Permainan Lapangan Kecil (Small Sided Game) Untuk Melatih Kebugaran (Fitness)

Melatih kebugaran (fitness) yang ideal adalah latihan yang terdiri dari aksi-aksi sepakbola dan mengacu ke model permainan (taktik). Dengan pengaturan yang pas, small sided game dapat didaya gunakan untuk melatih peningkatan kebugaran atau daya tahan.

Apa itu kebugaran (fitness)

Banyak yang menyebut kebugaran atau fitness dengan istilah-istilah seperti: stamina, daya tahan, atau fisik. Staminanya luar biasa, fisik kuat, atau daya tahan tinggi merupakan ucapan-ucapan yang sangat umum kita temukan.

Pada praktiknya – mengacu ke teori model aksi milik Raymond Verheijen -, kebugaran tidak lain tidak adalah konsistensi dalam melakukan aksi sepakbola yang berkualitas di sepanjang pertandingan. Yang mana, aksi-aksi berkualitas mengacu kepada prinsip-prinsip dalam model permainan.

Contoh, prinsip utama taktik Manchester City dalam membongkar pertahanan kotak penalti Leicester City adalah menggunakan Gabriel Jesus dan David Silva untuk “memancing” bek lawan menjauh dari area gawang. Merespon aksi Jesus dan Silva, Kevin De Bruyne harus bergerak mendekat ke gawang Leicester untuk mengisi ruang-ruang yang ditinggalkan bek-bek lawan tadi.

Jika ketiganya mampu memraktikan prinsip taktik ini secara konsisten sepanjang 90 menit maka mereka bisa dikatakan mampu menjalankan prinsip taktik dengan baik. Sederhananya, pemain mampu secara konsisten memainkan taktik sepanjang 90 menit karena memiliki tingkat kebugaran (fitness) top markotop.

Melatih kebugaran

Jogging sejauh 10 km dapat meningkatkan VO2max karena jogging sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan aerobik. Bila mengacu ke statistik bahwa seorang gelandang berlari sejauh ± 9-11 km dalam setiap pertandingan maka jogging sejauh 10 km seperti menjustifikasi diri bahwa ia merupakan jenis latihan yang tepat untuk meningkatkan daya tahan.

Benarkah demikian?

Di satu sisi, iya, karena jogging memang dapat meningkatkan kapasitas aerobik. Namun, di sisi lain, hanya berlatih meningkatkan kapasitas aerobik tanpa melatih model permainan (taktik), melatih pengambilan keputusan, dan melatih teknik eksekusi, sejatinya, seorang pemain sedang menyia-nyiakan waktunya.

Aktivitas jogging sangat minim aksi sepakbola. Dalam jogging, seseorang hanya berlari tanpa sekalipun menyentuh bola; melakukan komunikasi taktik dengan rekan setim; dan melakukan aksi-aksi eksplosif.

Apa solusinya? Kembali ke teori model aksi Verheijen, berlatih meningkatkan stamina harus dilakukan dengan melibatkan atau melakukan aksi sepakbola sebanyak mungkin.

Apa dan bagaimana caranya, berikut 3 contoh latihan yang pernah kami praktikan dengan target meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik.

[4(+4)]vs.2 dalam 3 zona

Gambar 1: [4(+4)]vs.2.

Peraturan:

  • Permainan dimulai dari zona tengah. 4 merah kontra 2 biru. Merah diwajibkan memainkan umpan sejumlah tertentu dan biru harus menggagalkannya. Bila biru memotong umpan dan bola masih berada di dalam lapangan, merah lakukan gegenpressing untuk merebutnya.
  • Bila bola keluar lapangan atau merah berhasil menyelesaikan umpan sesuai ketentuan, kedua biru segera berpindah ke zona pinggir disertai 2, 7, 5, dan 11 merah masuk ke masing-masing zona pinggir.
  • Di kedua zona pinggir, 3 merah menghadapi 1 biru. Contoh, 2, 3, dan 7 merah kontra 10 biru. Sama seperti di zona tengah, kedua kubu harus menyelesaikan kewajiban yang sama.
BACA JUGA:  Identitas Inter

Setelah kedua zona tepi menyelesaikan permainan, biru menyelesaikan repetisi pertama. Kemudian, kedua biru kembali ke zona tengah untuk memulai repetisi kedua. Setelah 2 repetisi, dua pemain biru lain menggantikan duo biru pertama. Masing-masing duo biru menyelesaikan 4 repetisi.

Gambar 2: Permainan berpindah ke zona pinggir.

 

Penomoran pemain dalam gambar di atas merupakan contoh penggunaan pemain yang disesuaikan dengan model permainan. Penomoran merah berdasarkan pola dasar 4-3-3 sementara penomoran biru merupakan contoh pressing lini depan menggunakan 2 penyerang dalam pola dasar 4-4-2. Untuk memahami penomoran posisional, Anda dapat membacanya di sini dan di sini.

Pemain biru merupakan pemain dengan intensitas kerja paling tinggi karena latihan memang ditujukan untuk melatih kemampuan pressing dan kemampuan anaerobik biru. Pun demikian, bukan berarti latihan “tidak menyentuh” tim merah. Keharusan untuk melakukan gegenpressing membuat merah bermain dengan intensitas tertentu sambil menjaga penguasaan bola.

Latihan ini:

  • Mengharuskan pemain biru melakukan press intens dan, karenanya, memberikan efek atletik.
  • Melatih biru melakukan pressing dalam situasi kalah jumlah.
  • Melatih menciptakan struktur kolektif yang pas ketika melakukan jebakan pressing; termasuk di dalamnya menggunakan tubuh untuk menutup (cover shadow) jalur umpan.

