Tanggal 11 Juli 2016 akan diingat baik-baik oleh seluruh warga Portugal. Sebab pada tanggal itulah, setelah penantian selama 32 tahun sejak mengikuti Piala Eropa pertama kali pada tahun 1984, akhirnya mereka mampu menjuarai piala Henri Delauney pada keikutsertaan ke-7.
Sebuah piala yang gagal dipersembahkan Eusebio pada era 1960-an dan generasi emas Portugal yang dihuni Luis Figo, Nuno Gomes, dan Paulo Bento pada pertengahan dekade 1990-an sampai pertengahan 2000-an.
Fernando Santos, sebagai pelatih kepala, tentu berjasa besar atas raihan ini sebagaimana seluruh elemen tim juga berjasa mulai dari tim kepelatihan, pemain dan organ-organ penyokong lain seperti kitman serta tim dokter.
Namun, jika harus menunjuk satu nama, tak lain dan tak bukan adalah Cristiano Ronaldo. Adagium yang menyatakan Portugal adalah Ronaldo, dan Ronaldo adalah Portugal rasanya tidak berlebihan bagi pemain yang menyandang ban kapten The European Seleçao sejak 2008.
Bagaimana tidak, Selama fase grup sampai semifinal, Portugal mencetak 7 gol. Cristiano membukukan catatan 3 gol dan 2 asis, artinya 5 dari 7 gol Portugal atau 71 persennya adalah sumbangsih Ronaldo.
Kita tak heran melihat Ronaldo begitu menggebu di pertandingan ini. Pada usianya yang menginjak 31 tahun, barangkali inilah turnamen antarnegara besar terakhir yang ia jalani pada usia prima.
Seorang pemain depan, biasanya memiliki usia prima antara 27-32 tahun. Pemicu semangat lain, perasaan ingin merasa unggul dari Lionel Messi yang sampai kemarin keduanya belum mampu menjuara turnamen bersama tim nasional. Meskipun, secara teknis Messi meraihnya pada Piala Dunia U-20 tahun 2005 dan Olimpiade 2008 di Beijing.
Sehingga, jika Ronaldo berhasil juara bersama tim nasional akan membuat salah satu indikator keunggulannya terhadap Messi bertambah. Kita tahu Cristiano memang sekompetitif itu.
Pertandingan baru berjalan pada menit ke-8, komentator baru saja berganti dari Ibnu Jamil dan Weshley Hutagalung menjadi komentator berbahasa Inggris, saat itulah Ronaldo yang mengontrol bola dengan kaki kanan dan melakukan gerakan untuk mengubah arah bola ditabrak lutut kirinya oleh Dimitri Payet.
Cristiano mengerang, memegangi lutut dengan kedua tangannya. Meski sempat mendapat perawatan dan bermain kembali, ia tak kuasa menahan sakit dan harus ditandu keluar lapangan untuk diganti Ricardo Quaresma pada menit ke-25.
Sang kapten kembali menangis di final Piala Eropa, seperti halnya 12 tahun lalu. Bagi pemain dengan ego sebesar Ronaldo, ia sadar betul bahwa bermain baik sepanjang turnamen tanpa bisa berkontribusi apa-apa pada laga puncak tak berarti apa pun. Terlebih jika menyadari besarnya peran Ronaldo, maka bayang-bayang kembali gagal merebut gelar juara bersama tim nasional pun semakin menghantui.
Berbekal ilmu anatomi dan pengetahuan tentang Orthopedi, melalui mekanisme terjadinya cedera, sesaat setelah kejadian saya menyimpulkan cedera Cristiano terjadi pada Ligamentum Collateral lateral dan atau Ligamentum Collateral Medial, dua dari 4 ligamen yang terdapat pada sendi lutut.
Beberapa jam kemudian, kanal berita daring EuroSport yang berbasis di Italia memberitakan bahwa pemain kelahiran Madeira itu mengalami cedera Ligamen Collateral Medial derajat I.
