Analisis Profil Taktik Barcelona Liga Champions 2014/15

Skema dan susunan pemain

Pakem 4-3-3 sudah menjadi pakem dasar di Barcelona semenjak era Johan Cruyff. Meski begitu, dua pendahulu Luis Enrique Martinez, Pep Guardiola dan Tito Vilanova sempat membuat sejumlah eksperimen dengan menerapkan skema 3-4-3 dan 3-3-4 yang sebenarnya memiliki sistem permainan yang tidak jauh berbeda dari 4-3-3.

Di posisi penjaga gawang, Marc-Andre ter Stegen menjadi andalan sebagai spesialis Liga Champions dan Copa del Rey. Di depannya terdapat duet bek tengah yang salah satunya sudah pasti milik Gerard Pique. Pique dapat berpartner dengan Marc Bartra, Jeremy Mathieu, Javier Mascherano atau Thomas Vermaelen – yang baru mendapat kesempatan bermain pada partai pamungkas liga. Pada beberapa pertandingan terakhir, duet Pique-Mascherano menjadi andalan Luis Enrique.

Duet bek tengah ini diapit oleh dua fullback yang masih menjadi hak milik Daniel Alves dan Jordi Alba yang dilapis oleh Martin Montoya, Adriano Correia dan Jeremy Mathieu. Pos no. 6 hampir pasti menjadi milik Sergio Busquets mengingat Mascherano kini menjadi partner andalan Pique di lini belakang. Di depan Busquets terdapat duet no. 8 yang dapat diisi oleh Xavi Hernandez, Sergi Samper, Andres Iniesta, Rafael “Rafinha” Alcantara dan Ivan Rakitic. Namun, Rakitic hampir pasti menjadi pilihan utama karena dirinya dapat mengakomodasi pergerakan Lionel Messi dan Dani Alves dengan baik.

Lionel Messi – semenjak kemenangan atas Atletico Madrid di pertandingan La Liga – kini dikembalikan oleh Luis Enrique ke posisi sayap kanan – yang merupakan posisi pertamanya saat diberi kesempatan debut oleh Frank Rijkaard. Neymar dan Luis Suarez menjadi andalan masing-masing di posisi sayap kiri dan penyerang.

Fase build-up

Pada era Guardiola dan Villanova, Barcelona selalu menggunakan rantai yang terdiri dari tiga pemain di lini belakang untuk melakukan build-up permainan. Rantai tiga pemain di lini belakang tersebut dapat terbentuk dari dua bek tengah yang melebar dan seorang no. 6 yang turun sejajar dengan kedua bek tengah. Opsi lainnya, mereka bisa juga menggunakan rantai yang terdiri dari dua bek tengah dan salah satu fullback — biasanya Eric Abidal atau Jordi Alba — dan membiarkan Dani Alves bergerak ke area yang lebih agresif di sisi kanan.

Namun pada era Luis Enrique ini, fase build-up Barcelona tidak lagi menggunakan rantai tiga pemain. Fase build-up mereka dilakukan dengan hanya menggunakan dua bek tengah. Kedua fullback mereka bergerak sedikit lebih naik hingga sejajar dengan pemain di pos no. 6. Skema ini sangat berkaitan erat dengan pola progresi mereka yang lebih banyak ke area half space.

Skema build-up ini juga menyulitkan lawan untuk melakukan pressing karena Barcelona memiliki superioritas jumlah pemain yang berada di balik lini pressing pertama (lini depan). Apabila intensitas pressing lawan meningkat, Barcelona dapat menggunakan ter Stegen untuk membentuk rantai tiga pemain dan menghasilkan superioritas jumlah seperti terlihat pada gambar sebelah kiri di bawah ini. Dengan demikian, sirkulasi bola secara horizontal dapat tetap terjaga sambil menempatkan sebanyak mungkin pemain di area progresi.

Barcelona menggunakan ter Stegen untuk membentuk rantai tiga pemain (kiri). Posisi Busquets di luar rantai tiga pemain untuk kombinasi umpan pendek (kanan).

