Lima Momen Penting Paruh Pertama La Liga Musim 2015/2016

La Liga sedang libur dan baru bergulir lagi pada tengah pekan depan. Namun kilau La Liga seakan-akan tak pernah padam, dalam 17 jornada yang sudah dilaksanakan.

Terdapat beberapa momen yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari momen kegembiraan dan kesedihan hingga momen yang mengundang decak kagum dan rasa empati.

1. Kebangkitan SD Eibar

Salah satu tim asal wilayah otonom Basque musim lalu merupakan salah satu klub dengan neraca keuangan terburuk di La Liga. Bayangkan saja untuk terus eksis di kasta teratas sepak bola Spanyol klub ini harus menerima sumbangan dari 50 negara dikarenakan masalah ekonomi akut. Program yang menyelamatkan SD Eibar tersebut adalah Defiende al Eibar.

Namun badai pasti berlalu bukan, lihatlah wajah SD Eibar sekarang. Beberapa waktu yang lalu, Alex Aranzabal selaku presiden klub menginformasikan dalam Rapat Umum bahwa musim ini SD Eibar telah mendapatkan keuntungan sebesar 3,58 juta euro.

Akibat kesuksesan ini Alex Aranzabal bersama jajaran direksi pun membuat indikator yang lebih tinggi dengan harapan bisa mendapatkan surplus lebih besar. SD Eibar mematok keuntungan sebanyak 10,8 juta euro dari segala sektor musim depan.

Berkat pencapaian ini pula klub ingin menunjukkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak terkait. SD Eibar telah mempekerjakan sekitar 5.132 fans yang kebanyakan menganggur dan merupakan pensiunan untuk bekerja.

Selain itu sehubungan dengan ulang tahun SD Eibar yang ke-75, klub memberikan harga spesial untuk 5,5 juta tiket pertandingan yang akan didistribusikan ke seluruh negara bagian. Program ini sudah dilaksanakan pada tanggal 23 Desember lalu dan langsng dihadiri oleh Miguel de los Toyos, walikota Eibar.

urteurrena

2. Konflik internal Real Madrid

Boleh dibilang Real Madrid sekarang sedang mengalami inkonsitensi. Performa buruk yang sering diperlihatkan Los Merengues ternyata berasal dari situasi internal klub yang kurang kondusif.

Semua berawal ketika Rafael Benitez ditunjuk sebagai pelatih kepala, wajah Real Madrid pun berubah seketika. Real Madrid berangsur-angsur bermain defensif, akibatnya beberapa pemain pilar seperti Sergio Ramos, James Rodriguez dan Cristiano Ronaldo mengkritik taktik pelatih.

Itu hanyalah prolog, belum lagi kasus skandal pemerasan yang dilakukan oleh Karim Benzema kepada Mathieu Valbuena yang mengakibatkan dirinya tidak termasuk dalam skuat Prancis untuk Euro 2016.

Sang megabintang Cristiano Ronaldo pun dikabarkan mulai tidak nyaman bermain untuk Real Madrid, selain karena faktor Benitez ternyata ia juga sempat bersitegang dengan Gareth Bale. Semacam love hate relationship.

Konflik internal ini pun merembet hingga Florentino Perez, setelah kekalahan pada El Clasico jilid pertama para fans selalu meneriakan seruan Florentino Dimission dalam setiap pertandingan, bahkan para fans juga membuat sebuah petisi bernama Movimiento Amber untuk melengserkannya dari tampuk kepemimpinan. Selain itu Florentino Perez juga baru-baru ini terlibat pelanggaran terkait AD/ART klub yang menariknya ke meja hijau.

BACA JUGA:  Saul Niguez yang Semakin Penting untuk Atletico Madrid

Di tengah suasana yang riweuh ini, justru Real Madrid bukannya sesegera mungkin menyelesaikan konflik internal ini tetapi malah sibuk rapat dengan Dewan Kota untuk merekonstruksi Estadio Santiago Bernabeu. Tapi, setidaknya El Real masih berada di papan atas.

3. Anomali pada daftar top skor sementara

Anda tentunya terkejut ketika melihat daftar top skor sementara, rasanya tak seperti ini biasanya. Terdapat sebuah anomali hingga itu tak terlihat seperti yang sudah-sudah. Selama bermusim-musim El Pichichi selalu erat hubungannya dengan striker asing, tapi musim ini nampaknya berpotensi terjadinya perubahan.

Separuh musim berjalan para penyerang lokal masih duduk manis di 5 urutan atas kandidat kuat pemenang El Pichichi di akhir musim nanti. Nama-nama itu adalah Lucas Perez, Immanol Aggiretxe dan Javi Guerra yang masing-masing telah mencetak 12 dan 9 gol sejauh ini.

Selisih gol yang tak terlampau jauh membuat kans para penyerang lokal masih terbuka lebar sehingga perlu konsisten mencetak gol pada 21 jornada tersisa.

Jika berbicara perihal konsisten, nampaknya Aggiretxe dan Javi Guerra harus belajar dari Lucas Perez. Lucas Perez sudah mencetak gol dalam 7 jornada secara berturut-turut. Maka tak aneh apabila Lucas Perez adalah penyerang lokal yang lebih dikedepankan sebagai pesaing kuat striker asing.

