Daniel Nii Tackie Mensah “Danny” Welbeck. Absen selama kurang lebih tujuh bulan karena cedera lutut, kembalinya Welbeck patut disyukuri Arsenal. Mengapa? Tulisan berikut mencoba membantu Anda mendapatkan gambaran paling sederhana.
Ketika mantan pemain Manchester United ini cedera, Arsene Wenger dipaksa untuk berbelanja striker. Le Professeur menjatuhkan pilihan kepada Lucas Perez, striker Deportivo La Coruna. Pembelian yang menarik karena Lucas juga mampu bermain sebagai sayap kanan.
Jika melihat video rekaman Lucas semasa membela La Coruna, pembelian Wenger ini terlihat cukup bijak. Ketika Theo Walcott meminta jatah sebagai pemain sayap di awal musim, tidak ada yang bisa menggaransinya akan bisa konsisten. Keberadaan Lucas bisa menjadi rencana cadangan.
Untuk posisi penyerang, Lucas juga bisa bergantian dengan Oliver Giroud. Bahkan, beberapa fans memandang Lucas yang mobile akan lebih cocok dengan Alexis Sanchez dan Mesut Ozil. Begitulah sedikit gambaran positif ketika Welbeck cedera dan pemain baru didatangkan.
Sayangnya, kemungkinan-kemungkinan tersebut tak terjadi. Walcott bermain apik di sisi kanan, Giroud cedera selepas gelaran Euro 2016, dan Alexis Sanchez yang dimainkan sebagai striker. Lucas hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Menit bermainnya begitu terbatas.
Ketika liga sudah bergulir, nama Alex Iwobi dan Alex-Oxlade Chamberlain yang bergantian bermain di sisi kiri. Keduanya tak selalu konsisten, terutama nama terakhir. Di tengah buruknya performa pemain asal Inggris tersebut, Lucas Perez tak pernah menjadi pilihan pertama untuk bermain di sisi lapangan.
Jadi, sebenarnya, apa tujuan Wenger ketika membeli Lucas?
Pengantar yang harus saya tulis
Begini, saya selalu mencoba memahami kemungkinan-kemungkinan ini dari sisi Wenger. Terkadang berhasil, terkadang tidak.
Untuk soal Welbeck dan Lucas, saya memutar waktu ke paruh akhir musim lalu kala Arsenal dijamu Tottenham Hotspur. Dalam laga yang berakhir sama kuat tersebut, Danny Welbeck menjadi ujung tombak, dengan Alexis Sanchez beberapa kali menemaninya dalam beberapa fase serangan.
Di belakang kedua pemain tersebut, Mesut Ozil bermain sebagai #10 dengan Aaron Ramsey, Mohamed Elneny, dan Francis Coquelin membuat ramai lini tengah. Berikut bentuk skema yang dimaksud.
Di belakang kedua pemain tersebut, Coquelin bermain lebih tinggi ketimbang musim lalu. Tujuannya, untuk merebut penguasaan bola secepatnya setelah kehilangan. Jadi, Arsenal bisa dengan cepat memulai serangan di wilayah lawan. Skenario yang menarik, bukan?
Namun, masalah terjadi ketika Arsenal bertemu lawan yang mampu membaca skenario tunggal ini. Bagi tim yang mempunyai pemain-pemain dengan pressing resistance dan struktur yang bagus, mem-bypass Coquelin adalah perkara mudah.
Jika mampu melewati pemain asal Prancis tersebut, lawan akan mendapatkan kemewahan ketika hanya ada Granit Xhaka yang mengawal area yang begitu luas. Wenger mencoba mengatasinya dengan bermain dengan garis pertahanan yang tinggi. Masuk akal memang, jika didukung struktur yang baik.
Lebih sering, cara bertahan Arsenal begitu kacau, seperti headless chicken, yang penting kejar pemain lawan secepatnya dengan brutal. Ingat, Xhaka tak bisa membelah diri sehingga bisa men-tackle lawan di mana saja. Atau Hector Bellerin, bukan sejatinya seorang The Flash. Ia manusia, yang tetap kesulitan merebut bola dari kaki Nacer Chadli.
Pengantar subbab ini memang cukup panjang. Namun, saya harus menuliskannya. Alasannya, karena inilah gambaran struktur Arsenal di atas lapangan. Kembalinya Welbeck akan membuat Wenger punya Rencana B ketika Rencana A gagal berjalan.
Jangan sampai, Rencana B adalah mencoba Rencana A dengan pemain yang berbeda. Apalagi ketika hanya mengganti Theo Walcott dengan Chamberlain.
Welbeck dan pilihan yang logis
Setelah pengantar yang cukup panjang, saya akan menjelaskan tiga kemungkinan sederhana. Percayalah, ini logis dan pernah dilakukan Wenger.
Pertama, tetap bermain dengan skema 1-4-4-2. Welbeck dan Alexis adalah duet yang menarik. Jika ingin lebih aman, Anda bisa menduetkan Welbeck dengan Ozil. Tapi ingat, meski di depan, Ozil maupun Alexis bukan murni penyerang. Sama halnya dengan ketika Ramsey bermain di kanan, tak lantas ia menjadi seorang sayap. Tolong ya!
Cara ini pernah Wenger pilih ketika melawan Everton musim lalu.