Selain menggunakan ter Stegen untuk membentuk rantai tiga pemain, Barcelona juga dapat menggunakan Busquets untuk keluar dari tekanan. Pemosisian Busquets yang tidak lagi mengharuskannya untuk membentuk rantai tiga pemain memiliki maksud tersendiri. Dengan adanya Busquets di posisi yang lebih tinggi, dirinya dapat menghubungkan lini belakang dengan lini tengah melalui kombinasi umpan sederhana seperti terlihat pada gambar sebelah kanan di atas.

Selain itu, ketika lawan meningkatkan intensitas pressing, Barcelona dapat memberikan umpan panjang ke depan. Apabila posisi Busquets sejajar dengan dua bek tengah membentuk rantai tiga pemain, maka dirinya tidak akan mendapat akses ke bola kedua. Dengan posisinya yang lebih tinggi di tengah, maka lebih memungkinkan bagi Busquets untuk mendapatkan akses ke bola kedua.

 

Lalu, bagaimana cara menghentikan build-up yang dilakukan Barcelona? Bayern Munchen yang ditangani Pep Guardiola mencoba memberikan kejutan ketika timnya menghadapi Barcelona pada partai semifinal Liga Champions. Bayern menerapkan pressing dengan orientasi penjagaan pemain. Namun hal ini justru meninggalkan lini belakang mereka dalam situasi 3vs3 melawan trisula penyerang Barcelona. Setelah pertandingan berjalan kurang lebih 14 menit akhirnya Pep pun mengubah skema.

Progresi

Di bawah asuhan Luis Enrique, Barcelona melakukan progresi tanpa harus melewatkan bola ke ruang antarlini di area sentral maupun half space dengan menggunakan umpan vertikal dari belakang. Hal ini didasari oleh kecenderungan taktik saat ini yang memiliki kompaksi yang sangat baik untuk mencegah bola ke ruang antarlini dan mengarahkan bola ke sisi lapangan.

Progresi permainan Barcelona lebih banyak ke area half space via sisi lapangan. Hal ini didukung oleh sistem build-up mereka yang hanya menggunakan dua bek tengah. Dengan demikian, kedua fullback Barcelona secara natural dapat melakukan overload di area half space lawan bersama no. 8 dan sayap Barcelona. Adanya overload ini membuat kombinasi umpan dapat lebih mudah dilakukan untuk mendukung penetrasi ke lini pertrahanan lawan.

Pola build-up Barcelona juga membuat sayap lawan akan kesulitan untuk mendapatkan akses pressing ke kedua fullback Barcelona tanpa meninggalkan celah di half space. Adanya celah di half space akan dapat dengan mudah dieksploitasi melalui kombinasi umpan pendek karena adanya overload. Bagaimanakah pola progresi Barcelona?

Ketika bola berada di fullback, maka pemain sayap akan membuka jalur umpan ke sisi lapangan untuk segera menerima bola. No. 8 Barcelona akan memosisikan diri mereka agar dapat mengakses half space di ruang antarlini dan memberikan opsi umpan kepada sayap yang menguasai bola. Selain untuk menawarkan opsi, posisi no. 8 ini juga memungkinkan dirinya untuk mengeksploitasi channel yang terbentuk apabila fullback lawan mencoba untuk mendapatkan akses pressing ke sayap Barcelona.

Sementara itu, fullback mereka juga akan segera bergerak ke half space di depan lini pressing kedua lawan untuk memberikan opsi umpan. Posisi ini memudahkan mereka untuk mengakses ruang antarlini serta memberikan ruang kepada sayap Barcelona di sepanjang sisi lapangan untuk keluar dari tekanan.

