Lima Alasan Persib Juara Piala Presiden 2015

Sejumlah Pemain Persib Bandung merayakan kemenangan usai pertandingan Final Piala Presiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Persib Bandung berhasil menjadi juara Piala Presiden setelah mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0.

Persib Bandung memastikan gelar juara Piala Presiden 2015 setelah berhasil menundukkan perlawanan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Dua gol yang tercipta masing-masing dari tendangan bebas Achmad Jufriyanto dan Makan Konate sudah cukup membawa Persib untuk kembali merasakan meraih juara di stadion Gelora Bung Karno setelah 20 tahun lamanya. Mengingat penentuan juara Indonesia Super League (ISL) musim lalu yang harus dilaksanakan di Gelora Jakabaring Palembang, dahaga Persib untuk kembali berpesta di stadion utama Indonesia ini telah terealisasikan.

Di balik kemenangan Maung Bandung, kami menyajikan beberapa fakta mengenai alasan-alasan kenapa kemenangan dan gelar juara yang diraih Persib adalah sebuah kewajaran. Selain nama besar dan tradisi yang lekat dengan label tim juara, Persib termasuk klub yang lama mengalami puasa gelar sebelum musim lalu menjuarai liga dengan mengalahkan Persipura. Dengan beberapa perubahan yang dilakukan seluruh tim dan manajemen sejak tiga tahun lalu, berikut kami jabarkan lima hal yang membuat Persib menjadi sebuah tim seperti yang kita lihat sekarang.

1. Manajemen yang rapi dan sistematis

Memiliki manajemen yang rapi dan terstruktur layaknya klub profesional di Indonesia masih sangat jarang kita temui. Hanya beberapa klub dengan kepengurusan yang baik dan kemampuan manajemen yang rapi yang mampu diharapkan untuk mewujudkan cita-cita sepak bola Indonesia guna memiliki sistem pengurusan klub yang terstruktur dan terencana. Dari empat tim yang lolos ke semifinal Piala Presiden 2015, Persib termasuk salah satu tim yang memiliki kepengurusan yang baik dan memiliki banyak sponsor yang bekerja sama untuk menopang pemasukan tim.

Walau sempat disindir bahwa jersey Persib yang bertabur sponsor terlihat aneh dan kurang menarik, toh nyatanya di Persib tidak pernah ada keluhan gaji yang ditunggak atau telat dibayarkan. Pemain yang sejahtera adalah kunci utama sebuah tim yang harmonis dan stabil. Dan semua klub di Indonesia harus paham dasar ini.

2. Kerangka tim tidak berubah banyak sejak musim lalu

Ini juga salah satu poin penting yang kurang dipahami banyak tim. Seperti Sriwijaya FC, lawan Persib di final. Hampir 60% skuat Laskar Wong Kito adalah muka baru, mungkin hanya Asri Akbar yang cukup lama berseragam Sriwijaya. Atau Abdoulaye Maiga yang hampir dua musim di skuat Sriwijaya. Pelatih pun juga berganti ke Benny Dollo. Tim lain pun serupa dengan Sriwijaya.

Komposisi skuat yang hampir tidak berubah sangat menguntungkan untuk mempertahankan kohesi tim. Zulham Zamrun dan Illija Spasojevic yang didatangkan untuk mengantisipasi hengkangnya Ferdinand Sinaga dan Djibril Coulibaly pun cukup impresif. Dedi Kusnandar yang disiapkan sebagai pengisi lini tengah juga tidak mengecewakan. Zulham mencetak 6 gol, menjadi top skor sekaligus pemain terbaik, sedangkan Spaso, panggilan akrab Illija Spasojevic, mencetak 4 gol. Membaurnya pemain baru dengan cepat terbantu dengan komposisi skuat yang tidak berubah drastis sehingga proses adaptasi pemain baru lebih cepat.

3. Pemain baru yang langsung menyatu dengan tim

Ini poin yang berkaitan erat dengan poin sebelumnya. Dengan skuat yang kohesinya sudah terbentuk dari musim lalu dan masih terbawa euforia juara walau kompetisi sempat terhenti, sangat membantu pemain baru merasa nyaman dan bisa langsung memberi kontribusi. Zulham Zamrun yang sebelumnya sempat berkostum Persipura pun mengakui bahwa suasana harmonis dan cair di ruang ganti Persib membuatnya merasa diterima dan mudah menyatu dengan pola main Djajang Nurjaman di lapangan.

Sedangkan untuk Illija Spasojevic, keberadaan Vladimir Vujovic juga membantu proses adaptasi di tim mampu berjalan cepat. Spaso juga pada awal kedatangannya di Persib sudah memiliki ambisi untuk memberikan yang terbaik bagi Maung Bandung. Ini didukung dengan kepercayaan penuh coach Djajang untuk memberi porsi main yang besar bagi Zulham dan Spaso. Arema Cronus sebenarnya memiliki poin-poin sama yang dimiliki Persib, namun secara stabilitas dan permainan taktikal, Singo Edan yang sempat diselimuti duka dengan berpulangnya Suharno belum mampu sampai di titik di mana Persib berada saat ini. Praktis pemain baru Arema yang berkontribusi banyak hanya Lancine Kone, sedangkan Fabiano Beltrame dan Morimakan Koita masih belum stabil. Bahkan blunder Fabiano yang alpa menjaga Talaohu Abdul Musafri di semifinal harus dibayar dengan kegagalan Arema lolos ke partai puncak.

