Tanggal 10 Mei 2016, pukul 11 pagi lebih 9 menit waktu Jerman, ketika Bayern Munchen resmi mengumumkan telah sepakat untuk mendatangkan salah satu pemain muda berbakat di Eropa yang lama menjadi buruan Manchester United, Renato Sanches. Pemuda 18 tahun ini diikat kontrak lima tahun dengan mahar 35 juta euro meluncur untuk Benfica.
Kurang lebih setengah jam kemudian, klub juara Bundesliga sebanyak 26 kali itu meresmikan pembelian kedua mereka hari itu. Dan yang datang, bukan nama sembarangan.
Pemain berstatus juara dunia, sekaligus salah satu bek terbaik Eropa, Mats Hummels. Pemain belakang tampan ini datang dengan banderol yang dirahasiakan dan diikat kontrak dengan durasi yang sama dengan bocah Portugal dari Benfica.
Kepindahan Renato Sanches mungkin mengejutkan, mengingat sejak akhir musim panas lalu, hingga jelang bursa transfer Januari tahun ini, namanya erat dikaitkan dengan Manchester United.
Sedangkan berita Hummels sebenarnya tidak mengherankan. Sejak beberapa pekan lalu, sang pemain sudah mengikrarkan niat untuk hijrah ke klub yang ia bela semasa remaja. Tentu akan menarik dan menggemparkan jagat sepak bola seandainya Hummels pindah ke Stoke City atau Aston Villa, tapi nyatanya, ia ke Bayern.
Bisa dibayangkan hebatnya kualitas skuat The Bavarian untuk musim depan. Kepergian sang jenius, Pep Guardiola memang disesalkan, tapi suksesornya, bukan nama sembarangan.
Sang begawan taktik dari Italia dalam sosok Carlo Ancelotti. Transisi pelatih bagi Bayern adalah hal biasa. Sejak era Louis van Gaal, Juup Heynckes hingga rezim Pep Guardiola, mereka melakukan perubahan taktikal dan hampir selalu juga juara di liga.
Selain kualitas taktikal pelatih, klub yang bermarkas di Allianz Arena ini memiliki skuat yang aduhai amboi betul indahnya. Dan dengan datangnya dua pemain yang disebutkan di atas, Bayern lebih dari cukup untuk menguasai Jerman (seperti biasanya) dan juga, harusnya, menguasai Eropa musim depan.
***
Datangnya Mats Hummels membuat saya sedikit berfantasi bahwa Bayern adalah tim yang diidamkan hampir semua pemain di Jerman, bahkan mungkin, di dunia.
Seorang kawan, penyuka dan maniak game Football Manager suatu kali bercerita bahwa ketika memakai Bayern di FM, hampir semua pemain asal Jerman bisa dibeli ke Allianz Arena. Asal banderol dan kontrak cocok.
Bayern ibarat Mekkah bagi umat Muslim, Yerusalem bagi kaum Yahudi, dan Vatikan bagi orang Nasrani. Mereka menawarkan sensasi menggiurkan yang luar biasanya, akan sulit sekali ditolak.
Orang akan melakukan apa pun untuk hijrah ke Bayern, dan tim ini tak perlu melakukan upaya pendekatan yang maksimal. Sejarah menggambarkan itu dengan jelas.
Manuel Neuer, kapten dan bintang utama Schalke 04 selama lima musim, akhirnya hijrah dan tak kuasa menolak pinangan Die Roten pada 2011. Juga ada nama-nama beken dari Dortmund yang akhirnya berkostum merah ala FC Hollywood semisal Mario Gotze hingga Robert Lewandowski.
Mundur beberapa musim ke belakang, penyerang Hispanik timnas Jerman yang mekar di VfB Stuttgart, Mario Gomez, memutuskan pula untuk menerima pinangan Bayern. Jerome Boateng yang gagal bersama Manchester City, juga menemukan sinar dan menjadi juara dunia bersama timnas Jerman lewat karier briliannya di Munchen.
Franck Ribery juga condong hijrah ke Die Roten dari Marseille sejak 2007 dibanding menerima pinangan Arsenal dan Real Madrid kala itu. Lukas Podolski dan Miroslav Klose, dua nama penyerang yang merupakan langganan lini depan tim Panser Jerman juga masuk ke daftar ini.