Diagram di atas menunjukkan pentingnya pergerakan fullback Barcelona ke half space ketika bola berada di sisi lapangan. Pergerakan tersebut membantu pemain yang menguasai bola untuk mendapatkan ruang yang lebih banyak. Hal ini penting untuk dilakukan karena opsi yang dimiliki pemain yang berada di sisi lapangan lebih sedikit dibandingkan dengan opsi yang dimiliki di area sentral dan half space. Dengan memberinya ruang seluas mungkin serta opsi sebanyak mungkin maka sulit bagi lawan untuk menerapkan jebakan. Selain itu, pergerakan tersebut juga menyebabkan overload di area half space lawan sehingga kombinasi cepat dengan umpan-umpan pendek dapat dilakukan untuk mencegah pembawa bola di sisi lapangan terjebak

Pola progresi Barcelona ketika sayap mereka bergerak ke area halfspace

Berbeda lagi ketika pemain sayap Barcelona berada di area half space. Biasanya, pada situasi ini no. 8 mereka akan bergerak ke sisi lapangan untuk menyeimbangkan konsumsi ruang serta membuka jalur umpan dari fullback. Skema overload yang dilakukan pada situasi ini masih sama, yaitu ke area half space dan memberikan opsi umpan kepada pemain yang berada di sisi lapangan.

Apabila fullback berada di posisi yang lebih agresif di sisi lapangan maka untuk menyeimbangkan  konsumsi ruang, pemain no. 8 dapat bergerak turun ke half space di depan lini pressing kedua lawan untuk menjemput bola dari lini belakang. Namun pada situasi ini dinamikanya lebih kecil karena pemain berada di posisi idealnya. Meskipun demikian, opsi yang dimiliki pemain no. 8 tentu lebih banyak karena dirinya berada di area half space.

Situasi yang berbeda juga didapatkan ketika pemain sayap Barcelona berada di area sentral. Di sini, dinamika yang dihasilkan sangat besar karena terjadi sejumlah penyeimbangan konsumsi ruang. No. 8 dan fullback mereka akan berada di koridor yang berbeda tergantung pada kondisi awal. Sementara itu, no. 9 akan bergerak ke channel di halfspace, selain untuk menyeimbangkan konsumsi ruang dirinya juga melakukan overload ke area half space lawan. Namun situasi ini merupakan kasus spesial di mana pemain sayap yang dapat bergerak ke area sentral hanyalah Messi.

Salah satu contoh hal ini dilakukan adalah ketika Barcelona menghadapi Paris Saint Germain (PSG) di mana Laurent Blanc menerapkan overload di sisi kiri pertahanan mereka untuk mereduksi area kerja Messi. Menghadapi situasi semacam ini, Messi bergerak ke area sentral untuk menghubungkan dirinya dengan sisi yang berseberangan di mana PSG mengalami underload akibat taktik yang mereka terapkan.

Pola-pola progresi di atas dapat terjadi ketika lini pressing terdepan lawan mencoba untuk mendapatkan akses pressing ke kedua bek Barcelona. Namun ketika lawan lebih memfokuskan pertahanan mereka untuk mereduksi ruang antarlini, ditambah lini pressing terdepan mereka sangat berorientasi kepada pemain di pos no. 6, maka salah satu dari kedua bek Barcelona dapat membawa bola ke depan. Dengan demikian maka salah satu pemain lawan dari rantai kompaksi akan terpancing untuk memberikan tekanan sehingga ruang pun terbuka.

Pola build-up dan progresi dengan menggunakan sisi lapangan untuk masuk ke half space di ruang antarlini ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya, Barcelona dapat melakukan progresi secepat mungkin dengan menghindari kepadatan yang muncul di area sentral. Namun tentu saja progresi dengan fokus area sayap memiliki kelemahan. Akses pressing yang baik ke fullback Barcelona dapat memotong jalur umpan di sisi lapangan. Bagaimana ketika hal ini terjadi di lapangan?

Di sinilah manfaat lain dari pemosisian Busquets yang tidak ikut turun untuk membentuk rantai tiga pemain. Keberadaannya dapat menjadi titik untuk memindahkan bola. Memindahkan bola via no. 6 tentu saja lebih menguntungkan karena dapat mengakses jalur umpan yang terbuka lebih cepat ketika lawan harus bergeser. Namun apabila Busquets mendapat pengawalan, maka hal tersebut berarti lini belakang Barcelona mendapat sedikit tekanan — bahkan tidak ada sama sekali — untuk dapat mensirkulasi bola.