Sebelum muncul berita resmi tentang cedera itu, publik dihantui rasa cemas sebab cedera lutut bukan perkara sepele. Terutama jika kita melihat bagaimana Owen, Ronaldo, Lucas Leiva, Kurt Zouma dan sederet pemain lain harus absen hampir satu musim ketika terkena cedera lutut.
Ligamen Collateral adalah ligamen yang terdapat pada kedua sisi lutut. Keduanya menjadi penghubung antara tulang paha dan tulang kaki (ada 2 tulang kaki, fibula dan tibia). Pada sisi bagian dalam disebut Ligamen Collateral Medial (LCM) dan pada sisi luar disebut Ligamen Collateral lateral (LCL).
Jika seseorang mendapat hantaman dari sisi luar, maka LCM akan mengalami cedera. Sebaliknya jika terhantam dari sisi dalam, maka LCL yang akan terkena.
Cedera pada ligamen diklasifikasikan menjadi 3 derajat. Derajat 1 terjadi regangan dan memar namun struktur anatomi masih utuh. Cedera seperti ini sering disebut sprain (jangan tertukar dengan strain yang digunakan pada cedera otot). Derajat 2 terjadi robekan sebagian dan derajat 3 putus total.
Pada cedera LCM, penatalaksanaan dibagi menjadi dua fase, fase akut dan fase pemulihan. Pada fase akut penatalaksanaan Rest, Ice, Compress, Elevate (RICE) penting untuk dilakukan agar mengurangi rasa sakit.
Penggunaan crutches, alat penyangga tubuh, diperlukan jika pasien tidak dapat berjalan dengan normal atau terpincang-pincang. Pada fase ini pula, untuk mempertajam diagnosa dibutuhkan dua modalitas pemeriksaan, yaitu X-Ray untuk melihat apakah ada patah tulang di sekitar ligamen dan Magnetic Ressonance Imaging (MRI) untuk melihat kondisi ligamen sehingga kita bisa mengklasifikasikan derajat cedera dengan tepat.
Pada derajat 1 dan 2, terapi bisa dilakukan secara konservatif. Sementara pada derajat 3, dibutuhkan operasi untuk menyambung ligamen.
Tahapan berikutnya setelah fase akut adalah fase pemulihan. Hal pertama yang harus diraih adalah Range of motion (ROM) yang normal, artinya pasien mampu menggerakkan lututnya, baik menekuk atau menegangkan sendi lutut tanpa rasa sakit. Setelah ROM kembali normal dan tak ada rasa sakit, fase berikutnya adalah regain strength.
Pada fase akut dan fase pemulihan ROM, sendi lutut diistirahatkan dari latihan. Nah, alat gerak yang tidak dilatih akan membuat otot menjadi atrofi, atau ukurannya mengecil. Pasien dikatakan normal kekuatannya jika mencapai 90% kekuatan sisi kaki yang tidak cedera. Pada fase pemulihan kekuatan ini, otot yang dilatih terutama adalah otot paha depan, atau Musculus Quadricep Femoris.
Setelah kekuatan pulih, pasien bisa return to training, pada fase ini tinggal keputusan pemain dan pelatih saja apakah yang bersangkutan siap untuk dimainkan, apakah bisa langsung nyetel dengan permainan tim atau harus beradaptasi lagi. Total proses pemulihan ini bervariasi dari 3 minggu sampai 3 bulan pada derajat 1 dan 2 serta 6 minggu sampai 6 bulan pada derajat 3.
Dengan klaim dari EuroSport yang menyatakan Ronaldo hanya menderita cedera LCM derajat 1, kita tentu berharap sang megabintang cepat pulih dan bisa bermain bersama Real Madrid saat mengahadapi Sevilla pada ajang Piala Super Eropa di Trondheim, Norwegia, 9 Agustus 2016 mendatang.
Get well soon and come back stronger King Cristiano! The first of his name, King of Madeira, King of Madrid and Europe, Lord of Football, The Champion of La Decima, La Undecima and Henri Delauney Trophy and The winner of Ballon D’Or!