Gerard Pique dan Javier Mascherano bermain sebagai bek tengah. Dua posisi bek sayap diisi oleh Dani Alves di sisi kanan dan Jordi Alba di sisi kiri. Claudio Bravo dipilih untuk mengisi pos penjaga gawang.

Sistem pressing Real Madrid

Dalam sistem pertahanannya, ketika Barcelona mendapatkan tendangan gawang, Real berusaha melakukan pressing dengan blok setinggi mungkin mencegah Barca mendapatkan kesempatan membangun serangan dari lini belakang.

Pressing Real menggunakan man-oriented zonal-marking, sebuah sistem yang mana masing-masing pemain bertugas dan baru akan melakukan penjagaan kepada pemain lawan yang masuk ke dalam wilayah masing-masing pemain.

Man-oriented zonal-marking berbeda dengan man-to-man-marking. Dalam man-to-man, tim bertahan menghendaki satu pemain bertahan untuk melakukan penjagaan ketat terhadap satu pemain lawan yang sama sepanjang pertandingan.

Dalam gelombang pertama pressing mode ini, El Real berorientasi kepada dua bek tengah Barca yang, oleh Enrique, dijadikan sebagai akses awal progresi sekaligus juga merupakan pemain terdekat kepada Raul Bravo.

Di lini kedua, dua pemain Madrid berorientasi pada dua bek sayap Barca bersiap melakukan pressing gelombang kedua, bila bola berhasil diprogresi ke salah satu bek sayap Barca. Dari cara Real bertahan, beberapa isu teridentifikasi di dalamnya.

Pertama, pada beberapa momen pressing, dalam blok menengah, pemain-pemain no. 8 Real dipaksa melakukan pressing terlalu cepat kepada pemegang bola Barca, yang pada gilirannya membuka ruang di depan lini belakang Real Madrid.

Salah satu contoh terlihat pada menit ke-5 babak pertama. Busquets yang berada di garis tengah, di area tengah, menerima bola dari Andres Iniesta.

Gareth Bale, yang berada di lini serang dan berfokus pada Mascherano, telat dalam mengganggu Busquets. Akibatnya, Toni Kroos terpaksa maju ke depan menutup jalur umpan Busquets, menyebabkan Sergio Roberto bebas tanpa kawalan berarti di celah antarlini El Real.

Dalam beberapa bentuk pertahanan blok rendah pun (saat sebuah tim seharusnya berada dalam mode bertahan yang lebih stabil) pemain-pemain no. 8 El Real kerap kali mengambil posisi terlalu ke atas, menyebabkan minimnya sokongan untuk lini bertahan sekaligus memberikan kesempatan bagi Blaugrana untuk mencoba mengeksploitasi ruang di depan bek Real Madrid.

Barcelona tidak selalu berhasil berprogresi ke dalam kotak 16 Real Madrid, tetapi ini sudah merupakan peringatan awal bagi Real Madrid.

Ketika berada dalam bentuk pressing blok tinggi pun, pengambilan posisi no. 8 El Real sering tidak mendukung pergeseran formasi (shifting-formation). Penempatan posisi no. 8 Real Madrid melemahkan kompaksi mereka sendiri.

Karena, saat pressing Real Madrid menjepit pemain Barcelona di sayap, contohnya, pemain-pemain Barca di area tengah tetap mendapatkan ruang yang mencukupi untuk diisi dan digunakan sebagai sasaran umpan yang nantinya membantu Barca keluar dari pressing lawan.

Isu kedua, peran lini serang Los Galacticos ketika mereka bertransisi dari blok pertahanan tinggi ke menengah atau dari blok menengah ke blok rendah. Keterlibatan ketiga penyerang Real termasuk sangat minim bila dinilai dari bagaimana sepak bola modern berada dalam era yang sangat mengagungkan kompaksi dengan, salah satunya, melibatkan para penyerang dalam fase bertahan.

Sering kali terlihat ketiga pemain depan El Real, terutama Ronaldo dan Bale, seperti membiarkan tujuh pemain lainnya bertahan dari serangan Barcelona.

Real Madrid melakukan gambling

Dalam sepak bola dikenal sebuah istilah yang disebut sebagai gambling. Yaitu sebuah konsep bertahan yang mana membiarkan pemain depan untuk tidak terlibat dalam permainan bertahan.

