Laga persahabatan Prancis melawan Jerman menjadi mencekam setelah ada pengeboman di dekat stadion. Tak berhenti di situ, ada serangan di pintu J Stade de France yang menewaskan tiga orang dan sejumlah penonton lainnya luka-luka.
Agence France-Presse (AFP), kantor berita Prancis, melansir ada tujuh lokasi serangan. Sejauh ini, ada lebih dari 150 orang meninggal dunia akibat serangan ini.
Paris pun berduka. Tragedi kedua di Paris tahun ini setelah sebelumnya ada penembakan di Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015.
Dengan adanya kejadian ini tentu sepak bola terkena dampaknya. Euro 2016 akan diselenggarakan di Prancis. Lalu, apakah Prancis cukup aman untuk menggelar pertandingan antarnegara Eropa tersebut?
Negara peserta Euro 2016 tentu akan berpikir dua kali untuk berangkat ke Prancis jika otoritas keamanan tak bisa memberikan jaminan keselamatan. Stade de France, Saint-Dennis, yang jadi salah satu lokasi ledakan bom merupakan tempat final Piala Dunia 1998 dan dijadwalkan akan jadi arena pembukaan serta final Euro 2016.
Sebelum laga melawan Prancis (13/11), hotel yang jadi penginapan Jerman pun diteror bom yang menyebabkan mereka dievakuasi ke Roland Garos pada Jumat pagi waktu setempat (13/11).
Prancis perlu memikirkan kejadian ini dengan serius. Jika dipaksakan, bisa jadi akan timbul resistensi dari peserta maupun publik secara umum.
Ketika panitia Olimpiade Munchen 1972 memutuskan untuk tetap melanjutkan kejuaraan pasca-serangan terhadap penginapan Atlet Israel, timbul penolakan dari peserta dan kritik pedas dari masyarakat. Israel meninggalkan Munchen yang kemudian disusul oleh kontingen Mesir, Filipina, Aljazair, Belanda, Norwegia, dan lainnya. Atlet yang tetap bertanding pun menyatakan mereka kehilangan gairah.
Di sepak bola pernah ada pemindahan lokasi kejuaraan. Kolombia yang ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1986 menyatakan tidak sanggup menyelenggarakan karena tak memiliki finansial yang kuat guna membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Setahun kemudian, Meksiko ditunjuk menggantikan peran Kolombia.
Turki yang jadi penantang terkuat lelang tuan rumah serta sudah memastikan diri lolos ke Euro, kemungkinan besar akan mengajukan proposal sebagai pengganti Prancis. Secara infrastruktur mereka jelas siap.
Tapi, bulan lalu (10/10), Ankara –ibukota Turki— juga mengalami serangan teror yang setidaknya menewaskan 95 orang dan 250 lainnya mengalami luka-luka.
Di manapun nanti Euro 2016 akan digelar, sepak bola sebaiknya tidak kalah dengan aksi teror. Perhelatan tetap perlu diselanggarakan untuk menunjukkan bahwa kita tidak takut dan kalah. Tentu dengan catatan perlu lebih waspada pada berbagai ancaman yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan membenahi sistem keamanan.
Sepak bola perlu kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai perayaan nilai kemanusiaan dan perdamaian, seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya. Ketika suporter sepak bola mendukung negaranya untuk menerima kehadiran pengungsi korban perang.
Mari berdoa untuk Paris…