Deretan nama-nama itu makin bertambah panjang dengan banyaknya bintang kelas satu Eropa yang pindah ke Bayern semisal Xabi Alonso, Thiago Alcantara, Arturo Vidal hingga Arjen Robben. Kalau Real Madrid disebut Los Galacticos, wajar kemudian Bayern Munchen disebut FC Hollywood kemudian.
Datangnya Renato Sanches memang luar biasa. Tapi yang lebih senasional, tentu hijrahnya bek rupawan Jerman, Mats Hummels ke Bayern.
Tidak tanggung-tanggung, konon, Hummels sampai meminta pada petinggi Dortmund secara personal untuk pindah ke Bayern musim depan. Di konteks kepindahan Hummels, yang menyusul Gotze dan Lewandowski, kita harusnya sepakati bahwa sebagian besar pemain di Jerman memang akan menjadi pemain Bayern pada waktunya.
Marco Reus dan Ilkay Gundogan boleh berikrar setia di Dortmund, atau talenta muda semisal Leroy Sane dan Max Meyer di Schalke, hingga Kevin Volland di Hoffenheim. Tapi godaan untuk berkostum merah ala Die Roten ibarat godaan segelas sirup jeruk dingin yang disajikan di depan orang yang sedang berpuasa di siang bolong yang terik.
Selayaknya hidup yang akan indah pada waktunya, bagi pemain-pemain top Bundesliga, takdir terbaik adalah semua akan (p)indah ke Bayern pada waktunya.
Bisa tahun depan atau dua tahun lagi, atau kapan pun. Tidak ada yang menjamin. Ini bukan masalah loyalitas, laiknya narasi Tanah yang Dijanjikan, kehidupan dan karier di Bayern menawarkan gelimang gelar dan kekayaan yang melimpah.
***
Musim depan, Carletto sudah dipastikan berada di kursi manajer. Dan sudah pasti, perubahan taktikal akan terjadi dan gaya main Die Roten akan berganti. Tapi Bayern hampir selalu sukses melakukan transformasi gaya main siapa pun pelatihnya, jadi tidak akan ada masalah berarti.
Di penjaga gawang, nama Manuel Neuer jelas tidak akan digusur. Memasuki usia keemasan seorang penjaga gawang, harusnya, Neuer akan semakin bersinar seperti Gianluigi Buffon di Juventus.
Lini belakang juga menyimpan potensi dahsyat dengan datangnya Hummels. Empat back four bisa diisi dengan Phillip Lahm di bek kanan, David Alaba di bek kiri, mengapit dua bek tengah, Jerome Boateng dan Mats Hummels.
Kedua bek tengah ini memiliki kemampuan laser pass yang bisa memecah blok pertahanan dan skema pressing lawan. Nilai plusnya, keduanya adalah partner di timnas Jerman.
Di tengah, Renato Sanches bisa saling mengisi dengan Thiago Alcantara dan Arturo Vidal atau Xabi Alonso (kalau kontraknya diperpanjang). Serangan di sisi sayap juga tidak kekurangan daya ledaknya karena masih ada nama-nama semisal Robben, Ribery hingga Douglas Costa. Juga masih ada nama pemuda Prancis, Kingsley Coman.
Lini depan sudah mutlak menjadi milik Robert Lewandowski dan Thomas Mueller. Kalaupun Mario Gotze positif pindah musim panas nanti, tidak akan sulit bagi Bayern menemukan pengganti dengan kualitas sepadan. Ada nama-nama seperti Karim Bellarabi atau Lars Stindl yang bisa digoda untuk berpaling ke Munchen.
Dengan skuat perkiraan seperti itu, nikmat manakah yang didustakan Carlo Ancelotti musim depan?
Dua bek dengan kemampuan kelas atas, gawang pun dijaga oleh salah satu kiper terbaik dunia. Lini tengah juga potensial dengan nama-nama besar berkualitas. Lini serang pun terjamin dengan bercokolnya nama Robert Lewandowski.
Dibandingkan Liga Inggris, dongeng Leicester sebaiknya memang terjadi di Bundesliga. Dominasi dan superiornya kualitas pemain Bayern adalah pertanda buruk bagi kompetitor mereka di liga, tak terkecuali Borussia Dortmund dan Bayer Leverkusen sekalipun.
Dengan datangnya Hummels dan Renato Sanches, pertanyaannya bukan siapa juara Bundesliga musim depan, tapi, siapa yang sanggup melawan Bayern Munchen musim depan?