Salah satu contoh, Roger Schmidt sempat melakukan gambling ketika Leverkusen kalah 1-2 dari Barca di pertemuan kedua Liga Champions. Ketika itu, dalam banyak kesempatan bertahan blok rendah, Leverkusen menggunakan 8 pemain dan membiarkan 2 pemain tetap di depan. Hanya dalam situasi tertentu mereka bertahan dengan 9 pemain.

BACA JUGA:  Mengenang Cristiano Ronaldo Terbaik saat Meraih Ballon d'Or 2008

Apa yang dilakukan oleh El Real merupakan gambling. Tetapi, sering kali, gambling yang mereka lakukan kurang didukung oleh struktur posisional yang menjamin kompaksi pertahanan.

Dalam sebuah kesempatan, Pique bisa bebas bergerak ke depan, tanpa kawalan dari penyerang tengah Real Madrid, ke sepertiga tengah untuk kemudian memberikan umpan langsung kepada penyerang Barcelona. Sesuatu yang seharusnya dihindari oleh anak asuh Rafael Benitez.

Gol Iniesta di babak kedua menjadi contoh. Dalam fase kedua serangan, Rakitic dan Neymar menciptakan situasi 2v2. Iniesta yang berada di half-space kiri, bebas berdiri, kemudian menerima umpan Rakitic dan melakukan progresi ke sepertiga awal pertahanan tuan rumah.

Di momen tersebut, seharusnya pemain sayaplah yang memberikan perlindungan terhadap ruang di depan bek sayap. Tetapi tidak dalam situasi ini. Karena Bale berdiri terlalu ke depan dan agak melebar terhadap posisi di mana Iniesta berada.

Hasilnya, kompaksi pertahanan Real Madrid di half-space menjadi tidak stabil. Ketika Iniesta berlari vertikal dari lini kedua, dan mencetak gol, pergerakannya tidak disadari Modric yang terlanjur menghadap gawang sendiri.

Kesalahan Cristiano Ronaldo

Isu lainnya dalam pertahanan Los Galacticos masih bersumber dari lini serang. Kali ini soal Cristiano Ronaldo. Dalam banyak sekali pressing yang dilakukan, Ronaldo berorientasi kepada bek sayap Barca. Yang menjadi masalah, pengambilan posisi Ronaldo berada terlalu dekat dengan bek sayap lawan, yang berdiri jauh di flank.

Pengambilan posisi Ronaldo ini menyebabkan kompaksi di sekitaran area tengah Madrid menjadi kurang kuat. Idealnya, dalam salah satu teori kompaksi, Ronaldo mengambil posisi di half-space (bukan flank) untuk mengurangi ancaman bila lawan berusaha masuk dari sisi tengah.

Pengambilan posisi Ronaldo, yang terlalu melebar, juga mengurangi kemungkinan timnya melakukan jebakan pressing di flank. Segalanya menjadi makin buruk, karena saat Barca mampu memanfaatkan celah di half-space yang ditinggalkan Ronaldo untuk berprogresi, bek sayap Barcelona memiliki banyak waktu untuk naik ke depan tanpa penjagaan berarti dari Ronaldo.

Beberapa kali, Rakitic juga mampu memanfaatkan celah ini dan menjadikan dirinya sebagai akses keluar dari pressing blok tinggi Si Putih. Untuk lebih jelas mengenai kompaksi dan jebakan pressing, Anda bisa baca artikel halfspace bagian 1 dan bagian 2.

Orientasi Ronaldo, sebagai penyerang sayap, kepada bek sayap lawan sudah tepat, sayangnya pengambilan posisinya malah menggoyahkan kompaksi pertahanan timnya sendiri.

Kesalahan bertahan yang berujung gol pertama

Real Madrid mendapatkan ganjaran untuk cara mereka bertahan pada menit kesembilan. Perlindungan yang kurang di half-space, di era Carlo Ancelotti dua gelandang sayap (dalam pola bertahan 4-5-1/4-4-2) yang ikut membantu menjaga area ini, menyebabkan Sergio Roberto bebas berprogresi.

