Delapan Wonderkid Eredivisie 2015/2016

Eredivisie atau yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berarti Honor Division merupakan eselon tertinggi dalam piramida sepak bola Belanda. Kompetisi yang digelar pertama kali pada musim 1956/1957 ini amatlah populer sebagai salah satu liga papan atas di benua biru. Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven dan Feyenoord Rotterdam menjadi tim paling sukses di Eredivisie, hal inilah yang kemudian melahirkan julukan De Grote Drie alias Tiga Besar bagi klub-klub tersebut.

Setelah menjadi salah satu liga paling sukses di Eropa bahkan dunia pada era 1970-an berkat segelimang keberhasilan yang dicatat klub-klub Belanda, pelan tapi pasti Eredivisie mulai mengalami dekadensi prestasi dan prestise, terutama satu dekade terakhir. Wakil-wakil Belanda yang dulu begitu ditakuti di Eropa mulai sulit bersaing. Terakhir kali utusan Eredivisie yang menjadi juara di kompetisi Eropa adalah Feyenoord pada musim 2001/2002 setelah sukses merengkuh trofi Piala UEFA.

Penurunan kualitas dan prestasi klub-klub Belanda di ranah Eropa ikut mempengaruhi status Eredivisie. Jika dahulu dikenal sebagai liga elit maka kini Eredivisie tak ubahnya liga feeder untuk liga-liga lain yang lebih mapan macam English Premier League, La Liga, Serie A dan Bundesliga. Hengkangnya Frank De Boer, Patrick Kluivert, Arjen Robben, Ruud Van Nistelrooy dan yang termutakhir, Memphis Depay, dari Eredivisie saat mereka ada di masa emas semakin memperkuat status ini. Tak heran bila Eredivisie dalam lima tahun terakhir lebih banyak disesaki oleh sekumpulan anak muda.

Walau tampak merugikan namun sejatinya hal ini memberi keuntungan tersendiri bagi Eredivisie dan timnas Belanda. Mereka seolah tak kehabisan bakat-bakat muda penuh potensi yang siap diekspor maupun menggantikan tenaga-tenaga uzur di timnas. Dan berikut adalah delapan bocah ajaib di Eredivisie musim 2015/2016.

1. Riechedly Bazoer

bazore

Dirinya sempat menggegerkan persepakbolaan Belanda tatkala pindah dari tim junior PSV ke Ajax yang notabene adalah rival abadi pada 2012 silam. Padahal dis aat yang sama, duo London, Arsenal dan Chelsea, tertarik padanya. Namun keputusan itu takkan disesali sang gelandang sebab bersama De Godenzonen ia justru makin bersinar. Berhasil menyegel satu tempat di lini tengah timnya musim ini menunjukkan jika Bazoer punya potensi lebih. Akurasi umpan yang mencapai 82.9% berikut satu gol dan tiga assists dari sepuluh penampilan adalah catatan yang cukup menawan dari pemuda kelahiran 12 Oktober 19 tahun lalu ini. Tak heran jika Danny Blind kepincut dan memanggilnya untuk memperkuat timnas senior Belanda di kualifikasi Piala Eropa 2016 kemarin. Aksi-aksi memukau Bazoer bisa Anda saksikan di sini.

2. Anwar El Ghazi

Dutch Eredivisie - "Ajax v PSV"

Sjaak Swart, Piet Keizer, Rob Rensenbrink, Marc Overmars dan Arjen Robben adalah beberapa nama winger terbaik Belanda sepanjang sejarah. Ketika Robben masih wara-wiri di timnas, kini muncul lagi satu bakat hebat di posisi yang sama dalam diri pemuda keturunan Maroko ini. Namanya bahkan sudah dikait-kaitkan dengan klub-klub top Eropa seperti Barcelona dan Liverpool. Bermodal kecepatan dan insting tajam di depan gawang, sosok winger berusia 20 tahun ini bak teror menakutkan buat lini belakang lawan. Delapan gol dari sebelas penampilannya musim ini berperan besar dalam membantu Ajax bertengger di puncak klasemen Eredivisie. Situs footballtalentscout.net bahkan dengan lantangnya menyebut El Ghazi sebagai kombinasi antara Cristiano Ronaldo dan Alexis Sanchez! Jika tak percaya dengan ulasan maka Anda wajib melihat performa El Ghazi di sini.

BACA JUGA:  Analisis Pertandingan Leicester City 1-1 Manchester United: Kompaksi-Pressing yang Saling Menyulitkan

3. Jairo Riedewald

jairo

Ajax yang populer sebagai pabrik penghasil talenta hebat kembali mengirimkan satu nama ke dalam daftar ini. Waktu bermain Riedewald yang menembus angka 984 menit dari sebelas laga pada musim ini adalah bukti betapa ia menjadi poros andalan Frank De Boer di lini belakang. Kefasihannya bermain sebagai bek tengah, bek kiri ataupun gelandang bertahan menambah nilai plus pemuda yang punya darah Indonesia dari sang ibu ini. Kemampuannya itu sampai membuat sang pelatih berani mengomparasikan dirinya dengan legenda Ajax dan Belanda, Frank Rijkaard. Pada usianya yang masih tergolong hijau, 19 tahun, Riedewald pun sudah punya 2 caps buat timnas senior Belanda.

