Panen Investasi ala Real Madrid

Sejak dulu, Real Madrid adalah klub yang terkenal dengan jargon Los Galacticos alias pengumpul para bintang lapangan hijau. Mereka tak ragu untuk mengucurkan dana masif agar proyek tersebut berjalan. Luis Figo, Zinedine Zidane, Kaka, Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, dan Eden Hazard merupakan realisasi dari proyek ambisius tersebut.

Di awal proyek Los Galacticos itu, Florentino Perez sebagai presiden klub bahkan menjalankan sebuah rezim bertajuk Zidanes y Pavones. Zidanes merujuk kepada para penggawa bintang seperti Zidane yang dicomot dari kesebelasan lain dengan harga tinggi, sementara Pavones mengacu kepada Francisco Pavon yang jebolan La Fabrica (akademi Madrid).

Sayangnya, dalam praktiknya pemain-pemain Pavones gagal bersinar akibat tenggelam oleh nama besar para Zidanes. Tidak bisa dipungkiri sebab kualitas para bintang tersebut hampir dua tingkat di atas lulusan La Fabrica. Alhasil banyak pemain akademi Madrid yang gagal bersaing memutuskan hengkang dari Stadion Santiago Bernabeu demi menyelamatkan kariernya.

Namun seiring waktu, ada yang berubah dengan kebijakan transfer Los Galacticos. Perez sepertinya belajar banyak dari langkah investasi gila-gilaannya selama 15 tahun itu. Jika dahulu Madrid gemar memboyong pemain jadi berharga selangit, akhir-akhir ini mereka cenderung membeli pemain yang usianya lebih muda sebagai investasi masa depan.

Di saat klub lain sedang sibuk menggelontorkan uang guna mencari pemain baru di bursa transfer, Madrid justru tengah memanen hasil investasi mereka beberapa tahun ke belakang. Misalnya saja untuk dua jebolan La Fabrica, Achraf Hakimi dan Oscar Rodriguez yang di musim 2020/2021 ini dilego ke Inter Milan dan Sevilla dengan harga total 65 juta Euro.

Jumlah itu semakin meningkat bila menghitung penjualan James Rodriguez ke Everton yang baru saja terwujud. Bahkan, isi rekening mereka berpotensi menggendut andai Bale, Mariano Diaz, dan Borja Mayoral yang kabarnya tidak masuk rencana Zidane musim ini, sukses dilepas.

Investasi Madrid pun bisa berlanjut karena sejumlah pemain muda yang kesulitan mendapat tempat utama berduyun-duyun dipinjamkan. Sebut saja Dani Ceballos, Brahim Diaz, Takefusa Kubo, Reinier Jesus, sampai Jesus Vallejo. Bila performa mereka bagus, Madrid mengantongi kans untuk melego mereka dengan harga yang pantas di masa datang. Itu pun dengan catatan tenaga mereka tak dapat dioptimalkan di Stadion Santiago Bernabeu.

BACA JUGA:  Lingkungan Kerja dan Sepak Bola

Tatkala potensi uang masuk dari nama-nama di atas terlintas dalam pikiran, akademi La Fabrica juga terus memproduksi pemain-pemain muda berbakat. Perkembangan mereka pun memuaskan karena baru-baru ini tim Juvenil A (U-19) yang dilatih Raul sanggup menjuarai UEFA Youth League (ajang selevel Liga Champions yang diperuntukkan kepada tim-tim junior).

Meski agak di luar kebiasaan, sampai detik ini, Los Galacticos juga belum menggelontorkan dana sepeser pun untuk merekrut pemain baru. Mereka yang masuk mayoritas adalah para pemain pinjaman yang ‘masa studinya’ sudah selesai macam Martin Odegaard, Alvaro Odriozola, dan Sergio Reguilon.