Pertukaran posisi antara Sergi Roberto dengan Rakitic ikut menggoyahkan kestabilan pertahanan Real Madrid. Ditambah Marcelo yang mengambil posisi terlalu melebar (plus minimnya keterlibatan Bale sejak awal), ruang bagi Barcelona di zona 5 Real Madrid serta channel (celah antara dua pemain) antara Ramos dan Marcelo menjadi terbuka.

Suarez yang terkenal memiliki pergerakan tanpa bola luar biasa, masuk ke channel tersebut dan mencetak gol pertama.

Gol kedua Barcelona akibat buruknya kompaksi Real Madrid

Selain buruknya kompaksi pertahanan, struktur posisional juga turut serta menyulitkan Real Madrid dalam fase membangun serangan. Dalam fase 1 atau 2 serangan, sering ditemui pemain El Real terlalu agresif mengisi posisi di area depan menggunakan 4-5 pemain, terpisah lebih dari 20 meter dengan pemain yang berada di area lebih dalam.

Posisional semacam ini memudahkan lawan mengisi celah di antaranya, menyulitkan Real Madrid untuk melakukan progresi yang lebih “aman” dan “bersih”.

Di sisi lain, saat El Real kehilangan bola, akibat dipotong oleh blok pertahanan Barca yang berdiri di antara dua lini terpisah, mereka kesulitan melakukan half-press (pressing dengan intensitas sedang atau rendah yang tujuan utamanya menghambat progresi lawan sambil memberikan kesempatan agar pemain lain kembali ke posisi bertahan yang sudah direncanakan) untuk menutup ruang serang bagi Barcelona.

Gol kedua Barca merupakan contoh paling sempurna dari efek negatif struktur serang El Real.

Gol kedua Barca ini juga merupakan contoh pentingnya dua hal. Pertama, keterlibatan penyerang dalam skema bertahan. Saat Modric menerima bola dari Navas, saat itu pula Luis Suarez tanpa lelah mengejarnya. Dalam waktu 4-5 detik bola lepas dan diambilalih oleh Rakitic.

Kedua, pemahaman ruang dalam memberikan umpan. Keputusan Navas memberikan umpan kepada Modric sebetulnya cukup mengejutkan, karena saat itu, di dekat Modric, berdiri Iniesta dan Suarez yang setiap saat bisa merebut bola dari kaki Modric (yang memang terjadi).

Lepas dari pemahaman ruang yang kurang dari Navas atau jebakan pressing yang memang dipersiapkan oleh Suarez, umpan Navas kepada Modric ditambah struktur posisional El Real yang terlalu agresif menjadi awal gol kedua Barcelona yang dicetak oleh Neymar.

BACA JUGA:  Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan Akibat Hukuman Transfer Real Madrid dan Atletico Madrid

Sistem bertahan Barcelona

Barcelona sendiri bertahan dengan menggunakan pola dasar 4-4-2 sebagai bentuk awal. Suarez ditemani Iniesta mengisi lini pressing pertama. Orientasi keduanya adalah menutup jalur umpan lini belakang Real Madrid kepada kedua gelandang tengahnya.

Bila pemain Madrid mampu meloloskan diri dari pressing ini, Barcelona bertransformasi ke bentuk dasar 4-5-1, dengan Neymar dan Sergio Roberto mengisi pos sayap serta Iniesta yang kembali ke area no. 8.

Peran Busquets dan gol ketiga Barcelona

Serangan Barcelona banyak terbantukan oleh cara bertahan lawan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sergio Busquets, salah satu no. 6 terbaik dunia, mendapatkan banyak ruang untuk berkreasi.

Busquets bisa dengan mudah menemukan rekan setimnya dalam pola segi tiga (antara Busquets sebagai pemegang bola ditambah dua pemain lain di depannya) tanpa gangguan berarti.

Yang paling mengganggu adalah, ada kalanya ketika Barca masuk ke fase kedua serangan dan mendekati sepertiga awal, pemain El Real lambat bertransisi dan hanya menempatkan lima pemain untuk menghambat lima pemain Barca yang berada dalam area pertahanan mereka.

Akibatnya, lagi-lagi, Busquets bisa dengan mudah bertindak sebagai support yang bertugas sebagai papan pantul progresi Barca. Busquets bisa dengan mudah memutuskan ke mana bola sebaiknya diarahkan, apakah langsung ke depan, ke half-space, atau kepada pemain-pemain yang berada di sayap.

