Menakar Kapabilitas Duet Palang Pintu Arsenal: Laurent Koscielny dan Shkrodan Mustafi

Ada idiom klasik yang percaya bahwa semua hal di dunia ini diciptakan berpasangan. Idiom tersebut juga berlaku untuk dunia sepak bola, khususnya posisi pemain. Ketika dua pemain dipasangkan di posisi tertentu, niscaya, akan lahir sesuatu yang menarik.

Dahulu, ketika penggunaan dua penyerang begitu marak, publik sudah mengenal istilah “duet ujung tombak”. Duo SAS milik Blackburn Rovers, Chris Sutton dan Alan Shearer misalnya, atau duet penyerang kembar favorit saya sepanjang masa, Dennis Bergkamp dan Thierry Henry.

Istilah “duet” tak hanya berlaku untuk dua striker yang bermain bersama. Lini belakang pun juga menghidupi istilah tersebut, yaitu “duet palang pintu”.

AC Milan pernah sangat populer di medio 2000-an awal ketika secara surealis dan ajaib mereka mampu menduetkan legenda abadi, Paolo Maldini dengan the master of art in defence, Alessandro Nesta.

Atau saat era kejayaan Manchester United di penghujung karier Sir Alex Ferguson ketika mereka mempunyai duet tembok keras pada sosok Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand.

Memiliki duet pemain belakang, utamanya bek tengah yang paten dan berkualitas adalah jaminan mutu. Keduanya memberi rasa aman dan nyaman bagi para pemain di depannya, juga bagi para penonton.

Perasaan itu cukup kompleks untuk dijelaskan dengan huruf. Anda, para pembaca yang pernah bermain sepak bola pasti merasakannya. Yaitu rasa nyaman karena tahu ada kawan yang bisa diandalkan di lini pertahanan.

Makna “di belakang” bukan sekadar makna kosong. Bermain di belakang dan cenderung mendapat sorotan yang minim adalah bukti bahwa biasanya, pemain belakang kerap menjadi unsung hero.

Ia yang bekerja keras, melakukan intersep, tekel, mengoleksi pelanggaran, berjibaku jatuh bangun apabila sistem pertahanan timnya sedang kacau, hingga harus pontang-panting ke segala arah untuk menutup ruang.

Dan bukan kebetulan kenapa pemain belakang terakhir yang meraih Ballon d’Or terjadi 10 tahun lalu atas nama Fabio Cannavaro. Bermain di belakang adalah opsi untuk tidak menjadi populer.

BACA JUGA:  Tak Perlu Sedu-sedan Untuk Jack Wilshere

Awal musim 2016/2017, secara mengejutkan, walau sudah diprediksi pergerakannya, Arsenal sukses mendapatkan bek juara dunia dari Jerman milik Valencia, Shkodran Mustafi.

Kedatangan Mustafi adalah bukti bahwa Arsenal konsisten melakukan pembelian pemain bintang tiap tahunnya, dimulai dari kedatangan Mesut Ozil dari Real Madrid, Alexis Sanchez dari Barcelona, hingga Petr Cech dari Chelsea.

Mustafi digadang-gadang banyak pihak akan menjadi palang pintu andalan Arsenal yang lini belakangnya rentan melakukan komedi dan blunder. Kedatangan Mustafi yang pertama dipasangkan dengan Laurent Koscielny di laga melawan Southampton adalah berkah, yang mungkin, akan menentukan kesuksesan Arsenal musim ini.

Similaritas “Kostafi”

Di laman resmi Arsenal, ketika ditanya apa resep duet kompaknya bersama Koscielny, Mustafi bilang dengan jelas bahwa gaya dan cara main mereka yang mirip adalah kunci untuk membangun partnership yang oke.

Duet Kostafi (sebutan Gooners untuk duet Koscielny dan Mustafi) sendiri menawarkan dimensi baru. Selama ini, pasangan ball-playing defender dan limited defender dianggap sebagai komposisi yang paling ideal.

Ball-playing defender ialah istilah yang disematkan kepada pemain belakang (biasanya bek tengah) yang mempunyai kemampuan olah bola yang baik. Banyak yang menyebutnya “nyaman ketika menguasai bola” dan mampu mendistribusikannya dengan baik.

Bek (tengah) dengan tipe seperti ini biasanya menginisiasi serangan yang dibangun dari bawah. Dengan kata lain, ia akan berperan serta dalam proses membangun serangan, baik dengan umpan horizontal (dan diagonal) ke kedua sisi lapangan, atau umpan vertikal yang menembus lini lawan.

Sementara itu, limited defender lekat dengan pemain belakang yang tugasnya (cara bermain) lebih sederhana. Ia tidak akan banyak berperan dalam proses membangun serangan. Pola pikir paling sederhana dari bek tipe ini adalah “membuang bola” sejauh mungkin dari area pertahanan, menggunakan cara apa saja.

Limited defender akan lebih sering memberikan bola kepada pemain yang lebih kreatif di depannya, dalam hal ini gelandang, ketimbang mencoba menginisiasi serangan dengan umpan vertikal.

BACA JUGA:  Supaya Niat Arsenal Membeli Shkodran Mustafi dan Lucas Perez Tidak Percuma

Koscielny dan Mustafi sendiri memang nyaman dengan bola, piawai menyusun serangan dari belakang, dan memiliki gaya bertahan yang hampir sama. Keduanya gemar melakukan intersep dibanding menunggu lawan masuk menyerang untuk kemudian melakukan tekel.

Bukan kebetulan bahwa Mustafi salah satu bek dengan catatan intersep terbaik di La Liga musim lalu. Dan bukan kebetulan juga bahwa Koscielny pun termasuk bek dengan rataan intersep terbaik di Liga Primer Inggris musim lalu.

Musim ini, pertahanan Arsenal semakin membaik dengan kehadiran Kostafi.

 

Sejak kekalahan di pekan perdana dari Liverpool, secara ajaib, Arsenal belum terkalahkan dan sempat menghajar Chelsea asuhan Antonio Conte dengan angka telak 3-0.

Catatannya, sepuluh kali Mustafi bersanding dengan Kos the Boss, Arsenal belum terkalahkan, mencetak lima clean sheet dan baru kebobolan enam gol terhitung satu gol penalti Jermain Defoe kemarin Sabtu (29/10).

Ditambah kemampuan “pak hansip”, Francis Coquelin, dalam menjaga bola agar tidak masuk ke area Kostafi dan kenyamanan Arsenal dalam memainkan tempo, duet bek tengah ini (seharusnya) bisa menjadi solusi.

Setidaknya, untuk menandingi superiornya lini belakang Tottenham Hotspur dan duo palang pintu Belgia atas nama Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld.

November adalah bulan yang tepat untuk sekali lagi melihat kapabilitas Kostafi karena Arsenal akan bertandang ke Old Trafford dan menjamu Tottenham di kandang. Dibanding Chelsea-nya Conte yang waktu itu masih mencari pakem terbaik, Tottenham jauh lebih stabil dan matang secara taktikal.

Dan Manchester United? Ayolah, kita semua tahu berapa kali pria Setubal itu gemar betul membuat pusing kepala Arsene Wenger dengan ciri khas sepak bolanya yang piawai mengundang kantuk itu.

Andai November bisa dilewati dengan catatan memuaskan, Arsenal dan suporternya punya banyak alasan untuk bermimpi jauh musim ini.

Komentar
Penulis bisa dihubungi di akun @isidorusrio_ untuk berbincang perihal banyak hal, khususnya sepak bola.