Manchester United yang Bergantung pada Zlatan Ibrahimovic

Mari awali tulisan ini dengan mengucapkan selamat atas raihan trofi EFL Cup kepada semua fans Manchester United di seluruh penjuru negeri. Hari Senin terlihat begitu menyenangkan bukan?

Saya yakin semua fans Manchester United sudah lupa kapan terakhir kali mereka tersenyum ketika terbangun di Senin pagi.

Dengan raihan trofi ini juga membuat Manchester United menjadi klub Inggris dengan jumlah trofi terbanyak melewati Liverpool, dengan total 42 trofi. Dan aktor utama atas kemenangan di Wembley kemarin adalah Zlatan Ibrahimovic dengan dua golnya.

Zlatan sudah berusia 35 tahun. Memang sudah menjadi pemain krusial di skuat Setan Merah musim ini setelah didatangkan secara cuma-cuma dari PSG.

Hingga final EFL Cup, Zlatan telah bermain sebanyak 38 pertandingan di seluruh ajang bersama Manchester United. Sebuah catatan yang mengagumkan untuk seseorang yang sudah berumur 35 tahun.

Capaian golnya musim ini pun jauh dari kata mengecewakan. Zlatan kini bercokol di peringkat lima pencetak gol terbanyak Liga Inggris dengan 15 gol.  Sebuah bukti nyata bahwa di manapun Zlatan bermain, dirinya tetaplah seorang striker yang buas.

Dikenal sebagai kompetisi paling kompetitif di kolong langit, Liga Inggris memang menawarkan sesuatu yang berbeda untuk Zlatan. Tak ada kata jeda untuk sepakbola di negeri Ratu Elizabeth ini.

Liga Inggris pun tak mengenal istilah winter break selayaknya liga-liga Eropa lainnya. Di saat liga lain menikmati liburan Natal dan tahun baru, klub-klub Liga Inggris sedang melewati salah satu jadwal terpadatnya pada satu musim permainan.

Jadwal MU semakin sibuk pada bulan Februari setelah harus bermain kembali di Liga Europa. Bahkan dalam 10 hari terakhir MU harus menjalani 4 pertandingan termasuk lawatan ke kandang Saint-Etienne.

Hilangnya jeda musim dingin ditambah terus menjadi andalan lini depan skuat Setan Merah membuat fisik Zlatan terkuras habis. Hal ini diakui Zlatan di saat sesi wawancara seusai pertandingan.

Saat Zlatan ditanya apa yang akan Ia lakukan setelah mendapat beberapa hari libur pertandingan. Segera itu juga Ia menjawab, ”Saya harus memulihkan diri, saya hampir mati. Saya harus segera memulihkan kekuatan saya.”. Sebuah pernyataan penuh kejujuran bahwa dirinya memang kelelahan.

Tiadanya pelapis yang mumpuni

Manchester United bukannya kekurangan pemain di posisi penyerang. Musim ini terdapat empat pemain yang mampu bermain sebagai penyerang tengah.

Mereka adalah Anthony Martial, Wayne Rooney, Marcus Rashford, dan tentunya Zlatan. Sayangnya tak satupun selain Zlatan yang mempunyai menit bermain yang cukup banyak di posisi penyerang tengah.

Bahkan Martial belum pernah memulai pertandingan sebagai penyerang tengah musim ini. Kurangnya kesempatan bermain sebagai juru gedor utama mengakibatkan berkurangnya kontribusi gol mereka terhadap klub.

Jika digabung, Rooney, Martial, dan Rashford baru mampu mencetak 8 gol di Liga Inggris di saat Zlatan hampir mencetak dua kali lipat di ajang yang sama.

Skuat ini memang terlalu bertumpu terhadap Zlatan dalam urusan mencetak gol. Hadirnya Zlatan memang menjadi madu dan racun bagi tim ini.

Kedatangannya memang memberikan banyak gol bagi klub walau di saat yang sama striker lain mengalami penurunan performa. Mengembalikan performa para striker pelapis seharusnya menjadi prioritas utama Mou saat ini, karena tak mungkin untuk terus berharap akan tuah Zlatan, belum juga jika Zlatan berhalangan bermain karena akumulasi ataupun cedera.

Jika sampai terjadi itu akan menjadi sebuah masalah yang besar untuk MU.

Dan juga bulan-bulan ke depan akan menjadi periode yang sibuk untuk skuat Jose Mourinho ini. Saat ini MU juga masih berkompetisi di tiga ajang sekaligus, yaitu Piala FA, Liga Europa, dan juga Liga Inggris. Ini artinya masih banyak laga yang harus dijalani, masih banyak kemenangan yang perlu diperjuangkan.

Perjuangan semakin berat setelah undian 16 besar Liga Europa mengharuskan Manchester United untuk terbang jauh ke Rusia demi bertanding melawan FC Rostov.

Persaingan di liga domestik pun semakin memanas, walau permainan anak asuh Jose Mourinho sudah jauh lebih baik dari awal musim tetapi tetap saja MU masih bertengger di posisi enam klasemen. Tentunya seluruh suporter Manchester United tak ingin melihat klub kesayangan tetap bermain di liga kasta kedua Eropa musim depan.

Strategi rotasi yang cemerlang dan mengembalikan performa para striker pelapis kelak akan berbuah hasil yang manis bagi tim Setan Merah di akhir musim. Entah itu trofi-trofi lainnya atau minimal kembali bermain di Liga Champions musim depan.

Tetapi untuk saat ini marilah rayakan keberhasilan meraih EFL Cup seraya bersyukur bahwa Manchester United masih bisa bertumpu ke manusia setengah dewa macam Zlatan Ibrahimovic.

Komentar

This website uses cookies.