Apa kabar Interisti yang budiman? Sudahkah Anda berbahagia dengan kemenangan tipis 1-0 atas Frosinone akhir pekan (9/4)?
Jika belum, sebaiknya Anda menyegerakan diri untuk bersyukur dan berbahagia meski dalam kadar rendah. Jangan tinggi-tinggi kadarnya, nanti bisa memabukkan. Hasil minimalis itu sukses bikin Inter merangsek ke peringkat empat klasemen sementara usai Fiorentina keok dengan skor 0-2 dari Empoli. Nikmat Tuhan mana yang mau Anda dustakan (lagi dan lagi)?
Kemenangan susah payah itu berhasil memelihara kans Inter untuk berlaga di Liga Champions musim depan (meski cukup alot) karena AS Roma yang nangkring di posisi tiga masih unggul 6 poin dari Inter.
Laga di Stadion Matusa ini sendiri menghadirkan satu momen spesial bagi Il Capitano, Mauro Icardi. Ini disebabkan gol sundulan Icardi di laga tersebut jadi koleksinya yang ke-50 di semua ajang bersama Inter. Pada saat bersamaan pula Icardi mencatatkan penampilan ke-100 berseragam biru-hitam.
Bagi striker mana pun, kecuali Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang levelnya entah ada di langit keberapa, catatan ini merupakan sebuah hal positif dan membanggakan. Apalagi diraih saat usianya baru menginjak angka 23 tahun. Saya sendiri hanya mampu mengucapkan satu kalimat saja buat Icardi.
“Mantep tenan.”
Apa yang telah dibuat Icardi merupakan sebuah pencapaian fantastis karena tak banyak striker yang dapat melakukan hal tersebut, lebih-lebih di kompetisi macam Liga Italia Serie A. Torehan tersebut juga menunjukkan bila Icardi setidaknya sanggup membukukan sebiji gol di setiap dua pertandingan yang dilakoninya
Masih pede menyebut Icardi pemain yang jelek?
Muda usia dan punya statistik bagus sebagai penyerang jelas membuat Icardi menjadi incaran banyak klub kuat, kaya, serta punya prestasi lebih mentereng daripada Inter yang beberapa musim terakhir ini masih setia dengan mode semenjananya.
Tercatat Chelsea, Manchester United, dan Paris Saint-Germain disebut naksir menggunakan jasa striker berkebangsaan Argentina ini. Inter sendiri dikabarkan rela melepas Icardi bila para peminat sanggup menyediakan mahar setidaknya 30 juta euro.
Anehnya banyak Interisti yang malah ingin bila penyerang bernomor punggung 9 ini dijual, tentunya dengan harga selangit tadi. Alasannya simpel, bila Icardi dilepas dengan harga tinggi Inter dapat membeli dua sampai tiga pemain, termasuk striker jempolan sebagai pengganti Icardi.
Dasarnya apalagi kalau bukan membenahi skuat yang ada. Benarkah penjualan Icardi menjadi jalan keluar bagi Inter untuk membangun sebuah tim yang lebih tangguh? Jangan buru-buru menganggukkan kepala ya.
Sepak bola, seperti halnya basket dan voli merupakan cabang olahraga kolektif yang melibatkan lebih dari dua orang pemain dalam setiap permainan. Dengan banyaknya pemain yang terlibat, membangun sebuah tim jelas bukan perkara sepele.
Dibutuhkan proses yang cukup memakan waktu dan kesabaran. Selama hal itu terjadi, hasil-hasil minor nan pahit pun sulit terelakkan. Ingat, tim nasional Jerman saja butuh pembenahan masif yang memakan waktu belasan tahun untuk kembali jadi tim super dan merengkuh trofi juara dunia usai morat-marit di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
Berkaca dari data transfermarkt.co.uk, dalam rentang tiga musim belakangan ini Inter kedatangan setidaknya 20 orang pemain anyar. Baik melalui metode pinjaman, perekrutan gratis ataupun dibeli dengan harga tinggi.
Mulai dari Marco Andreolli dan Hugo Campagnaro sampai Geoffrey Kondogbia dan Eder Citadin. Itu berarti Inter terus menerus bongkar pasang pemain demi menemukan komposisi terbaik. Sayangnya, manajemen seolah alpa pada unsur penting untuk berkembang menjadi tim tangguh, team development.
Sudah menjadi rahasia umum juga bila team development berkaitan erat dengan prestasi sebuah klub. Sebagai contoh, Anda boleh mengintip skuat Barcelona dalam beberapa musim terakhir ini. Klub asal Catalan ini selalu memboyong pemain anyar kala jendela transfer pemain, musim panas dan musim dingin, dibuka.
Akan tetapi jumlahnya tidak signifikan, pembelian yang mereka lakukan cenderung efektif dan bersifat menutup kekurangan yang ada pada tim semata. Sebut saja nama Neymar, Ivan Rakitic dan Luis Suarez yang dicomot usai kehilangan Alexis Sanchez, Cesc Fabregas dan David Villa.