Kebebasan yang diperoleh Busquets mengawali gol ketiga Barca. Busquets memulai serangan Barca yang dibangun dari sepertiga awal pertahanan mereka. Busquets berdiri bebas di area no. 6 ketika Real melakukan pressing blok tinggi kepada lini belakang Barca. Ia kemudian memutuskan melakukan perpindahan bola, dari half-space kiri ke sayap kanan kepada Sergio Roberto, sampai akhirnya sekitar 13-15 detik kemudian Iniesta mencetak gol ketiga.

Di babak kedua, tidak banyak perbaikan dilakukan oleh Rafael Benitez. Terutama struktur pertahanan mereka. Cara mereka bertahan, pada dasarnya, masih sama seperti yang mereka lakukan di babak pertama.

Pada menit ke-56, Real Madrid melakukan pergantian pemain. James Rodriguez ditarik keluar digantikan oleh Isco. Keputusan Rafa untuk mempertahankan Ronaldo bisa disayangkan. Karena Ronaldo tidak menunjukan keterlibatan positif dalam taktik tim, baik taktik serang maupun (apa lagi) taktik bertahan.

Walaupun, di sisi lain, keputusan Rafa bisa dimengerti. Kemungkinan ia mempertahankan Ronaldo, selain berharap akan ketajaman Ronaldo, Rafa juga mungkin berharap Ronaldo mampu memanfaatkan kemampuan duel udaranya sebagai alternatif eksekusi peluang.

Barcelona tampak makin nyaman dengan pola pertahanan mereka. Struktur serang Sergio Ramos dan kawan-kawan yang agresif, seperti yang terjadi babak pertama, masih menjadi salah satu faktor penting kesuksesan pertahanan Barcelona.

Dalam blok tinggi dan menengahnya, Barca sering mampu merebut penguasaan bola dari pressing mereka disebabkan Real yang sering kali kedapatan kekurangan pemain dalam mengimbangi pressing Barca.

Kesimpulan

Barcelona pantas mendapatkan ucapan selamat atas kemenangan empat gol tanpa balas di Santiago Bernabeu. Tetapi, di sisi lain, mengatakan Barca telah bermain sempurna juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Kenapa?

Karena, secara taktik, sang lawan sangat kacau. Kompaksi pertahanan mereka sering rusak akibat penempatan posisi pemain mereka sendiri. Struktur serang Real Madrid juga terlalu agresif tanpa formasi yang mampu mendukung fase membangun serangan.

Sering kali mereka meninggalkan Modric atau Kroos sendirian di tengah saat berada dalam fase membangun serangan, yang mengakibatkan buruknya progresi. Padahal progresi yang aman seharusnya bisa dilakukan.

Dalam satu atau dua momen Barcelona juga melakukan gambling dengan menempatkan tiga pemain mereka untuk tetap di depan saat Ronaldo dan kawan-kawan menyerang. Apakah gambling semacam ini bisa diterapkan di Liga Champions masih menjadi pertanyaan.

Andres Inesta menjadi pemimpin yang sangat luar biasa. Ia membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu no. 8 terbaik dunia. Sergio Busquets, seperti yang sudah-sudah, tetap mampu tampil brilian dengan teknik satu sentuhan dan kecepatannya berpikir.

Sergio Roberto, menunjukan pergerakan tanpa bola yang bagus. Ia bergerak turun ke bawah, ke half-space, untuk ikut membantu progresi sekaligus melepaskan diri dari penjagaan Marcelo. Keterlibatannya dalam fase bertahan Barca pun lebih baik dari apa yang dilakukan Ronaldo untuk Real Madrid.

Kompetisi masih panjang. Masih banyak kesempatan bagi Real Madrid untuk bersaing, bila Rafa mampu memperbaiki kompaksi pertahanan yang tampak kacau dalam El Clasico edisi kali ini.

Struktur posisional pertahanan Real juga berpotensi di-gegen(counter)pressing lebih mudah oleh lawan. Walaupun tidak banyak terlihat, tetapi potensi ini akan tetap ada kalau Benitez gagal memperbaiki bentuk pertahanan timnya. Sistem pertahanan Real era Ancelotti yang banyak berkiblat pada filosofi Arrigo Sacchi bisa menjadi referensi kompaksi yang bagus.

 

Komentar