Kisah Shilton yang Ditaklukkan “Tuhan”

Argentina's Diego Maradona (r) flies past England goalkeeper Peter Shilton (l) after using his fist to score the opening goal, the infamous 'Hand of God' goal

Perempat final Piala Dunia 1986. Sebuah pertandingan yang akan dikenang sepanjang masa. Pertama oleh gol paling kontroversial dalam sejarah, dan kedua, oleh gol paling hebat dalam sejarah. Ya. Apa yang paling diingat dari seorang Peter Shilton Leslie adalah bagaimana Diego Maradona mempermalukannya dengan gol dengan tangan dan kaki kiri yang—sama-sama—fantastis.

Lahir pada 18 September 1949, Shilton adalah salah satu kiper legendaris yang pernah dimiliki Inggris. Sampai saat ini ia adalah pemegang rekor pemain yang paling banyak memperkuat timnas dengan 125 caps. Dia juga memiliki rekor sebagai kiper dengan catatan sepuluh kali clean sheet untuk tim nasional Inggris bersama kiper Prancis, Fabian Barthez.

Saat masih dalam akademi klub lokal, Leicester City, Gordon Banks waktu itu melihat bakatnya dan merekomendasikannya untuk segera masuk ke tim senior. Dalam usia yang sangat muda—16 tahun—Shilton melakukan debutnya melawan Everton. Potensinya segera menjadi perbincangan media Inggris yang memang cerewet.

Shilton dianggap salah langkah ketika ngotot untuk bertahan di Licester yang degradasi. Namun, manajer Inggris, Sir Alf Ramsey tetap memberikan kesempatan Shilton untuk melakukan debut pertamanya melawan Jerman Timur pada 1970. Lebih dari enam bulan kemudian, Shilton berhasil membawa klub kampung halamannya kembali promosi ke Divisi Utama Liga Inggris.

Pada bulan Oktober 1972, Gordon Banks mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan satu matanya tidak lagi mampu melihat dengan cukup baik. Akhir yang tragis untuk kiper legendaris tersebut dan awal yang baik untuk Peter Shilton. Bersaing dengan Ray Clemence dari Liverpool, Shilton akhirnya memenangkan kompetisi untuk memperebutkan kursi pemain nomor 1 tim nasional.

Lebih dikenal karena kecurangan Maradona

Babak kedua memasuki menit ke-6 perempatinal Piala Dunia 1986 Meksiko, Maradona memasuki area sepertiga lapangan Inggris. Ia memberi umpan diagonal yang berhasil disapu Steve Hodge. Serangan seolah gagal karena bola mendekat ke arah Shilton. Maradona yang terlanjur lari ke arah jatuhnya bola tetap nekat menerjang. Meskipun lebih pendek 20 cm daripada Shilton, tangan kiri Maradona lebih cepat memukul bola dan gol untuk Argentina.

BACA JUGA:  Stefano Pioli: Si Pengganjal Pintu

Shilton segera mendekati Ali bin Nasser, wasit asal Tunisia, atas pelanggaran itu. Namun wasit bergeming dan memberikan gol untuk Argentina. “Dia adalah pemain terbaik yang pernah saya lawan, tetapi caranya benar-benar kelewatan, dia tidak pernah minta maaf atau mengakui itu salah,” kecam Shilton kemudian.

“Kami lebih memiliki kontrol sepanjang pertandingan dan tim kami—memang—lebih baik,” sanggah Maradona kemudian. Meski akhirnya mengakui bahwa gol itu diperolehnya dengan cara seperti pemain voli.

Inggris gagal melaju ke semifinal setelah Maradona kembali mempecundangi dengan melewati lima pemain—termasuk Shilton—untuk mencetak gol terbaik yang pernah ada di muka bumi. Di akhir turnamen, Argentina mendapatkan Piala Dunia dengan dendam Shilton yang masih membara, “Jika dia datang ke Inggris dan meminta maaf dengan baik-baik, anda tidak bisa katakan tidak, tapi saya pikir hal itu tak akan pernah terjadi.”

 

Komentar
Lahir di Jogja tapi besar dan belajar cinta sepak bola dari Pelita Solo dan Persijatim Solo FC. Tukang modifikasi dan renovasi kalimat di Indie Book Corner (IBC). Masih bermimpi jadi atlet kayang pertama yang berlaga di UFC World Champion. Biasa nggambleh di @dafidab