Dinamit Denmark Meledak Lagi

Khalayak bisa mengemukakan sejuta alasan mengapa mereka menggilai sepakbola. Dua unsur di antaranya adalah drama dan kejutan yang selalu menyertai sepakbola. Tak terkecuali yang dipamerkan Denmark pada gelaran Piala Eropa 2020.

Tergabung bersama Belgia, Finlandia, dan Rusia di Grup B, banyak yang menilai Danish Dynamite sebagai kuda hitam. Tak sekadar mengejutkan tim-tim unggulan, tetapi juga tampil meyakinkan seperti yang mereka perlihatkan di Piala Eropa 1992.

Sayangnya, perjalanan Denmark amat berliku kali ini. Dalam laga perdana melawan Finlandia (12/6), mereka keok dengan skor 0-1. Salah seorang penggawa andalan Danish Dynamite, Christian Eriksen, terpaksa ditarik keluar akibat kolaps lantaran mengalami henti jantung di tengah laga.

Kehilangan Eriksen yang dipastikan tak bisa melanjutkan kiprah di Piala Eropa 2020 dan kalah gara-gara gol tunggal Joel Pohjanpalo menjadi pukulan sangat telak bagi anak asuh Kasper Hjulmand.

Misi bangkit coba diwujudkan saat bertemu Belgia pada laga kedua (17/6). Nahas, upaya tersebut kandas setelah De Rode Duivels yang dimotori Romelu Lukaku dan kawan-kawan mempecundangi mereka dengan skor tipis 2-1. Padahal, Denmark sempat unggul terlebih dahulu via gol cepat Yussuf Poulsen.

Hilangnya penggawa pilar sekelas Eriksen dan dua kekalahan di dua laga awal bikin Denmark kebingungan. Peluang mereka buat lolos ke 16 besar semakin mengecil.

Maka pertandingan ketiga kontra Rusia (21/6) jadi momen bagi Poulsen dan kawan-kawan untuk meraih kemenangan besar sekaligus berharap pesaingnya di Grup B, Finlandia, dijegal Belgia.

Mujur, semesta berpihak kepada Danish Dynamite. Beraksi di depan pendukungnya sendiri, mereka sanggup mencukur Rusia dengan skor 4-1. Ditambah dengan kemenangan Belgia 2-0 atas Finlandia, jalan Denmark melaju ke 16 besar pun tersegel usai finis sebagai runner up Grup B.

BACA JUGA:  Cedera Tendon Achilles dan Penanganannya

Mereka pun sah menjadi negara pertama yang lolos ke fase gugur Piala Eropa kendati menelan kekalahan di dua laga perdana babak penyisihan grup.

Kemenangan atas Rusia memunculkan kebahagiaan di dada pemain, pelatih dan seluruh pendukung Denmark. Eriksen yang tengah menjalani pemulihan juga menunjukkan respons gembira lewat unggahan gambar skor akhir laga itu dengan ekspresi tepuk tangan di akun Instagram pribadinya.

Dengan kualitas skuad yang mumpuni, label kuda hitam memang acap disandang Denmark. Maka memandang mereka dengan sebalah mata bisa menjadi bumerang untuk tim lawan.

Performa fantastis yang disuguhkan kala menumpas Rusia ternyata dilanjutkan Danish Dynamite saat bertemu Wales di babak 16 besar tadi malam (27/6). Tak tanggung-tanggung, Gareth Bale dan kawan-kawan mereka gunduli dengan skor 4-0.

Kasper Dolberg mencetak dua gol, sementara gol-gol lainnya disumbangkan oleh Joakim Maehle, dan Martin Braithwaite.

Selain ketiga nama di atas, sosok Mikkel Damsgaard juga disorot berkat performa briliannya. Pemuda 20 tahun ini, bersama Andrea Skov Olsen (21 tahun), Jonas Wind (22 tahun), Maehle (24 tahun), Andreas Christensen (25 tahun) dan Pierre-Emile Hojbjerg (25 tahun) memang dianggap sebagai fondasi masa depan Denmark.

Merekalah yang akan jadi tumpuan Denmark andai tampil di kejuaan mayor berikutnya semisal Piala Dunia 2022, Piala Eropa 2024, Piala Dunia 2026 dan Piala Eropa 2028.

Kini, Danish Dynamite menunggu pemenang laga Belanda kontra Republik Ceko yang akan bertanding Senin (28/6) dini hari waktu Indonesia di kota Baku, Azerbaijan.

Siapapun sang calon lawan, sikap hati-hati mesti ditunjukkan. Pasalnya, ledakan dinamit Denmark bisa terjadi kapan saja, terutama pada momen lawan sedang lengah.

Kelolosan ke babak perempat final juga memperbaiki performa mereka yang jeblok saat bertarung di Piala Eropa 2012. Pada kejuaraan yang dihelat di Polandia dan Ukraina tersebut, Denmark tersingkir di fase grup.

BACA JUGA:  Kapan Inggris Mencapai Klimaks di Sebuah Turnamen?

Seiring perjalanan waktu, persaingan sepakbola di zona Eropa terasa kian ketat. Banyak tim-tim yang berevolusi dan menjadi lebih tangguh. Salah satunya adalah Denmark asuhan Hjulmand.

Piala Eropa 2020 membuat seisi skuad Danish Dynamite punya motivasi segunung. Selain untuk membahagiakan fans, mereka juga ingin menyenangkan hati Eriksen yang sedang melakukan pemulihan.

Saat menjadi jawara di Piala Eropa 1992, mungkin tak satu pun orang yang meramal Peter Schmeichel dan kawan-kawan dapat melakukannya. Bahkan orang-orang Denmark sekalipun.

Siapa tahu, dalam pagelaran Piala Eropa 2020 kali ini mereka juga punya kejutan serupa karena tak jadi unggulan dan ledakan dinamit Denmark betul-betul menggegerkan publik.

Komentar
Pemuda penyuka sepakbola dan bersumpah setia kepada Manchester United. Bisa disapa di akun Twitter @Irfanafwandi.