Overload

Dari seluruh pola yang telah dijabarkan di atas, terlihat bahwa Barcelona selalu menghadirkan overload bagi lawan di area sisi lapangan dan half space. Adanya overload akan memberikan pertanyaan serius kepada lawan, apakah membiarkan area tersebut dikuasai lawan atau memberikan bantuan dengan konsekuensi terjadinya underload di area lainnya. Area yang menderita overload oleh lawan tentu saja akan menjadi kekuasaan lawan, sehingga memudahkan lawan untuk melakukan penetrasi. Namun apabila meninggalkan area lainnya dalam kondisi underloaded, maka area tersebut akan lebih mudah untuk diserang via pemindahan bola. Overload di salah satu half space ini tidak hanya berguna saat sedang menguasai bola. Barcelona juga mendapatkan keuntungan dari hal ini ketika sedang dalam transisi bertahan.

Transisi bertahan

Bila dibandingkan dengan Barcelona asuhan Gerardo Martino, musim ini tim asuhan Luis Enrique ini tergolong sangat sedikit menderita kebobolan dari serangan balik.

Mengapa demikian?

Hal ini merupakan timbal balik dari pola build-up dan progresi mereka.

Bukankah pola build-up mereka hanya menyisakan dua bek di lini belakang?

Ya, Barcelona hanya menyisakan dua bek di lini bertahan saat fase build-up dan menempatkan sebanyak mungkin pemain di area progresi. Namun pada fase build-up ini, hanya beberapa pemain yang masuk ke ruang antarlini untuk menginisiasi progresi. Ruang antarlini yang menjadi target eksploitasi Barcelona berada di half space. Dengan demikian, mereka tidak perlu menempatkan sebanyak mungkin pemain di ruang antarlini. Hanya satu-dua pemain saja yang dapat masuk ke halfspace di ruang antarlini, sementara yang lainnya akan berada di depan lini tengah lawan untuk menjaga konektivitas sirkulasi bola.

Pada gambar di atas terlihat empat pemain Barcelona berada di depan kedua bek tengah mereka untuk menjaga sirkulasi bola. Hal ini membuat lawan kesulitan untuk merebut bola karena minimnya akses pressing yang mereka miliki. Apabila lawan mencoba untuk lebih agresif dalam mendapatkan akses pressing, maka Barcelona akan lebih memilih untuk memainkan umpan langsung ke depan baik ke ruang antarlini yang terbentuk maupun ke ruang di belakang lini pertahanan lawan. Apabila akses pressing yang dimiliki lawan kecil, maka kemungkinan bola untuk hilang juga kecil.

Banyaknya pemain di depan lini pressing kedua lawan ini juga membuat fase transisi mereka dari menyerang ke bertahan dapat dilakukan dengan cepat. Di sisi yang jauh dari bola channel dapat segera ditutup, sementara itu di sisi yang dekat dengan bola Barcelona dapat melakukan counterpressing. Counterpressing yang mereka terapkan sangat terbantu oleh kompaksi lokal yang merupakan efek dari gaya bermain mereka yang menerapkan overload dan umpan-umpan pendek. Selain itu, yang menjadikan counterpressing mereka sangat efektif sebenarnya merupakan timbal balik dari fokus progresi mereka.

Fokus progresi Barcelona di area sayap dan half space membuat bola, ketika berhasil direbut lawan, akan berada di area yang tidak terlalu krusial dibanding ketika bola hilang di area sentral. Dengan demikian, opsi dan ruang yang dimiliki lawan dapat ditekan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya serangan balik dan merebut bola kembali.

Diagram di atas menunjukkan counterpressing Barcelona yang didukung oleh kompaksi lokal yang merupakan timbal balik dari overload yang mereka terapkan. Selain itu, bola yang baru saja dikuasai lawan juga berada di area yang mudah untuk ditekan karena minimnya opsi yang dimiliki. Hal ini juga dibantu dengan overload yang mereka berikan di area half space lawan. Adanya overload ini membuat Barcelona dapat dengan cepat menutup jalur umpan ke area sentral.