Langkah Madrid tentu bisa dipahami karena membeli pemain baru, apalagi yang harganya fantastis, butuh duit yang tidak sedikit. Di tengah pandemi Corona yang pastinya menggerus sektor finansial, Perez terlihat sangat berhati-hati. Di sisi lain, mereka juga tengah berkonsentrasi menyelesaikan proyek renovasi Stadion Santiago Bernabeu yang menelan biaya tinggi.

Walau demikian, banyak yang meyakini bahwa kekuatan Los Galacticos takkan berkurang. Kecakapan Zidane di balik kemudi adalah kuncinya. Pemain-pemain seperti Odegaard, Odriozola, dan Reguilon, tampaknya bisa dimaksimalkan kalau dipertahankan sebagai anggota skuad musim ini.

Khusus Odegaard yang masih berumur 21 tahun, musim 2020/2021 dapat menjadi momentum untuknya guna mematenkan satu tempat di tubuh tim. Apalagi selama masa peminjaman ke beberapa klub, ia menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, utamanya saat berseragam Real Sociedad kemarin.

Lebih jauh, masih bercokol pula sejumlah penggawa muda yang musim lalu sudah mencuri perhatian seperti Eder Militao, Rodrygo, Federico Valverde, dan Vinicius Junior. Bersanding dengan nama-nama seperti Marcos Asensio, Karim Benzema, Dani Carvajal, Thibout Courtois, Toni Kroos, Luka Modric, dan Sergio Ramos yang sudah matang, Madrid punya amunisi yang lebih dari cukup untuk bersaing.

BACA JUGA:  Lika-Liku Quique Setien di Barcelona

Tidak menutup kemungkinan juga Hazard yang musim lalu banyak berkutat dengan masalah fisik, bakal mengeluarkan segenap kemampuannya dan meletup dengan seragam putih khas Madrid sebagai pembuktian bahwa dirinya bukanlah pembelian gagal.

Investasi ke pemain muda memang hal yang cukup berisiko mengingat banyaknya kasus wonderkid yang gagal memenuhi ekspektasi. Madrid sendiri pernah mengalami hal semacam ini. Namun Perez sadar betul bahwa risiko tersebut harus diambil karena semuanya berkaitan dengan sisi bisnis.

Andai si pemain muda sukses, Madrid untung karena merekrutnya dengan biaya murah. Kalau gagal, setidaknya tetap ada peluang buat menjualnya karena di usianya yang matang, tidak sulit untuk menemukan peminat. Jika ditarik lebih jauh, langkah ini cukup menguntungkan untuk Los Galacticos.

Jese Rodriguez adalah satu dari sekian contoh nyata dari kebiasaan baru Madrid ini. Lulus dari La Fabrica, tenaganya sering diberdayakan saat memperkuat tim utama. Di saat tawaran senilai 25 juta Euro masuk dari Paris Saint-Germain (PSG), Madrid langsung mengangguk setuju.

Bagi PSG, transfer Jese adalah kerugian sebab ia gagal bersinar di Prancis dan selama beberapa musim pamungkas terus dipinjamkan ke tim lain, mulai dari Las Palmas, Stoke City, Real Betis, hingga Sporting Lisbon. Namun untuk Madrid, transfer Jese merupakan keuntungan karena mereka berhasil melepas pemain yang kontribusinya dinilai tak memuaskan lagi.

Perez boleh saja dicaci sebagai presiden yang banyak lagak dan nyeleneh. Namun apa yang diperlihatkannya belakangan ini, dengan berinvestasi kepada pemain muda guna beroleh keuntungan dari segi bisnis ataupun prestasi, menunjukkan bahwa ia sosok yang mau belajar dan punya orientasi ciamik demi memajukan klub. Perez bukan lelaki tamak seperti presiden klub rival dari Catalan itu.

Komentar
Seorang penggemar Real Madrid yang sedang menjalani masa kuliah di Universitas Negeri Surabaya. Dapat dihubungi di akun Twitter @RijalF19.