Sebagai alternatif latihan, pelatih bisa mengubah jumlah pemain yang terlibat. Contoh, setelah permainan di zona pinggir selesai dimainkan, 2 pemain tambahan bagi tim biru diijinkan masuk ke lapangan dan pertandingan dilakukan dalam situasi 8 kontra 4. Kedua tim harus saling berebut penguasaan bola dan menyelesaikan umpan dalam jumlah tertentu.

Gambar 3: 8vs.4

 

9v2 [(3vs.1×2 zona dan 3(+2)vs.2]

Gambar 4: latihan 3vs.1 di zona kecil

 

Permainan dimulai dari dua zona kecil antara 3 merah melawan 1 biru. Pemain merah harus menyelesaikan umpan sesuai ketentuan untuk kemudian memindahkan bola ke zona besar. Karena hanya satu buah bola yang dapat dimainkan di zona besar, para pemain merah dari kedua zona perlu melakukan komunikasi yang tepat sebelum memindahkan bola.

Setelah bola berpindah ke zona besar, kedua biru masuk ke zona besar disertai masing-masing satu merah dari kedua zona kecil berpindah ke zona besar. Permainan pun beralih ke bentuk 5 kontra 2.

Gambar 5: bentuk 5vs.2 di zona besar

 

Bagi biru, target permainan adalah berlatih melakukan pressing intens, berlatih melakukan pressing ke arah belakang (backward pressing), dan melatih kemampuan anaerobik. Selain perpindahan zona pressing, biru juga dihadapkan pada perbedaan dinamik, yaitu dari praktik pressing individual di zona kecil ke pressing kolektif di zona besar.

BACA JUGA:  Milan-Sacchi dan Perbandingannya dengan Barcelona-Guardiola

Backward pressing sendiri merupakan pressing yang dilakukan oleh pemain dari lini depan untuk membantu lini(-lini) di belakangnya dalam memberikan pressing kepada lawan.

Gambar 6: contoh pressing ke arah belakang oleh 9 dan 10 biru kepada 10 kuning.

 

Selain harus terus melakukan press intens, kedua biru di zona besar harus mengawasi semua jalur umpan, harus paham bagaimana menggunakan cover shadow guna memblokir jalur tengah, dan berkoordinasi untuk menciptakan staggering pressing yang pas.

Gambar 7: antisipasi, cover shadow, dan staggering dalam pressing biru.

 

Pemosisian kedua biru merupakan wujud staggering yang disebutkan di atas. Staggering dapat diartikan sebagai pemosisian yang tidak statis yang mana para pemain menyebar di lebih dari 1 lokasi atau lini guna memblokir sebanyak mungkin akses lawan.

Seperti yang terlihat dalam gambar:

  • Tujuh biru menggunakan cover shadow (segitiga gelap) untuk memblokir akses ke tengah dan 11 biru memberikan perlindungan di sisi buta (blind side) 7 biru.
  • Pemosisian 7 dan 11 biru menjaga ketiga jalur umpan yang mungkin diakses oleh merah.
  • Biru melatih kemahiran pressing sementara merah berlatih permainan posisional, ketenangan, kemampuan meramu informasi, dan akurasi umpan di dalam ruang sesak.

Catatan:

  • Kunci utama pelatihan anaerobik bagi biru adalah intensitas yang didapatkan dari kecepatan permainan. Pastikan pemain merah memainkan bola dengan cepat dan berkelanjutan.
  • Pembatasan sentuhan bola dapat memicu naiknya tempo permainan. Bila memungkinkan, batasi hanya 1 sentuhan. Bila terlalu berat, naikkan jumlah sentuhan yang boleh dilakukan.

Durasi per set dan pemulihan bergantung kepada keberhasilan masing-masing kubu dalam menyelesaikan tugasnya.

Tabel 1: pelatihan anaerobik tim biru

 

(7vs.6)+1 dalam 3 zona horizontal

Gambar 8: (7vs.6)+1 lapangan heksagonal.

 

Peraturan:

  • Kedua tim harus mensirkulasi bola melalui ketiga zona untuk mencetak gol.
  • Tim menyerang mensirkulasi bola berdasarkan pola 1-2-1-2-2. Tim bertahan melakukan pressing berdasarkan bentuk 4-2/2-2-2.
  • Sebagai bentuk alternatif, tim menyerang dapat menggunakan bentuk dasar lain, seperti 3-1-2-1 menghadapi pressing 1-3-2 tim bertahan.
  • (Merah) hanya boleh melakukan tembakan dari zona tembak (timur) setelah pemain di zona tembak menerima bola dan melepaskan umpan kepada merah dari zona tengah yang masuk ke zona tembak.
  • Pemain tim menyerang boleh bergerak lintas zona tetapi harus menyisakan minimal 1 pemain di setiap zona. Khusus untuk tim yang sedang bertahan di area gawang, hanya perlu meninggalkan 1 pemain di zona tengah atau zona tembak.
  • Pemain bebas beraksi dengan bola (tanpa pembatasan jumlah sentuhan bola) dengan syarat sirkulasi serangan melewati setiap zona.

Kuning merupakan bagian dari tim yang menguasai bola. Ia tidak boleh melakukan tembakan atau masuk ke zona tembak. Ia boleh ikut bertahan di zona kiper.

Tabel 2: pelatihan aerobik

 

Ukuran lapangan, jumlah pemain, dan peraturan membuat latihan ke-3 lebih banyak menyentuh kemampuan aerobik. Walaupun, tentu saja, dalam bentuk latihan ini pun pemain juga melatih kemampuan anaerobik.

Komentar