4. Faktor Djajang Nurjaman

Di balik sebuah tim hebat, selalu ada pelatih hebat. Selain komposisi skuat dan kapabilitas pemain, kemampuan psikis dan racikan taktik pelatih adalah salah satu yang menjadi poin penting kenapa sebuah klub bisa stabil. Sebagai contoh, Pep Guardiola, bahkan menolak menanggapi psywar Jose Mourinho selama keduanya bersitegang di La Liga dulu, dan itu terbukti dengan dominasi Barcelona di bawah asuhannya atas skuat asuhan The Special One. Bagi Pep, psywar dari lawan hanya perlu dijawab di lapangan, bukan dibalas dengan perkataan atau umpatan.

Hal senada pun dimiliki Djajang Nurjaman. Sosoknya kalem dan dihormati. Sebagai legenda Persib, Djanur sangat dicintai di Bandung. Sebagai pemain dan pelatih, dia mampu menyumbangkan gelar bagi Pangeran Biru. Ketika psywar muncul saat Persib berhadapan dengan Pusamania Borneo FC (PBFC) yang dilatih Iwan Setiawan, Djanur tetap rileks dan berhasil membawa Persib memukul PBFC di Si Jalak Harupat untuk mampu lolos ke semifinal. Ketenangan Djanur untuk tidak terpancing psywar Iwan Setiawan pun mampu membuat tekanan justru berbalik ke skuat PBFC. Kemampuan pelatih untuk mengabaikan tekanan psikis mampu membuahkan formula taktik yang jitu untuk membawa hasil positif. Selain itu, tekanan untuk tim juga berkurang karena pelatih mampu abai terhadap psywar dan berfokus kepada tim sepenuhnya. Ibarat pepatah, anjing menggonggong kafilah berlalu, dan Djanur pun membuktikannya hingga berbuah gelar Piala Presiden 2015. Iwan teh saha?

5. Bobotoh

Pernah menonton anime Giant Killing dan lihat aksi ultras ETU yang bernama Skulls? Konon, fans atau suporter adalah nafas utama sebuah tim. Atep, kapten Persib pun bilang, “Bobotoh selalu ada di belakang kami”. Kala polemik venue final Piala Presiden menyisakan kekhawatiran terkait gesekan dengan Jakmania, Bobotoh nyatanya tetap memenuhi stadion Gelora Bung Karno dan bersama-sama dengan pemain Persib merayakan kemenangan yang bersejarah ini. Bukan hal yang mudah datang ke wilayah di mana rivalitas dua kubu suporter sangat riskan muncul gesekan.

Almarhum Ayi Beutik sendiri pernah bilang bahwa perdamaian Viking-Jakmania adalah sebuah wacana yang tidak perlu ditindaklanjuti dan direalisasikan. Rivalitas harus dipelihara, kurang lebih itu yang diinginkan mang Ayi Beutik. Maka tak heran kecemasan akan munculnya gesekan dengan Jakmania bisa saja terjadi. Namun Bobotoh Persib tetap memadati stadion dan tak hentinya berteriak untuk Persib Bandung sepanjang laga. Bahkan menjelang peluit akhir, mereka sampai menyalakan flare dan harus diingatkan oleh panitia pertandingan karena terlalu antusias menyambut kemenangan sang pujaan.

Lima hal di atas adalah apa yang menurut kami mampu memformulasikan tim Persib sehingga mampu mendominasi persepakbolaan Indonesia dalam dua tahun belakangan ini. Selain manajemen tim yang bagus, internal tim dan hubungan dengan fans terjalin dengan sempurna. Tidak ada friksi kekuasaan yang menggerogoti tim. Tidak ada dualisme. Tidak ada keraguan dari bobotoh untuk tim. Dan Persib pun mampu menjawab ekspektasi bobotoh dengan baik. Semua berjalan seimbang dan pas. Tidak kurang dan tidak lebih.

Harmonisme lingkup sekitar Persib adalah resep ampuh di balik dominannya tim kebanggaan Jawa Barat ini. Beberapa hal inilah yang kemudian perlu kita wajarkan, bukan untuk iri atau dengki, namun untuk memacu klub-klub lain menerapkan hal yang serupa, demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Mencontoh yang baik bukan sebuah hal yang salah. Mencontoh resep sukses guna mereguk sukses yang serupa. Kalau Persib bisa, kenapa tim lain tidak?

Persib juara deui, euy!

 

 

Komentar

This website uses cookies.