Tatkala memutuskan hijrah ke Italia dengan menerima pinangan Fiorentina, tak ada hal muluk yang terbersit dalam benak Dusan Vlahovic. Pasalnya, ia pindah pada usia yang belum menembus kepala dua.
Pemain setinggi 190 sentimeter ini dicomot La Viola dari salah satu klub beken Serbia, Partizan Belgrade. Vlahovic diproyeksikan menjadi juru gedor andalan tim pada masa yang akan datang.
Bicara tentang Fiorentina, tentu ingatan kita bakal selalu mengarah kepada Gabriel Omar Batistuta. Penyerang berkebangsaan Argentina tersebut memang ikon klub yang berkandang di Stadion Artemio Franchi ini.
Selama sembilan musim, Batistuta mengenakan baju ungu khas Fiorentina dan bertarung saban pekan guna menjadi penantang juara di kompetisi Serie A.
Nahasnya, gelar yang mampu dipeluk Batistuta bersama La Viola hanyalah sebiji Piala Italia dan Piala Super Italia. Buat trofi yang lebih prestisius, ia senantiasa gagal.
Keinginan meraup prestasi gemilang mendorong Batistuta menerima pinangan AS Roma jelang musim kompetisi 2000/2001. Kebetulan, saat itu Roma sedang meroket penampilannya.
Kepergian Batistuta ke ibu kota bikin suporter Fiorentina kecewa bukan kepalang. Pemain yang selama ini mereka elu-elukan dan cintai rupanya membelot ke tim lain.
Kian ironis, kepindahan Batistuta berujung prestasi karena di pengujung musim 2000/2001, I Giallorossi menjadi kampiun Serie A. Apa yang Batistuta impikan pun terjawab.
Pekerjaan rumah Fiorentina selepas hijrahnya Batistuta benar-benar sulit. Pasalnya, proses yang dilakoni tak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka harus menemukan striker yang sama garangnya dengan lelaki gondrong itu.
Namun mencari suksesor Batistuta tak berjalan mudah. Beberapa nama yang datang semisal Adriano, Nuno Gomes, Giampaolo Pazzini, sampai Mario Gomez justru kepayahan untuk mengisi sepatu yang ditinggalkan Batigol, julukan Batistuta.
Barangkali hanya Luca Toni dan Alberto Gilardino yang cukup sukses menjadi mesin gol anyar La Viola. Toni sempat jadi pencetak gol terbanyak Serie A 2005/2006 lewat koleksi 31 gol. Sedangkan Gilardino membukukan 63 gol dari 157 penampilan.
Pencarian akan striker ganas yang dibutuhkan sebagai mesin gol kemudian terjawab dengan hadirnya Vlahovic. Sejak didatangkan ke Firenze, Vlahovic tidak langsung bermain untuk tim utama.
Ia lebih dahulu merumput bareng tim Primavera untuk beradaptasi dengan iklim sepakbola Italia. Pada musim perdananya di Negeri Pizza, sosok kelahiran 28 Januari 2000 ini bermain 10 kali bersama tim utama Fiorentina.
Seiring dengan kian matangnya permainan Vlahovic, kesempatan yang didapat pada musim kedua meningkat drastis. Turun di 34 pertandingan lintas ajang, pemain bernomor punggung 9 tersebut sukses menggelontorkan 8 gol.
Peningkatan yang diperlihatkannya bikin Giuseppe Iachini dan Cesare Prandelli yang melatih La Viola sepanjang musim 2020/2021, memplotnya sebagai juru gedor andalan.
Walau sepanjang musim ini performa Fiorentina masih lekat dengan inkonsistensi serta berkutat di papan tengah ke bawah, Vlahovic membuktikan kapasitasnya sebagai pencetak gol ulung.
Hingga tulisan ini dibuat, lelaki kelahiran Belgrade tersebut sudah mengemas 19 gol. Dirinya sejajar dengan Ciro Immobile (Lazio), Luis Muriel (Atalanta), dan Simy Nwankwo (Crotone) yang jumlah golnya sama.
Praktis, ketajaman Vlahovic cuma kalah dari Cristiano Ronaldo (Juventus) yang mengepak 27 gol dan Romelu Lukaku (Inter Milan) yang bikin 21 gol sejauh ini.
Catatan elok Vlahovic sendiri dilengkapinya dengan tiga asis yang sudah dibuat sehingga ia berkontribusi atas 22 gol milik Fiorentina musim ini.
Dari catatan tersebut, Vlahovic baru menorehkan masing-masing dua kali brace dan sekali hattrick.
Dwigol ia bukukan saat Fiorentina bersua Atalanta dan Bologna. Sedangkan trigol diciptakannya ketika La Viola membungkam Benevento.
Kendati tubuhnya bongsor, Vlahovic tidak lambat. Gaya mainnya mengingatkan kita pada sosok Zlatan Ibrahimovic yang gesit meski punya tinggi badan menjulang. Kebetulan, Ibrahimovic adalah pesepakbola yang diidolakan Vlahovic.
Gara-gara itu pula plus ketajamannya yang mumpuni, ia dijuluki sebagai The Next Zlatan. Meski tersanjung, tetapi Vlahovic tak menyukai hal tersebut karena ia ingin menjadi dirinya sendiri.
Nomor punggung 9 di Fiorentina tergolong keramat dan Vlahovic membuktikan bahwa ia pantas mengenakan nomor punggung tersebut. Ia menjadi mesin gol yang amat dirindukan La Viola buat mengisi lini serang.
Melalui gol-gol dari kepala atau kakinya, Vlahovic membawa satu misi penting yakni menyelamatkan Fiorentina dari jerat relegasi.
Andai sukses mewujudkannya, nama Vlahovic akan semakin dielu-elukan suporter klub dengan kostum utama berwarna ungu tersebut.
Mengingat aksi-aksinya yang menawan dan kontrak kerjanya yang berakhir pada musim panas 2023, bukan hal yang mengejutkan andai Vlahovic tak bertahan lama di Stadion Artemio Franchi.
Klub-klub mapan Italia dan Eropa sudah siap mengantre untuk memberinya penawaran lebih menarik dari yang bisa ditawarkan Fiorentina.
Apalagi beberapa waktu terakhir, sudah santer isu yang menyebutkan bahwa AC Milan dan Juventus menaruh minat kepadanya.
Pun dengan tim-tim luar Italia seperti Liverpool dan Manchester United yang selama ini terus memantaunya.
Percayalah, sisa musim ini bakal dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Vlahovic untuk menambah pundi-pundi golnya, mempertahankan Fiorentina di Serie A sekaligus memperkuat namanya sebagai salah satu pemain muda dengan prospek paling cerah di Benua Biru.
Setelahnya, kita akan melihat bagaimana masa depan bekerja untuk Vlahovic.