Analisis Pertandingan Persekap Pasuruan 3-2 Persebo Jaya Bondowoso

Persekap Pasuruan menghadapi Persebo Jaya Bondowoso dalam lanjutan Piala Kemerdekaan 2015 di Stadion Wilis Madiun. Persebo memiliki beban harus menang untuk menjaga asa agar dapat lolos ke fase selanjutnya, namun keputusan buruk Agus Winarno dalam mengantisipasi situasi pertandingan membuat timnya tidak dapat berbuat banyak sepanjang laga.

Susunan pemain

susunan-pemain-1

Assyari Cahyadi menurunkan skuatnya dalam skema 3-4-1-2/5-3-2. Tedi Heri Setyawan berperan sebagai penjaga gawang di belakang trio Bayu Handika, M. Ali Khumaidi dan Akhmad Bachtiar. Ketiganya diapit oleh dua wingback yang ditempati oleh Samsul Arifin dan Imam Yulianto. Untuk melindungi lini belakang tersebut Assyari menggunakan tiga pemain tengah dengan David Nurcahya dan Misbakus Solikin di posisi double pivote dan Dave Mustaine yang bermain mengesankan di posisi no. 10 yang berfokus pada pergerakan lateral. Duet penyerang Persekap dipercayakan kepada Bagus Cahyono dan Angga Yudha yang berfokus pada pergerakan vertikal di celah di antara bek tengah dan fullback Persebo Jaya.

Sementara itu Agus Winarno menurunkan skuatnya dalam skema 4-4-2. Pos penjaga gawang ditempati oleh Dedy Sutanto. Empat pemain di lini pertahanan Persebo Jaya ditempati oleh duet Rizky Dwi dan Khoirul Anam yang diapit oleh Rizal Setyawan dan Aulia Tri. Di depannya terdapat duet Wahyu Setianto yang lebih berperan sebagai no. 6 dan Dani Alvianes.

Sayap kanan dan kiri Persekap ditempati oleh Joko Prayitno dan Aiman Zul Azmi. Pada babak pertama Joko Prayitno diganti dengan Kartanto yang lebih berperan sebagai pseudo-fullback untuk mengantisipasi pergerakan overlapping run yang dilakukan oleh Samsul Arifin. Namun hal ini tidak berpengaruh besar karena pada dasarnya Persebo Jaya memiliki kompaksi yang sangat buruk di area sentral. Duet penyerang dipercayakan Agus Winarno kepada Sugiarto dan RS. Neri Firmansyah.

Ruang bagi fullback Persebo Jaya dan reaksi pendulum

Sebagaimana kita tahu dalam uji coba yang dilakukan oleh Galileo Galilei mengenai rambatan energi, jika terdapat sebuah pendulum yang menghantam sebuah barisan pendulum lainnya maka hanya sisi terluar dari barisan pendulum tersebut yang bergerak.

ruang-bagi-fullback

Reaksi pendulum inilah yang diterapkan oleh Persekap ketika tidak menguasai bola. Reaksi ini sangat bermanfaat untuk menjaga akses pressing terhadap bola dan memberikan support kepada lini tengah yang hanya berisikan tiga orang.

BACA JUGA:  Harapan Kebangkitan Feyenoord Rotterdam

support-lini-tengah

Salah satu sisi negatif dari penerapan skema 3-4-1-2/5-3-2 oleh Assyari Cahyadi ini berada di area sisi lapangan di mana terdapat ruang yang sangat luas bagi kedua fullback Persebo Jaya. Hal ini dikarenakan hanya terdapat satu pemain yang mengawal area sisi lapangan yaitu Samsul Arifin di sisi kiri dan Imam Yulianto di sisi kanan. Sehingga untuk mempertahankan akses terhadap bola, maka reaksi pendulum ini sangat penting. Tanpa adanya akses pressure maka kestabilan sirkulasi Persebo Jaya tidak akan mendapat gangguan.

Selain itu reaksi pendulum ini juga dapat menjaga stabilitas kompaksi (kerapatan) horizontal Persekap di area sentral begitu pula dengan pergeseran struktural ke arah bola. Lini tengah yang hanya diisi oleh tiga orang akan membuat mereka memiliki beban zonal coverage yang sangat luas sehingga akan sulit untuk secara konstan menjaga akses terhadap bola ketika terjadi pemindahan bola dari satu sisi ke sisi lainnya. Reaksi pendulum ini merupakan hal yang umum dijumpai dalam skema dengan tiga atau lima pemain belakang.

