Pada laga di pekan ke-17 Liga Primer Inggris (3/1), Chelsea nyaris dibantai oleh Manchester City yang sedang dalam kondisi pincang. Bermain di kandang sendiri, jala Edouard Mendy dikoyak Raheem Sterling dan kawan-kawan sebanyak tiga kali. Partai ini sendiri berkesudahan 1-3 untuk sang tamu dan bikin Chelsea yang tengah dalam periode buruk semakin terjerembab.
Bola sepakan Sterling yang menerpa mistar kemudian disambar oleh Kevin De Bruyne merupakan gol ke-12 yang bersarang ke gawang kiper anyar The Blues, Mendy, dalam 13 pertandingan yang sudah dilakoninya pada Liga Primer Inggris musim ini.
Sempat mengawali musim dengan baik kala hanya kebobolan 1 gol dalam 6 pertandingan, kiper asal Senegal ini justru memperlihatkan performa standar yang kemudian membawanya tidak jauh-jauh dari kiper termahal dunia yang telah digusurnya dari singgasana kubu London Biru, Kepa Arrizabalaga.
Membandingkan musim debut Kepa dengan Mendy mungkin berbeda. Mendy hadir pada musim kedua Frank Lampard di Chelsea. Setidaknya, sudah ada sistem yang sudah terbentuk dalam tim tersebut.
Sementara Kepa hadir bersamaan dengan kedatangan Maurizio Sarri ke Chelsea. Artinya, Kepa datang ketika tim sedang berupaya melakukan restart, beralih dari dua sistem yang dimiliki sosok keras kepala, Antonio Conte dan Sarri. Transisi dari skema 3-5-2 ke 4-3-3 pun tak terelakkan.
Lebih lanjut lagi, Kepa datang dari Spanyol, lebih tepatnya lagi dari Basque. Penguasaan bahasa Inggris kiper yang dibesarkan oleh Athletic Bilbao tersebut belumlah baik. Apalagi bek-bek yang ada di depannya juga tidak semuanya memahami bahasa Spanyol.
Hal itu berbeda dengan Mendy yang diuntungkan presensi Kurt Zouma dan Thiago Silva yang bertugas persis di depannya dan mengerti bahasa Prancis.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang menyertai, mari kita bandingkan hal yang setara saja yakni capaian kedua kiper ini pada 13 laga pertama di Liga Primer Inggris bersama Chelsea. Kalau berkaca dari catatan yang satu ini, sejatinya Kepa masih lebih unggul dari Mendy.
Sebagai gambaran, pada 13 laga perdana Kepa, Chelsea memperoleh 8 kemenangan, 4 hasil imbang, dan hanya 1 kekalahan. Adapun Mendy, dalam jumlah laga yang sama ‘cuma’ membukukan 6 kemenangan, 3 kali imbang, dan menderita 4 kekalahan. Ironisnya, semua kekalahan tersebut terjadi pada 6 laga terakhir usai Mendy mengawali kariernya di Stadion Stamford Bridge dengan gemilang.
Dari 13 laga perdana mereka, baik Kepa dan Mendy sama-sama berhasil menorehkan 6 kali cleansheet. Walau demikian, selain hasil akhir yang lebih baik, Kepa lebih patut disorot karena sebenarnya dirinya menghadapi ancaman yang lebih banyak dibandingkan Mendy.
Sebagai gambaran, pada laga menghadapi Crystal Palace, Burnley, dan juga West Ham, Mendy tidak sekalipun menerima shot on target. Artinya, 3 dari 6 cleansheet yang berhasil dibuat sesungguhnya terjadi karena lawan gagal mengancam gawangnya. Kepa sendiri walaupun tidak bagus-bagus amat, selalu membuat setidaknya satu kali penyelamatan pada cleansheet yang terjadi.
Secara total, Kepa kebobolan 11 gol dari 13 laga perdana. Mendy? Satu gol lebih buruk. Belum lagi soal jumlah penyelamatan yang dibuat juga cukup berbeda. Kepa sempat dua kali membuat 6 penyelamatan kala menang dari Southampton dan kalah dari Tottenham Hotspur.
Mendy sendiri paling banyak membuat 4 penyelamatan dan itu terjadi ketika Chelsea kalah dari Arsenal. Dari 13 laga awalnya, Kepa berhasil membuat 31 penyelamatan sedangkan Mendy hanya 23 penyelamatan.
Raihan gemilang lima cleansheet dari 6 laga perdana memang bikin penggemar The Blues agak jemawa dengan kiper barunya. Seolah-olah Mendy telah menjadi solusi dari buruknya penampilan Kepa.
Petr Cech pun mulai dipuji-puji karena kemampuannya mengendus bakat Mendy. Kiper yang dibeli dari Rennes tersebut mulai diangkat namanya sebelum kemudian menjadi korban meme karena ekspresinya pada gol Bukayo Saka.
Persoalan Chelsea sesungguhnya tidak sesederhana mengganti kiper. Betul bahwa performa Kepa sejak akhir musim lalu memburuk, tetapi masalah di lini belakang juga turut memicu hal tersebut—selain persoalan pribadi Kepa sendiri. Kalau tidak bermasalah, untuk apa Chelsea mendatangkan Ben Chilwell dan Silva pada bursa transfer musim panas lalu?
Pada akhirnya, puja-puji yang sempat diterima oleh Mendy di 6 laga pertamanya menjadi kurang bermakna saat bekas kiper Stade Reims tersebut gagal memperlihatkan konsistensinya. Kenyamanan Mendy—dan juga Kepa—kemudian semakin terusik dengan rumor bakal bergabungnya Gianluigi Donnarumma ke London Barat.
Kehadiran penjaga gawang AC Milan yang masih lebih muda dibandingkan kiper cadangan Liverpool, Caoimhin Kelleher, tentu akan membuat Chelsea menjadi tim dengan koleksi kiper tim nasional berbanderol mahal.
Andai benar-benar direkrut, terlebih negosiasi kontrak anyar Donnarumma dengan I Rossoneri masih jalan di tempat, maka harus ada yang segera pergi di antara Mendy dan Kepa.
Hanya ada satu cara bagi Mendy maupun Kepa agar posisinya sebagai salah satu anggota skuad The Blues tidak melayang begitu saja lantaran masuk daftar jual yakni memperbaiki seraya meningkatkan performa dan menemukan konsistensi dalam bermain sehingga mampu memberikan rasa aman.
Pasalnya, dua hal itulah yang dibutuhkan Chelsea dari para penjaga gawangnya. Tanpa dua variabel tersebut, jadi pilihan utama di bawah mistar Stadion Stamford Bridge tak lebih dari sekadar wacana.