Naturalisasi: Tentang Ambisi Klub dan Mimpi Federasi

Berita tentang naturalisasi bukanlah hal baru di dalam persepakbolaan Indonesia. Setiap tahunnya selalu ada kabar bahwa akan ada pemain baru yang akan dinaturalisasi atau sudah dinaturalisasi. Entah itu pemain yang punya darah Indonesia maupun pemain asing yang sudah lama menetap di tanah air.

Jack Brown dan Elkan Baggott adalah nama yang menjadi perhatian beberapa hari lalu usai mengikuti pemusatan latihan guna mempersiapkan diri di ajang Piala Dunia U-20. Sama-sama bermain di Inggris dan memiliki darah keturunan Indonesia dari orang tuanya, diharapkan mereka berdua mampu meningkatkan permainan tim nasional Indonesia.

Sesaat berselang, perhatian pemerhati sepakbola Indonesia teralihkan kepada berita beberapa klub Liga 1 yang merekrut pemain asing yang masih belia. Persija memboyong Maike Henrique Irine De Lima dan Thiago Apolina Pereira, Pedro Henrique Bartoli Jardim dan Hugo Guilherme Correa Grillo bergabung dengan Arema FC, dan Madura United yang merekrut striker muda berpostur jangkung, Robert Junior Rodrigues Santos.

Maike dan Pedro sudah pernah dipresentasikan oleh Ketua PSSI Mochammad Iriawan dalam webinar bersama IDN Times. Hal tersebut menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara memainkan para pemain tersebut di kompetisi resmi padahal klub yang bersangkutan tidak memiliki sisa kuota untuk pemain asing. Arema dan Madura United pun membenarkan melalui rilis klub masing-masing bahwa Pedro, Hugo, dan Robert akan menjalani proses naturalisasi.

Masyarakat pun berasumsi bahwa naturalisasi pemain asing belia itu buat mendukung performa tim nasional kala berjibaku di Piala Dunia U-20 tahun 2021. Terlebih, pada ajang tersebut kita berstatus sebagai tuan rumah.

Akan tetapi, pihak PSSI membantah hal tersebut melalui Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri.

“Kedatangan para pemain asing muda dari Brasil ini tidak ada kaitannya dengan PSSI. Itu urusan klub-klub Liga 1. Pemain yang dipanggil timnas Indonesia tentu harus berpaspor Indonesia”, jelasnya di laman resmi federasi.

BACA JUGA:  Pemain Muda dan Pilihan Hidup AS Monaco di Tanah Para Jutawan

Di sisi lain, pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-Yong, mengaku tidak memiliki rencana untuk memperkuat skuadnya melalui proses naturalisasi.

“Mencari pemain naturalisasi yang ada darah Indonesia, untuk perkembangan sepak bola Indonesia memang perlu dan dibutuhkan pemain-pemain tersebut. Kami sedang mencari”, katanya kepada detik.com usai memimpin latihan timnas U-19.

“Namun untuk (naturalisasi pemain Brasil) itu tidak ada sama sekali. Kami mau mencari pemain berdarah Indonesia di luar negeri, supaya sepak bola Indonesia bisa upgrade satu tingkat lagi”, tambahnya.

Naturalisasi pemain asing yang sudah lama berkarier bersama klub Indonesia memang mampu memberikan suntikan kekuatan kepada timnas. Seperti halnya Cristian Gonzales dan Stefano Lilipaly yang mampu menjadi pemain andalan pada masanya.

Namun tim nasional tidak selalu mendapatkan keuntungan yang sama besar dengan klub yang turut andil dalam proses naturalisasi, salah satu contohnya adalah di negara Cina.

Guangzhou Evergrande, salah satu klub top di Negeri Tirai Bambu, menjadi kontroversial karena saat ini memiliki enam pemain naturalisasi yaitu Tyias Browning, Fernandinho, Elkeson, dan Aloisio. Dua sisanya yaitu Ricardo Goulart dan Roberto Siucho sedang dipinjamkan ke klub Cina lain.

Belum lagi masih ada tiga pemain asing yang bermain untuk juara liga di tahun 2019 tersebut yaitu Park Ji-Su, Anderson Talisca, dan mantan pemain Barcelona, Paulinho. Secara keseluruhan, Guangzhou memiliki total sembilan orang pemain kaliber asing, terbanyak di Liga Super Cina.

Dengan adanya naturalisasi, Guangzhou diuntungkan karena memiliki opsi pemain asing lebih banyak karena mampu “mengakali” kuota pemain asing 3+1 yang berlaku di kompetisi naungan AFC pada umumnya.

Timnas Cina juga diuntungkan karena mendapat pemain baru yang berkualitas, walau tidak sebanyak keuntungan yang diperoleh oleh klub. Meskipun sulit untuk membandingkan keduanya karena klub dan timnas merupakan entitas yang berbeda.

BACA JUGA:  Dukungan untuk Harry Maguire

Dari enam pemain naturalisasi yang dimiliki oleh Guangzhou, tim nasional Cina hanya bisa memainkan Elkeson, Aloisio, dan Fernandinho. Tiga pemain sisanya diragukan dapat bermain di timnas Cina karena sudah pernah membela tim nasional negara lain di level senior maupun junior.

Kembali lagi ke Indonesia, apabila kabar naturalisasi terhadap tiga pemain Brasil tersebut terwujud, maka Arema dan Madura United akan mendapatkan keuntungan yang sama dengan Guangzhou.

Akan tetapi, keraguan dalam masyarakat bakal terus hidup. Apakah naturalisasi ini demi kejayaan klub tertentu atau demi bangsa dan negara?

Akhir kata, saya begitu tergerak dengan komentar Fakhri Husaini, mantan pelatih timnas U-16 ketika dimintai pendapat tentang kabar naturalisasi anak-anak Brasil.

“Jika memang PSSI sudah kehilangan rasa percaya dirinya terhadap para pemain lokal, serahkan saja status tuan rumah Piala Dunia U-20 kepada negara lain”.

Komentar
penggemar klub Chelsea FC yang hobi menghabiskan waktu dengan bermain game Football Manager. Bisa diajak bicara melalui akun twitter @mhmdaldirmdhn