Berdebar Menanti Gran Premio Motul de la Republica Argentina 2017

TERMAS DE RIO HONDO,ARGENTINA,18.APR.15 - MOTORSPORTS, MOTORBIKE - MotoGP, Gran Premio Red Bull de la Republica Argentina. Image shows Valentino Rossi (ITA/ Yamaha) and Marc Marquez (ESP/ Honda). Photo: GEPA pictures/ Gold and Goose/ David Goldman - For editorial use only. Image is free of charge.

 

Italiano itu tak membuka tasnya. Sebuah jersey kesebelasan Argentina bernomor punggung 10 tetap terlipat rapi di dalamnya. Apa lacur, tak ada podium bagi pembalap tercepat keempat.

Setahun berselang sang Italiano kembali berlaga di sirkuit yang sama. Memulai balapan dari posisi kedelapan The Doctor, julukan Italiano tersebut, pelan tapi pasti melewati pembalap di depannya.

Setelah 10 lap, Italiano itu sudah berada di posisi dua. Namun, ada jarak 4,5 detik dari pembalap terdepan. Drama sesungguhnya baru dimulai dua lap terakhir, saat Italiano itu akhirnya berhasil memangkas jarak dan menempel ketat pembalap terdepan.

Ada aksi saling tikung, pun saling senggol. Sang Italiano akhirnya memenangkan balapan setelah “pertarungan” sengit yang menyebabkan pimpinan lomba terjatuh.

Seusai balapan Italiano itu membuka tasnya. Ia mengambil jersey Argentina bernomor punggung 10 yang masih tersimpan rapi sejak setahun lalu.

Di podium, Italiano itu, Valentino Rossi, mengangkat piala sambil memamerkan jersey bertuliskan Maradona. Secuil kisah pada MotoGP Argentina 2015 itu memang sulit dilupakan.

Minggu nanti (9/4) Valentino Rossi akan kembali berlaga di Argentina, Sirkuit Termas de Rio Hondo. Pembalap yang terlibat dalam pertarungan sengit dengannya di tahun 2015, Marq Marquez masih menjadi lawan terkuat. Tapi bukan hanya rivalitas keduanya yang membuat saya berdebar-debar menantikan balapan itu.

Johan Zarco

Seri pembuka MotoGP 2017 (Losail Qatar, 26 Maret 2017) menyisakan kekaguman pada seorang Johann Zarco. Pembalap debutan asal Prancis ini sangat berani.

Ia memilih ban depan bertipe soft saat sebagian besar pembalap menggunakan medium. Zarco percaya diri dengan gaya balapnya yang smooth. Ia yakin mampu menghemat ban dan bertahan sampai balapan selesai.

BACA JUGA:  Timnas Hebat dari Kompetisi yang Mati Suri, Adakah?

Debut Johann Zarco terbukti luar biasa. Ia mampu memimpin balapan sejak lap pertama. Pada lap keempat pembalap bernomor lima ini mampu mencatatkan waktu tercepat. Sayang pada lap ketujuh, saat unggul sekitar 2 detik dari pembalap kedua, Zarco terjatuh.

“Saya (sekarang) bisa melihat bagaimana mereka (pembalap kelas MotoGP) memacu motornya, bagaimana mereka mengontrol diri dan bertindak cerdik selama balapan. Itu pelajaran yang sangat bagus bagi saya,” ujar Johann Zarco seusai balapan.

Kalau Johann Zarco mampu mengambil pelajaran secepat apa yang ia katakan, bukan tidak mungkin seri-seri mendatang kita bisa melihat pria Prancis ini berdiri di atas podium.

Di Argentina bisa, Zarco?

Who’s next?

Apakah kembali Maverick Vinales? Atau Andrea Dovizioso? Marquez? Rossi? Andrea Ianone? Dani Pedrosa? atau bahkan Cal Crutchlow?

Ada banyak pembalap yang mungkin menjadi juara di seri Argentina nanti. Maverick Vinales memang mendominasi pada sesi pramusim. Penampilan perdananya bersama Movistar Yamaha pun langsung mengantarkannya menjuarai sesi pembuka.

Namun, siapa berani menihilkan nama-nama besar di atas. Seorang Valentino Rossi bahkan memprediksi, pada setiap seri, setidaknya ada delapan pembalap yang mempunyai peluang sama besar untuk menang.

Kondisi ini memicu pembalap mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menjuarai setiap seri. Bermain aman tidak akan cukup.

Satu hal yang tampaknya sangat dipahami seorang Marq Marquez setelah hanya meraih posisi keempat di Losail Qatar. Marquez, seperti sebagian besar pembalap lain, memilih menggunakan ban depan medium. Satu hal yang kemudian tampak disesalinya.

“Setelah balapan, saya pikir dengan ban (depan) tipe hard saya mempunyai peluang untuk bertarung memperebutkan juara sampai akhir. Meskipun ban tipe ini bisa berbahaya. Jadi, mungkin saya bisa kompetitif tapi bisa jadi saya jatuh,” ujar Marquez.

BACA JUGA:  Tak Ada Lagi Waktu untuk Menunggu, Argentina!

Bukankah ini isyarat bahwa si Baby Alien ini bakal habis-habisan di seri mendatang. Dan tidak hanya Marquez, semua pembalap saya yakin berpikiran sama. Argentina bakal membara.

Adaptasi atau mati

It is not the strongest that survives,

nor the most intelligent.

It is the one that is the most adaptable to change.

Entah kenapa potongan kata-kata yang konon diucapkan Charles Darwin itu terlintas dalam benak saya saat teringat Jorge Lorenzo. Lorenzo adalah pemegang rekor Best Lap dan Fastets Race Lap sirkuit Losail Qatar.

Ia meraihnya bersama Yamaha pada tahun 2008 (best lap) dan 2016 (fastest race lap). Kemarin (26/3) di sirkuit yang sama, Lorenzo yang kini bergabung bersama tim ESP Ducati finis di posisi ke-11. Sementara rekan setimnya, Doviziozo, finis kedua.

Jorge Lorenzo adalah pembalap hebat. Masalah bagi juara dunia tiga kali MotoGP ini hanyalah adaptasi. Ia mengakui masih banyak hal yang perlu dipelajari terkait tunggangan barunya.

Pada Rabu (29/3) Lorenzo baru saja menjalani sesi tes tertutup di Jerez Spanyol. Sangat menarik untuk menyaksikan aksinya di Argentina nanti. Yang jelas, tanpa adaptasi cepat Lorenzo bisa saja tergilas.

Gran Premio Motul de la Republica Argentina 2017

Pada 9 April nanti Sirkuit Termas de Rio Hondo Argentina bakal menjadi saksi unjuk gigi para debutan, aksi saling bunuh para raja, dan perjuangan adaptasi untuk sebuah eksistensi. Semua drama itu dirangkum dalam #ArgentinaGP.

Siapa coba yang tak berdebar-debar menantikannya?

Komentar
Penyuka desk research. Sedang belajar menulis feature. Bisa dihubungi melalui akun Twitter @waprijadi