Ketika ia naik, Ozil (panah 2), memosisikan diri, mengisi ruang yang ditinggalkan Alexis. Jadi, berkat sirkulasi yang terjaga, ruang-ruang strategis tetap aman. Lalu, ketika Welbeck bermain melebar (panah 3), Ramsey bisa naik ke atas masuk ke ruang yang terbuka (panah 4). Gerakan berurutan ini menunjukkan fleksibilitas yang baik ketika menguasai bola.
Arsenal pun tetap bisa memainkan Coquelin yang tak begitu berguna ketika transisi menyerang. Alasannya, Coquelin akan menjadi penjaga keseimbangan di tengah. Dirinya tidak akan berdiri terlalu jauh dari Xhaka. Ketika jarak keduanya terjaga, lawan tidak akan dengan mudah memanfaatkan ruang ketika Arsenal masuk ke transisi bertahan.
Salah satu syarat bentuk ini terjaga adalah kecepatan Welbeck. Memang, sepak bola bukan soal adu lari. Namun, lantaran penyakit struktur-panas-dingin masih menjadi hobi Arsenal, pemain dengan kecepatan akan lebih sesuai untuk menjaga skema ini. Mohon maaf untuk para fans Giroud, ya.
Kemungkinan kedua, Wenger bisa memainkan tiga gelandang tanpa takut kehilangan jumlah pemain di lini depan.
Perhatikan kembali grafis pertama di atas. Melawan Spurs yang lini tengahnya mampu menunjukkan intensitas pressing yang baik, Wenger berinisiatif memainkan tiga gelandang dengan Ramsey mendapat kebebasan untuk sering naik. Bahkan, gelandang asal Wales ini berhasil mencetak satu gol dengan memaksimalkan kelebihannya, yaitu coming from behind dan goal threat yang tinggi.
Saat ini, bermain dengan tiga gelandang tidak hanya membantu Arsenal ketika transisi bertahan. Skema ini akan membantu Xhaka mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Begini gambarannya.
Coquelin akan lebih banyak memainkan bola ke jalur paling aman. Padahal, ketika kesulitan masuk ke kotak penalti lawan, Arsenal membutuhkan gelandang yang siap dan mampu melepaskan umpan vertikal untuk merusak blok pertahanan lawan. Elneny punya kemampuan tersebut.
Perhatikan ruang kosong nomor 1. Selain menggunakan Xhaka untuk melepaskan umpan vertikal, Elneny bisa menjadi jembatan. Ia akan punya dua pilihan, yaitu mengoper ke samping dan memaksa pemain lawan ikut melebar sehingga celah terbuka, atau, dan ini menarik, melepaskan umpan terobosan untuk dikejar Alexis.
Pun begitu dengan Ramsey di sisi sebaliknya. Ia punya tiga pilihan sasaran umpan, yaitu Ozil, Welbeck, dan Bellerin. Jika bola diberikan ke Ozil, pemain asal Jerman tersebut akan mempunyai banyak pilihan lantaran semua pemain di daerah lawan punya kemampuan untuk berprogres secara vertikal.
Jika diberikan kepada Welbeck, bola dapat ditahan dan menunggu Bellerin untuk naik. Jika bola dilempar ke ruang kosong nomor 2, Bellerin bisa memaksimalkan kemampuan larinya dan memancing blok pertahanan lawan untuk bergeser ke sisinya.
Memancing blok pertahanan lawan? Ya, inilah kemungkinan ketiga. Bermain dengan intensitas tinggi dan mencari kesempatan untuk melepaskan umpan silang atau melakukan penetrasi.
Ketika melawan West Bromwich Albion, tepatnya di babak kedua, Arsenal meningkatkan intensitas passing game untuk merusak blok lawan, termasuk memanfaatkan serangan balik dan menuju lokasi tertentu. Lokasi yang dimaksud adalah halfspace kanan di mana Ozil bisa melepaskan umpan silang ke dalam kotak penalti mengggunakan kaki kirinya.
Ketika blok lawan rusak, Giroud mampu menemukan ruang, barang satu atau dua meter, untuk berlari ke depan bek lawan dan memenangi posisi ideal untuk duel bola atas. Jika Anda striker, dan hendak memenangi duel sundulan, pastikan Anda berada di samping depan bek lawan dan tekan pundaknya menggunakan lengan bawah dekat ketiak. Ini yang dilakukan Giroud setelah mendapatkan ruang untuk berlari dan berkelit.
Intensitas passing game ini bisa lebih dipertajam dengan struktur yang tepat. Di sini, keberadaan Welbeck akan berguna. Ia punya kemampuan menahan bola yang cukup baik. Pun, Welbeck bisa mengejutkan lawan dengan melakukan penetrasi ke kotak penalti lawan.
Saat ini, Arsenal terlalu bergantung kepada Alexis (dan terkadang Walcott) untuk melakukan penetrasi dari depan kotak penalti. Ketika melawan Manchester City, ruang dan pergerakan Alexis bisa dibatasi. Arsenal kehilangan titik vokal untuk penetrasi atau melakukan decoy run dan menyiapkan ruang kosong bagi kawan.
Itulah berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan Wenger terkait kembalinya Welbeck. Menarik bukan?
Tunggu dulu, ada yang lebih menarik. Rencana A, B, maupun C di atas bisa digunakan menggunakan Lucas Perez. Ya, ini sebuah kebenaran karena Lucas punya kemampuan yang tak jauh berbeda dengan Welbeck. Ini pula alasan saya menyinggung Lucas di awal tulisan.
Lalu mengapa Lucas tak mendapatkan kesempatan?