Salah satu sisi negatif dari penerapan skema 3-4-1-2/5-3-2 oleh Assyari Cahyadi ini berada di area sisi lapangan di mana terdapat ruang yang sangat luas bagi kedua fullback Persebo Jaya.

Hanya saja kedua wingback Persekap sering memulai posisinya terlalu dalam sehingga akses untuk melakukan pressing terhadap build-up Persebo Jaya sangat minim. Hal ini membuat Persekap terkesan sangat pasif ketika tidak menguasai bola. Di sisi lain ketika lini tengah Persekap memiliki akses yang cukup baik terhadap bola, kedua penyerang mereka justru pasif tidak turut membantu untuk meningkatkan akses pressing yang lebih baik. Dan yang paling krusial tentu saja tidak adanya penjagaan terhadap pemain Persebo Jaya yang menjadi titik pemindahan bola. Sayangnya meski sistem pressing Persekap buruk, pemain-pemain Persebo Jaya cenderung untuk memainkan bola direct ke depan. Seandainya mereka dapat bermain lebih tenang dan menstabilkan sirkulasi bola maka mereka dapat mengakses sisi jauh di mana terdapat situasi 2vs1.

Buruknya kompaksi Persebo Jaya dan perubahan yang salah

Bukan hanya kedua penyerang Persekap yang pasif ketika timnya tidak menguasi bola, hal yang sama juga dilakukan oleh kedua penyerang Persebo Jaya. Ketika blok struktural mereka harus bergerak ke arah bola, sayap Persebo yang berada di sisi jauh tidak memberikan support untuk menjaga kompaksi horizontal timnya.

BACA JUGA:  Transformasi Mario Mandzukic dalam Skema Baru Juventus

support-menjaga-kompaksi

Hal ini menyebabkan di area sentral terdapat keunggulan jumlah pemain bagi Persekap. Keunggulan jumlah pemain ini sangat krusial karena dapat digunakan untuk untuk mengakses sisi jauh terutama di sisi kiri yang ditempati oleh Samsul Arifin – yang memiliki kecepatan sangat baik. Dirinya kerap melakukan overlapping run dan berada dalam situasi 1vs1 melawan wingback Persebo Jaya.

Pada pertengahan babak pertama Agus Winarno memutuskan untuk menarik Joko Prayitno dan menggantinya dengan Kartanto. Kartanto berperan sebagai pseudo fullback dan bertugas untuk menjaga Samsul Arifin. Perubahan ini tentu saja tidak memiliki efek yang signifikan karena akar dari permasalahan Persebo Jaya ketika tidak menguasai bola adalah buruknya kompaksi dalam blok struktural timnya.

Perubahan ini justru membuat lini tengah Persekap lebih leluasa karena tugas man marking yang dilakukan oleh Kartanto membuatnya sama sekali tidak memiliki akses terhadap sirkulasi bola di area sentral. Tidak lama setelah pergantian ini Persekap berhasil membobol gawang Persebo Jaya melalui skema yang melibatkan pemindahan bola dari sisi kanan ke sisi kiri via area sentral. Sampai pertandingan berakhir tidak ada perubahan dari kedua pelatih yang dapat meningkatkan kualitas permainan dari sisi taktikal.

Kesimpulan

Kedua tim menunjukkan tipikal yang sama dan merupakan salah satu identitas persepakbolaan di Indonesia, sistem pressing yang pasif dan tidak terstruktur dengan baik. Sebagian besar dikarenakan pasifnya pemain depan dan pemain-pemain yang memiliki skill ketika timnya tidak menguasai bola. Keterlibatan seluruh pemain dalam menerapkan suatu sistem pressing merupakan hal yang sangat krusial karena ketika tim lawan menguasai bola maka sebelas pemain mereka akan aktif. Apabila para pemain depan pasif ketika timnya tidak menguasai bola maka tim tersebut akan bermain dalam situasi 11 vs 9+1 penjaga gawang atau 11 vs 8+1 atau bahkan hingga 11 vs 6+1 penjaga gawang.

keterlibatan-seluruh-pemain

Gambar di atas merupakan salah satu contoh bagaimana keterlibatan seluruh pemain dalam menerapkan sistem pressing akan sangat membantu dalam menjaga kestabilan blok struktural suatu tim.

 

Komentar