Satu yang bisa dipelajari dari anomali ini adalah penyerang lokal yang disebutkan bermain di klub papan tengah La Liga. Lucas Perez bermain untuk Deportivo La Coruna, Aggiretxe bermain untuk Real Sociedad dan Javi Guerra untuk Rayo Valecano. Di klub seperti inilah para penyerang lokal mendapatkan menit bermain dan dukungan penuh dari rekan setim dibanding yang terjadi di klub besar.

Meskipun begitu ini tetaplah sebuah awal yang baik karena jumlah gol Lucas Perez dan Immanol Aggiretxe saat ini sudah lebih dari setengah dari jumlah gol yang dilesakan Aritz Aduriz musim lalu. Sebuah permulaan yang baik pula untuk mereka yang sedang berupaya mengistirahatkan Diego Costa untuk Euro 2016.

4. Celta Vigo dan Eduardo Berrizo

Siapa yang sangka Celta Vigo menjadi kuda hitam La Liga musim ini? Dari tim yang hanya finis di peringkat 8 La Liga musim lalu menjadi sebuah tim yang berpotensi merusak hegemoni tiga klub asal Madrid dan Barcelona. Klub yang bermarkas di Balaidos ini identik dengan gaya militan dalam bermain.

Semangat tinggi, penuh gairah dan tak pantang menyerah adalah wajah Celta Vigo. Menduduki peringkat 4 sementara La Liga merupakan imbalan yang cukup adil apabila melihat peningkatan performa yang signifikan.

Sosok pertama yang menjadi sorotan adalah sang pelatih, Eduardo Berrizo. Seorang pelatih yang sempat magang pada Marcelo Bielsa ini menjadi sosok yang paling bertanggung jawab di balik transformasi Celta.

BACA JUGA:  Geliat Prestasi Bulutangkis Indonesia

Hal yang paling pertama diperhatikan oleh Eduardo Berrizo adalah kebijakan transfer, dirasa rekrutan musim lalu tak memenuhi ekspektasi adalah alasan untuk kembali berburu pemain.

Iago Asperas dan John Guidetti segera didatangkan, dan terbukti dari sembilan pemain yang sudah didatangkan Berrizo, kedua pemain itulah yang pengaruhnya paling terasa. Jadi komposisi skuat yang pas adalah pondasi utama apabila performa tim ingin meningkat – begitu kata Berizzo kira-kira.

Dengan formasi andalan 4-3-3, Celta dibawanya sedikit demi sedikit merangkak menuju papan atas klasemen La Liga. Formasi itu pula yang membuat FC Barcelona, Sevilla dan Villareal remuk redam di Balaidos. Asal tak melepas pemain penting di akhir musim saja pasti performa apik Celta akan terus berlanjut hingga musim depan. Jangan ada lagi Santi Mina yang lain lagi!

5. Peningkatan kualitas La Liga

La Liga semakin ke sini semakin menunjukkan peningkatan kualitas dari segala aspek. LFP selaku yang pengatur roda perputaran La Liga setiap musimnya menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Di bawah kepemimpinan Javier Tebas, langkah luhur LFP itu mulai dirintis perlahan-lahan.

Berawal dari sebuah seminar di Universitas Granada, Tebas mengatakan bahwa La Liga setiap musimnya perlu mendapatkan keuntungan lebih dari 2 juta euro dengan harapan bisa menyaingi Liga Inggris sebagai liga terbaik di dunia.

Tebas juga belajar dari musim lalu di mana dalam dua jornada terakhir La Liga sempat bermasalah dengan hak siar. Untuk itu dalam rapat luar biasa di Zaragoza telah disepakati bahwa LFP akan membagi hak siar di televisi dengan rincian sebagai berikut: 25% untuk Liga BBVA, 25% untuk Copa del Rey, 25% untuk Liga Champions dan 15% untuk Liga Adelante.

Berangkat dari alasan untuk mengglobalkan La Liga maka LFP akan membuka kantor di Johannesburg, Afrika Selatan. Lalu dalam waktu dekat akan membuka juga kantor di Asia yang menjadi prioritas dan Afrika Utara.

Selain membuka kantor, LFP juga akan mengadakan sebuah turnamen tingkat senior pada tur pramusim dan tingkat U-12 bernama La Liga Promises setiap akhir tahun. Diperlukan duta promosi yang mampu menarik atensi masyarakat. Untuk itulah LFP bekerjasama dengan para mantan pemain seperti Christian Karembeu, Roberto Carlos, Luis Figo dan Raul Gonzales.

Semua itu dilakukan LFP semata-mata agar kualitas La Liga meningkat baik dari segi kualitas di lapangan maupun pemasaran.

Bagi penggemar Liga Spanyol, perbaikan demi perbaikan ini tentu bagus. Itu berarti suguhan menjadi lebih menarik dan lebih penting lagi, La Liga bisa dilirik oleh stasiun televisi Indonesia untuk dibeli hak siarnya. Tidak semata karena ada pertandingan El Classico.

 

Komentar
Mahasiswa jurusan sejarah yang sedang berusaha menyelesaikan studinya di salah satu universitas di semarang, penikmat sepakbola dari layar kaca setiap minggunya dan mantan pemain futsal tingkat jurusan.