Gunakan Uangmu dengan Bijak, Newcastle!

Uang tidak bisa membeli segalanya adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasi di Newcastle United saat ini.

Setelah resmi diakuisisi oleh Mohammed bin Salman, putra mahkota Kerajaan Arab Saudi sekaligus bos Saudi Arabia Public Investments Fund (PIF), masih ada banyak pekerjaan rumah yang kudu dibereskan The Magpies guna bersaing di papan atas Premier League.

Pasca-akuisisi sekitar satu bulan lalu, pembenahan di tubuh Newcastle tak hanya dilakukan di sektor manajamen saja, tapi juga sisi teknis di lapangan.

Apalagi kondisi Allan Saint-Maximin dan kawan-kawan memang sedang buruk di papan klasemen.

Mereka terjerembab di peringkat 19 dan terancam turun divisi bila gagal mengangkat performa di sisa musim.

PIF sebagai pemilik anyar tentu ogah merasakan kepahitan tersebut. Tak ayal bila mereka terus berburu pelatih berkualitas untuk menggantikan Steve Bruce yang dirasa tak kapabel buat membawa The Magpies bangkit.

Selama diasuh Bruce, Newcastle memang lekat dengan inkonsistensi penampilan. Tak heran kalau mereka betah berlama-lama dan meramaikan persaingan di papan bawah.

Andai Bruce dipertahankan dan bisa membuat Newcastle finis di papan tengah Premier League musim ini, tetap tak ada garansi bahwa ia akan bertahan sebagai kepala pelatih klub yang berkandang di Stadion St. James’ Park tersebut.

Seperti yang kita tahu, kesebelasan yang diakuisisi oleh orang-orang Arab punya kebiasaan untuk mengganti pelatih secara cepat.

Manchester City dan Paris Saint-Germain menjadi contoh nyatanya ketika baru saja diambilalih.

Berbekal uang yang tak ada habisnya, mereka ingin membangun tim yang pilih tanding agar segera meraup prestasi.

Terkesan instan dan hanya mengandalkan uang? Selama hal itu sah dan tidak ada regulasi yang melarang, maka akan terus dipraktikkan.

Dari sekian nama pengganti yang muncul di media, Newcastle berniat untuk mendapatkan pelatih berkelas. Nama Antonio Conte, Jose Mourinho, sampai Zinedine Zidane dikabarkan menjadi incaran.

Akan tetapi, punya banyak uang tak serta merta membuat The Magpies bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Realitanya, tak ada pelatih top yang berkenan merapat ke St. James’ Park.

Setelah melakukan pembicaraan dan negosiasi dengan banyak nama, akhirnya Newcastle menunjuk bekas pelatih Bournemouth yang tengah menganggur, Eddie Howe.

Bicara kualitas, ia memang dirasa lebih baik ketimbang Bruce. Namun soal popularitas dan karisma, dirinya jauh dari impian manajemen anyar The Magpies.

Setali tiga uang dengan pelatih, masuknya PIF juga membuat berbagai rumor perekrutan pemain menyeruak.

Labelnya tentu saja para bintang. Dengan uang yang mereka miliki, siapa saja dapat dibeli. Namun sesederhana itukah prosesnya? Tentu tidak.

Menggoda para bintang untuk mau mengenakan seragam The Magpies yang selama ini tampil medioker bukan persoalan sepele.

Harus ada kejelasan proyek dari pihak klub sehingga para bintang itu bersedia jatuh bangun di atas lapangan untuk Newcastle.

Walau demikian, merekrut bintang tak selalu menjadi solusi buat mewujudkan ambisi melesat sebagai klub tangguh.

Pasalnya, tak sedikit dari pemain bintang yang lebih berorientasi kepada uang daripada pengabdian terhadap klub yang dibelanya.

Jangan sampai Newcastle menghambur-hamburkan uang cuma untuk merekrut pemain seperti mereka.

Dibanding terbang jauh ke kawasan Arab buat mengeruk uang, tentu lebih baik bagi mereka dengan tetap berkarier di Eropa dan bergabung dengan klub seperti Newcastle yang beraksi di liga kompetitif bernama Premier League, bukan?

Oleh sebab itu, manajemen The Magpies kudu bijak dalam menggunakan uangnya. Sebanyak apapun dana yang mereka miliki, penggunaannya harus tepat.

Bersama Howe, kapal Newcastle setidaknya sudah punya tujuan yang jelas. Ke mana mereka akan berlayar dan pelabuhan mana yang ingin disinggahi.

Alih-alih merekrut awak kapal secara sembarangan, ada baiknya manajemen klub berdiskusi panjang dengan Howe.

Sang nakhoda pasti memiliki filosofi permainan yang diyakini. Tentu, hal itu berkaitan dengan kebutuhan taktikalnya di lapangan.

Awak kapal yang sesuai dengan kebutuhan Howe adalah prioritas bagi The Magpies. Dengan begitu, tak akan ada uang yang terbuang percuma.

Howe sendiri kabarnya sudah mengajukan nama-nama yang inginkan. Salah satunya adalah gelandang Manchester United asal Belanda yang tenaganya jarang terpakai, Donny van de Beek.

Di sisi lain, psikologis skuad Newcastle saat ini juga harus dijaga. Mereka pasti paham dengan segala kemungkinan yang terjadi pasca-akuisisi.

Paling tidak, fokus mereka untuk bertarung di atas lapangan dengan baju Newcastle tetap terjaga sehingga asa menyelamatkan diri dari jerat relegasi terus hidup.

Bila fokus itu tidak bisa dirawat, maka segalanya akan berjalan berat untuk The Magpies.

Selagi bola itu bundar, maka semuanya bisa berubah dengan cepat. Apapun bisa terjadi sampai peluit panjang dibunyikan.

Newcastle boleh saja bermimpi membangun sebuah tim yang kukuh dengan cara-cara instan. Namun ingat, uang banyak bukanlah kunci kesuksesan instan.

Manajemen mesti punya rencana yang jelas terkait sisi kompetitif tim. Cara menggunakan uang segunung itulah yang menjadi kunci kesuksesan.

Maka Newcastle harus rela bersusah payah dalam menjalani segala proses yang ada sebelum berdiri gagah dan bertarung dengan klub-klub mapan Premier League.

Uang tidak bisa membeli segalanya. Namun uang tersebut, jika digunakan secara tepat, bisa mempermudah langkah untuk menggapai ambisi yang dicanangkan.

Komentar

This website uses cookies.