Pemain hebat seperti Sanchez, Cesc maupun Villa bisa saja pergi namun kekuatan Barca tak sepenuhnya berkurang akibat hal ini. Alasannya sederhana dan jelas, karena pilar sekelas Dani Alves, Sergio Busquets, Andres Iniesta, Javier Mascherano, Gerard Pique dan tentu saja Lionel Messi yang menjadi fondasi tim tetap bercokol di kubu El Barca.
Hal ini tentu berkebalikan dengan Inter, bukan? Pastinya Anda juga masih ingat jika allenatore Roberto Mancini sempat menurunkan starting eleven yang berbeda-beda dalam belasan partai pada musim 2015/2016 ini.
Bersama Samir Handanovic, Icardi merupakan sosok yang tak ada duanya di skuat Inter saat ini. Bila Handanovic menjadi tembok utama di lini belakang, maka Icardi adalah ujung tombak di sektor depan La Beneamata.
Ban kapten yang melingkar di lengan suami Wanda Nara ini juga sebuah bukti betapa sentralnya ia bagi Inter. Saya masih percaya bila Icardi merupakan salah satu pemain yang harus dijadikan fondasi tim, saat ini maupun di masa yang akan datang.
Harus dimengerti bila I Nerazzurri punya masalah pelik di sektor finansial, namun penjualan Icardi bukanlah solusi absolut atas segala kebobrokan yang ada pada kesebelasan ini.
Inter jelas akan memperoleh segepok uang yang cukup dari penjualan sang kapten guna mendatangkan nama-nama anyar sebagai pengganti. Misalnya saja Arkadiusz Milik yang santer dikabarkan menjadi incaran utama Inter bila Icardi dilego. Penampilan Milik bersama Ajax Amsterdam musim ini memang cukup prima, hingga pekan ke-30 Liga Belanda dirinya berhasil menciptakan 18 gol dan 8 asis untuk De Godenzonen.
Tapi wajib disadari juga bahwa dengan melepas Icardi, Inter kudu membangun sebuah “tim baru” lagi. Sebuah tim baru jelas akan membutuhkan proses yang lebih lama lagi untuk bisa berkembang dan tumbuh menjadi kuat. Ayolah, sampai kapan Inter harus menjadikan penjualan pemain sebagai dalih membangun tim agar lebih kompetitif setiap musimnya?
Mari sama-sama berasumsi Milik yang menjadi pengganti Icardi serta didapat dengan harga murah pada musim mendatang. Dengan hengkang ke Serie A, striker asal Polandia ini pun wajib menyesuaikan diri dengan iklim kompetisi di tanah Italia usai terbiasa dengan permainan ala klub-klub Eredivisie.
Satu yang paling tidak pasti dalam hal ini adalah seberapa cepat Milik dapat menyatu dengan suasana di Inter dan Serie A?
Apa jadinya bila Milik lambat tune in? Saya sendiri yakin bahwa masih banyak Interisti yang belum puas dengan penampilan Kondogbia dan Eder yang diboyong dengan harga mahal dari AS Monaco serta Sampdoria di dua bursa transfer lalu.
Apa iya Interisti nggak bakal ngomel-ngomel jika hal itu terulang kembali? Icardi masih bisa tampil menggigit seperti sekarang saja Interisti masih gemar komplain atas penampilannya. Karepmu opo seh?
Interisti harus mengerti bahwa pencapaian Icardi ini dilakukannya pada salah satu periode terburuk klub sepanjang sejarah. Sandro Mazzola dan Diego Milito yang bermain pada era emas Inter saja tak mampu membuat rekor spesial seperti yang diukir striker dengan panggilan Maurito tersebut.
Sudah menjadi tugas manajemen untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub yang begitu amburadul. Namun terus-terusan mengorbankan pemain terbaik dengan nilai jual tinggi yang dipunyai bukanlah sesuatu yang bijaksana.
Inter justru akan semakin kesulitan membangun tim yang kompetitif karena skuatnya selalu berubah setiap musim. Manchester City yang bergelimang fulus dan punya deretan bintang gres saja tak sekalipun menepikan Sergio Aguero, Joe Hart, Vincent Kompany, dan David Silva dari komposisi utamanya.
Kalau sudah begini, apa bedanya Inter dengan Atalanta, Cesena dan Palermo?
Tanpa sokongan gelandang-gelandang kelas wahid saja Icardi masih bisa mengonversi peluang yang dimilikinya dengan cukup apik. Bagaimana jadinya bila Icardi diservis para gelandang kreatif nan handal melepas umpan-umpan lezat semisal Koke, Mesut Ozil atau Hakim Ziyech. Sungguh menggiurkan sekali, bukan?
#ForzaInter
#ForzaMaurito