Mau Pergi Ke Mana, Egy?

Egy Maulana Vikri menutup musim kompetisi 2020/2021 bersama Lechia Gdansk dengan tampil sebagai pemain pengganti pada laga melawan Jagiellonia Bialystok.

Dalam partai tersebut, Egy masuk menggantikan Zarko Udovicic pada menit ke-85.

Bermain di laga itu membuat Egy mencatat penampilan ketujuhnya di Ekstraklasa musim 2020/2021.

Periode ini sendiri jadi ketiga bagi pemain berjuluk Messi dari Kelok Sembilan tersebut bermain di kasta teratas persepakbolaan Polandia.

Mengacu pada data Transfermarkt, Egy merumput sebanyak 10 kali dan tampil selama 132 menit di Ekstraklasa selama mengenakan baju Lechia.

Tak ada gol maupun asis yang berhasil dicatatkan pemuda berumur 20 tahun ini.

Akan tetapi, pemain yang mengenakan nomor punggung 32 ini juga mencatatkan 23 penampilan dan 17 gol bersama Lechia Gdansk II yang bermain di divisi lebih rendah.

Dibanding musim sebelumnya, kesempatan main yang didapat Egy pada musim ini bersama tim utama Lechia jauh lebih tinggi.

Tercatat Egy 26 kali duduk di bangku cadangan dengan 7 kali tampil sebagai pemain pengganti dan total 77 menit bermain.

Pada dua musim sebelumnya ia hanya bermain selama 46 menit dari dua laga (2018/2019) serta 10 menit dari sebiji pertandingan (2019/2020).

Egy bergabung dengan Lechia setelah tampil impresif di Toulon Tournament tahun 2017.

Tawaran kontrak tiga musim tanpa masa trial membuat Lechia mengalahkan sejumlah klub Portugal dan Spanyol yang dirumorkan berminat mengamankan servisnya.

Lechia sendiri adalah klub profesional pertamanya setelah Egy mentas dari Sekolah Khusus Olahraga Ragunan.

Gaya bermain di Ekstraklasa yang menonjolkan fisik disebut sebagai salah satu hambatan Egy untuk bersinar.

Proses adaptasi dengan tampil reguler dan impresif di tim Lechia II dengan catatan 13 gol dari 16 pertandingan pada tahun pertamanya tak menjamin Egy menyegel satu tempat di tim utama.

BACA JUGA:  PSSI dan Kemunduran Sepakbola Indonesia

Terbukti sejauh ini Egy masih belum mampu tampil reguler bersama klub dengan baju kebesaran berwarna hijau dan putih tersebut.

Meski mampu menembus tim utama pada musim 2021/2021 dan menit bermain yang dicatatkannya meningkat, tetapi itu masih jauh dari kata cukup.

Apalagi semua penampilannya ditorehkan dengan status pemain pengganti, bukan penghuni starting line up.

Mungkin dalam benak Egy, ia ingin membuktikan kemampuannya agar berkesempatan untuk membela tim utama secara reguler. Namun perlu diketahui bahwa kontrak sang pemain dengan Lechia usai pada musim panas 2021 ini.

Dilansir oleh CNN Indonesia, pelatih Lechia, Piotr Stokowiec, bahkan menyebut jika klub tidak akan memperpanjang kontrak Egy. Sang pelatih juga menganggap Egy kesulitan bersaing secara fisik.

“Ekstraklasa bukan kompetisi yang mudah. Ini adalah liga yang menuntut kemampuan fisik prima dari para pemain. Egy, sayangnya, punya kendala dalam aspek tersebut walau kemampuan teknisnya cukup bagus”, terang Stokowiec.

Usia Egy sebentar lagi akan menyentuh angka 21 tahun. Pada momen ini, dirinya pasti sadar bahwa ia kudu mengingkatkan kemampuan olah bola sekaligus mendapat jaminan kesempatan bermain yang lebih tinggi.

Tanpa peluang bermain lebih banyak, tentu sulit baginya untuk mengetahui kelemahan yang mesti dibenahi dan kelebihan apa yang wajib diasah terus-menerus.

Dengan masa depan yang tak pasti di Polandia, ada isu yang menyebut jika Egy bakal memilih pulang ke Indonesia untuk merumput di Liga 1. Klub-klub tanah air tentu siap menampung sang pemuda berbakat.

Walau begitu, saya berharap jika Egy tak buru-buru pulang ke tanah air. Ada baiknya ia mencoba peruntungan dengan bermain di liga luar negeri.

Entah tetap di Eropa, melalangbuana ke Asia atau bahkan merumput di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA:  Bukan Perkara Mudah Mendepak Arsene Wenger

Bundesliga Jerman dan Liga Primera Portugal memiliki regulasi yang cukup longgar untuk registrasi pemain dari luar Uni Eropa.

Sementara di zona Asia, J.League atau K.League merupakan opsi menarik. Asnawi Mangkualam yang bermain untuk Ansan Greeners bisa ia mintai info lengkap agar bisa merasakan atmosfer kompetisi di sana.

Khusus yang disebut terakhir, Egy pun bisa meminta rekomendasi atau masukan dari rekan seprofesinya seperti Yanto Basna (kini merumput di PT Prachuap di Thai League 1), Saddil Ramdani (penggawa Sabah FC di Liga Super Malaysia) atau Ryuji Utomo (membela Penang di Liga Super Malaysia).

Mengingat kompetisi-kompetisi di negara yang saya sebutkan punya kepastian penyelenggaraan yang lebih oke daripada Indonesia, maka sepatutnya Egy memikirkannya sebagai alternatif tujuan lebih dahulu ketimbang mudik ke tanah air.

Kontrak tiga musim yang didapatnya bersama Lechia merupakan salah satu bukti jika kualitasnya cukup diakui. Sekarang jadi tugas Egy buat membuktikan potensi dirinya.

Pelabuhan barunya nanti adalah pertaruhan apakah potensinya mampu berkembang atau perlahan terpinggirkan.

Kalau saat ini ia belum sanggup meroket di Eropa, tak ada salahnya untuk kembali dahulu ke Asia buat mengasah kemampuan sekaligus memantik sinar guna menjadi bintang.

Siapa tahu, impiannya memiliki karier gemilang di Eropa terwujud setelah itu.

Komentar
Menyukai sepakbola. Menggemari klub yang sudah tiada. Bisa disapa via akun Twitter @ramawombar