Bayern Munchen: Kanibal Bundesliga yang Selalu Lapar

Bukan cuma di dunia nyata, di dalam game Football Manager (FM) sekalipun, Dayot Upamecano selalu jadi buruan klub-klub elite dunia. Baru-baru ini, pemain asal Prancis yang tengah membela RB Leipzig itu mengumumkan bahwa dirinya akan memperkuat Bayern Munchen per musim 2021/2022 mendatang.

Sebenarnya kabar ini tak terlalu mengejutkan. Bayern memang selalu jadi magnet paling kuat bagi setiap talenta terbaik Bundesliga pada setiap era.

Begitu ada bintang yang kinclong di Bundesliga, ujung-ujungnya jadi milik kesebelasan tersukses di Jerman itu.

Tidak perlu jauh menengok ke belakang. Dari skuad asuhan Hansi Flick yang ada saat ini saja sudah tergambar nyata. Robert Lewandowski adalah bintang terang Borussia Dortmund sebelum dirayu Die Bayern.

Belum lagi kiper Manuel Neuer, Alexander Nubel, dan Leon Goretzka yang dicaplok dari Schalke saat sedang mekar-mekarnya. Atau Joshua Kimmich yang masih hijau ketika diboyong dari RB Leipzig.

Kebiasaan itu membuat mereka bak kanibal bagi klub-klub Bundesliga lainnya. Memangsa pesaing dengan menggembosinya.

Problemnya, pemain sulit menolak kemilau Bayern dan klub lain merasa mubazir menampik uang yang ditawarkan.

Alhasil, kejamnya roda nasib hanya berlaku kepada 17 klub di Bundesliga. Peringkat kedua bisa berganti, posisi degradasi terus berrotasi, tetapi Bayern abadi di puncak yang dingin.

Tak perlu sulit mencari penjelasan mengapa talenta potensial atau bintang terang Bundesliga memilih berlabuh di Stadion Allianz Arena.

Kemilau gelar tentu saja, kantong semakin tebal juga iya, tetapi lebih dari itu, ada jaminan adaptasi lebih mudah.

Selama delapan musim terakhir, terlepas dari pergantian pelatih, stabilitas ruang ganti, Bayern selalu juara Bundesliga.

Naik turun prestasi mereka hanya terjadi di Liga Champions atau turnamen lain. Di Bundesliga, ya, Bayern lagi, Bayern terus.

Bahkan dalam setahun terakhir, mereka menggondol enam trofi bergengsi. Teranyar, mereka juara Piala Dunia Antarklub 2021 setelah mengalahkan Tigres UANL di final (11/2).

BACA JUGA:  Beda Nasib Tim Nasional dan Klub-klub Spanyol

Sebelumnya, mereka sudah menjuarai Bundesliga, Piala Jerman, Piala Super Jerman, Liga Champions dan Piala Super Eropa. Padahal, musim lalu sempat terjadi pergantian pelatih di tengah musim.

Niko Kovac diturunkan dari kursi pelatih pada 3 November 2019 dan setelah itu Flick yang bertugas. Bukannya menurun, Die Bayern malah semakin merajalela.

Sudah tamat untuk membicarakan stabilitas prestasi dan keuangan Bayern. Lalu, apa yang menjadi daya tarik utama bagi bintang muda Bundesliga? Seperti yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya, ya, adaptasi.

Ketimbang hijrah ke Premier League yang lebih glamor atau La Liga yang biasanya dimonopoli Barcelona dan Real Madrid, opsi pindah ke Bayern tentu lebih baik. Berada di kompetisi yang sama membuat adaptasi lebih ringan.

Sudah begitu, selama ini Bayern dikenal sebagai tim yang rutin memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk berkembang. Tidak ada yang lebih dibutuhkan pemain muda selain kesempatan bermain dan berkembang.

Upamecano sudah menjadi buruan Manchester United sejak masih berusia 16 tahun. Ketika masih membela klub Prancis, Valenciennes, di level junior dan bersinar bersama tim nasional Prancis U-17, dia sudah didekati The Red Devils.

Piala Eropa U-17 pada 2015 membuat mata pemandu bakat tertuju kepada Upamecano. Bermain lebih dari 400 menit alias tak pernah absen, lini belakang yang dijaganya tak kebobolan hingga mencapai semifinal. Ujungnya, juara.

United mengundangnya berlatih bersama, tetapi tak pernah terwujud. France Football juga menulis Arsenal tertarik dan Manchester City malah memberikan penawaran 500 ribu poundsterling. Namun semuanya menguap begitu saja.

Upamecano memilih bergabung ke klub Austria, Red Bull Salzburg, dengan tebusan 2,2 juta Euro kepada Valenciennes. Keputusan yang tepat karena kesempatan bermain dan berkembang diraihnya.

Sebelum memasukkan Upamecano ke skuad utama, RB Salzburg terlebih dulu meminjamkannya setahun ke klub Austria lainnya, Liefering. Pada 2017, kesempatan meningkatkan karier datang dari RB Leipzig.

BACA JUGA:  Jika Liga di Eropa adalah Makanan

Sebenarnya apa keistimewaan Upamecano sehingga klub-klub elite begitu mendambanya?

Sebagai bek tengah, posturnya ideal. Tingginya 186 sentimeter dan piawai mengantisipasi bola udara. Musim ini tercatat dia memenangi 70 persen duel udara.

Meski dia tipe pemain yang tidak ragu melakukan tekel keras, tetapi intelegensia Upamecano layak diacungi jempol.

Pembaca permainan yang teliti, perebut bola andal, dan distribusi bolanya yahud. Atribut ideal bagi seorang bek modern.

”Dia sangat menyukai bertahan dan merebut bola dari lawan. Usianya masih muda dan ada banyak ruang untuk berkembang. Perilakunya baik dan determinasi yang tinggi,” kata Jean-Claude Giuntini, pelatih tim muda Prancis, di situs resmi Bundesliga.

Paling mudah mendeskripsikan Upamecano adalah pemain yang bisa mengatur permainan layaknya gelandang atau libero di masa silam, tetapi juga punya kecepatan dan kontrol bola layaknya bek sayap.

Bicara kecepatan, pada musim ini, dia tercatat masuk dalam tiga besar pemain paling cepat di Bundesliga dengan catatan 35,34 km per jam.

Bagi Bayern, dia figur sempurna. Gaya mainnya mengingatkan akan Mats Hummels, bek Dortmund yang pernah berjaya bersama Bayern dan timnas Jerman. Bedanya, Upamecano lebih cepat.

Sungguh kebetulan, karena Die Bayern saat ini sedang galau di jantung pertahanan. Jerome Boateng mulai melewati masa terbaiknya, Niklas Sule belum memperlihatkan konsistensi, dan ujung-ujungnya David Alaba digeser ke bek tengah.

Lagipula, selain bukan posisi aslinya, Alaba yang bisa bermain sebagai bek maupun gelandang kiri itu akan habis kontraknya di pengujung musim ini.

Sang pemain sudah menyatakan ingin mencari pengalaman baru dan kabarnya Madrid adalah klub yang siap menampungnya.

Dengan bergabungnya Upamecano musim depan, Bayern tak hanya berpotensi meneruskan tradisi juara yang selama ini mereka pegang, mereka juga melanggengkan kanibalisme di Bundesliga.

Komentar
Suporter fanatik PS Kupang dan AC Milan. Penulis buku Pesta, Bola, dan Cerveja. Dapat disapa via akun Twitter @ilhamzada