Sistem Pertahanan

Sistem pertahanan Barcelona menggunakan skema 4-1-4-1 yang merupakan transformasi natural dari skema 4-3-3 yang mereka gunakan — ketika menguasai bola. Kedua sayap mereka akan turun lebih dalam hingga sejajar dengan duo no. 8 mereka. Keempat pemain ini mendapat bantuan dari seorang no. 6 yang berada di belakang mereka.

Sistem penjagaan yang diterapkan berupa zonal marking dengan orientasi akses. Orientasi ini mendapat sedikit penggabungan dari orientasi penjagaan lawan di area yang dekat dengan bola. Dengan demikian, akses terhadap bola bisa dipertahankan dengan baik meskipun lawan melakukan pemindahan bola. Pressing yang mereka terapkan merupakan transformasi dari skema 4-1-4-1 ke 4-4-2. Terdapat sejumlah variasi pada skema pressing 4-4-2 Barcelona yang bergantung pada ada atau tidaknya akses terhadap bola. Variasi ini melibatkan pergeseran no. 8 atau sayap Barcelona untuk keluar dari rantai formasi.

Pada diagram di atas, salah satu no. 8 (Iniesta) keluar dari rantai sambil menempatkan no. 6 lawan di balik bayang-bayang badannya dan mentransformasi skema yang semula 4-1-4-1 menjadi 4-4-2. Situasi ini muncul ketika no. 9 Barcelona berada lebih dekat dengan bek lawan yang jauh dari bola. Keluarnya salah satu no. 8 dari rantai formasi ini memang berpotensi untuk meninggalkan lubang. Untuk menutupnya, maka no. 6 Barcelona akan bergerak naik untuk menutup ruang yang ditinggalkan sekaligus membentuk lini tengah yang sejajar dalam skema 4-4-2. Untuk mengantisipasi eksploitasi di area half space, maka fullback yang berada di sisi yang dekat dengan bola akan melakukan penjagaan dan mengikuti lawan terdekat yang bergerak ke area half space.

Diagram di atas menunjukkan transformasi ke 4-4-2 yang berasal dari pergerakan sayap Barcelona untuk memberikan tekanan terhadap bek lawan sambil menempatkan fullback lawan di balik bayang-bayang badannya. No. 8 yang berada dekat dengan bola akan menutup ruang yang ditinggalkan oleh sayap, sementara itu no. 6 akan menutup ruang yang ditinggalkan no. 8 yang bergeser. Pada situasi ini, fullback mereka juga akan menerapkan penjagaan terhadap pemain lawan terdekat yang bergerak ke area half space.

Dalam beberapa kesempatan, Barcelona akan menggunakan skema bertahan 4-4-2. Skema ini bukan transformasi dari 4-1-4-1 ketika mereka mendapatkan akses pressing namun murni pemosisian salah satu sayap mereka yang sejajar dengan no. 9. Hal ini biasanya dilakukan oleh Messi. Hal ini dilakukan ketika lawan memiliki no. 6 yang memiliki kemampuan untuk mendistribusikan bola dengan sangat baik. Dengan demikian, progresi dan pemindahan bola oleh lawan via no. 6 dapat ditekan. Selain itu, skema ini juga memungkinkan Messi untuk mendapatkan akses yang konstan ke area sentral di mana ia bisa terhubung dengan lebih banyak pemain dibandingkan di sisi lapangan.

Skema-skema tersebut memungkinkan Barcelona untuk mengontrol area sentral sambil mempertahankan kompaksi horizontal. Namun, dari dua sistem tersebut terdapat sebuah kelemahan. Ketika Busquets harus menutup ruang dan meninggalkan ruang antarlini, hal tersebut berarti ruang antarlini Barcelona tidak terjaga. Sirkulasi bola yang baik saat build-up dapat digunakan untuk mengeksploitasi ruang antarlini ini.

 

Komentar

This website uses cookies.