4. Sven Van Beek

vanbeek

Bek jebolan tim junior Feyenoord ini merupakan salah satu talenta paling berbakat yang dimiliki Belanda saat ini. Postur tinggi menjulang dan gaya rambutnya sekilas mengingatkan kita pada figur Jaap Stam muda, namun kemiripan dua persona beda generasi ini tak cuma sampai di situ. Ketika masih aktif dahulu, Stam dikenal sebagai bek yang kuat dalam duel udara. Profil yang sama ditunjukkan pemain berusia 21 tahun ini dengan rata-rata 3,2 kali menang dalam duel-duel bola atas dari sebelas kali merumput musim ini. Ketangguhannya juga berperan besar membuat lini belakang De Stadionclub, julukan Feyenoord, baru kebobolan sebelas kali sampai pekan kesebelas. Ronald Koeman, pelatih Southampton asal Belanda, dikabarkan sudah memasukkan Van Beek dalam daftar pemain incarannya.

5. Gaston Pereiro

psv - eindhoven

Gelandang berusia 20 tahun ini adalah sosok dengan menit bermain paling sedikit di dalam daftar ini, namun itu tak menghalangi pemain asal Uruguay ini untuk mengeluarkan sisi terbaiknya. Si kidal yang dianggap sebagai titisan Alvaro Recoba ini memiliki koleksi empat gol hanya dari 275 menit berada di lapangan sepanjang musim ini. Teknik olah bola dan kecepatan yang prima menjadi modal sempurna Pereiro untuk menjadi opsi tambahan Phillip Cocu di lini serang PSV. Kocek sebesar 7 juta euro yang digelontorkan De Boeren, julukan PSV, untuk menebusnya dari Nacional Montevideo di bursa transfer musim panas lalu pun terlihat tak sia-sia. Tapi jangan terkejut bila dalam beberapa tahun mendatang Pereiro akan jadi buruan utama klub-klub besar Eropa dengan harga tiga kali lipat lebih tinggi berkat performa ajaibnya.

BACA JUGA:  Mendedah Pemilihan Kapten Tim-Tim Bundesliga

6. Sebastien Haller

Utrecht 2015-2016

Tim Ayam Jantan Prancis pernah memiliki seorang penyerang bertipe finisher handal dalam diri Thierry Henry. Sekarang mereka layak berharap jika Haller bisa mengikuti jejak seniornya itu. Setelah tampil apik sebagai pinjaman di musim 2014/2015 lalu via sumbangan sebelas gol dan lima assists bagi Utrecht, penyerang berusia 21 tahun ini dipermanenkan kubu peraih tiga trofi Piala Belanda itu dari Auxerre dengan mahar sebesar 800 ribu euro. Pelatih Erik ten Hag pun tak ragu untuk memplotnya sebagai ujung tombak utama pada musim 2015/2016. Oleh rekan-rekan setimnya, Haller disebut sebagai striker yang liat, kuat dan efektif. Maka Anda tak perlu heran bila namanya masuk dalam kandidat top skor Eredivisie musim ini.

7. Lewis Baker

lewis-baker

Gelandang berusia 20 tahun kelahiran Luton ini dikirim pemiliknya, Chelsea, ke Vitesse Arnhem pada Juni 2015. Meski tergolong anak baru, namun dirinya mampu tampil reguler di klub yang saat ini dibesut oleh Peter Bosz. Berbekal visi bermain dan akurasi umpan yang baik, membuat Baker sanggup menjadi dinamo permainan klub yang berkandang di stadion Gelredome ini. Ditambah dengan kemampuannya melepas sepakan jauh nan akurat menjadikan Baker sebagai salah satu gelandang berprospek cerah di Eredivisie. Torehan tiga gol dan dua umpan berbuah gol dari sebelas partai sejauh ini menjadi landasan sahih betapa Baker bisa unjuk gigi bila diberi kesempatan bermain lebih banyak.

8. Dominic Solanke

solanke

Namanya muncul ke permukaan usai mengantarkan Chelsea junior menjadi kampiun UEFA Youth League dan FA Youth League musim 2014/2015 lalu. Di ajang yang disebut pertama, ia bahkan sanggup keluar sebagai pencetak gol terbanyak dengan membukukan 12 gol dari sembilan partai. Meski begitu Chelsea memilih untuk meminjamkannya ke Vitesse Arnhem guna menabung pengalaman sebelum kembali ke Stamford Bridge. Di masa pengasingannya ini, penyerang berusia 19 tahun ini berhasil membuktikan diri sebagai penyerang yang tajam dengan menceploskan empat gol dari sembilan penampilan berseragam kuning-hitam. Hal ini membuatnya berdiri sebagai top skor sementara klub bersama Valeri Kazaishvili. Melihat Chelsea yang terseok-seok dan tumpul akhir-akhir ini, salahkah mereka yang lebih memilih Falcao ketimbang Solanke?

Waktu adalah hal yang paling dibutuhkan mereka untuk dapat berkembang menjadi sosok yang lebih baik. Waktu juga yang kelak menjawab apakah mereka bisa menjadi bintang atau malah jadi pecundang. Namun yang pasti, Anda yang jadi manajer sebuah klub sepak bola di game Football Manager atau menyukai dunia scouting, wajib memasukkan mereka ke dalam daftar incaran.

 

Komentar