Nabi Muhammad SAW suatu hari pernah bersabda bahwa perjuangan paling berat adalah perjuangan melawan diri sendiri. Hal serupa tapi tak persis sama juga pernah disebut oleh Soekarno berabad-abad kemudian.
Soekarno kala itu berkata bahwa setelah Indonesia merdeka, perjuangan yang harus dilakukan adalah perjuangan melawan sesama bangsa Indonesia dan hal itu jauh lebih berat dibanding ketika bangsa Indonesia memiliki musuh bersama: Belanda.
Bulan Ramadan adalah bulan di mana umat Islam diperintahkan untuk menjalankan puasa. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, puasa di sini tak sebatas menahan lapar dan dahaga saja, melainkan juga hawa nafsu. Belajar menahan hawa nafsu inilah yang menjadi tujuan utama dari berpuasa di bulan Ramadan.
Umat Islam diperintahkan untuk menempa diri mereka agar menjadi pribadi yang lebih baik pada bulan-bulan berikutnya. Kembali kepada sabda Nabi Muhammad SAW, berpuasa pada bulan Ramadan ini merupakan salah satu cara untuk memenangi perjuangan melawan diri sendiri.
Berpuasa ini tak ubahnya latihan drill dalam sepak bola di mana pembiasaan menjadi kata kunci. Malcolm Gladwell, dalam bukunya, Outlier, menyebutkan bahwa seorang ahli (dalam bidang apa pun) membutuhkan waktu 10.000 jam untuk menguasai keahlian tersebut. Tak terkecuali dalam sepak bola.
Dalam artikel ini, Jon Townsend menuliskan bahwa dalam sepak bola, 10.000 jam latihan tentu tak cukup untuk menjadi seorang pesepak bola kelas dunia. Alih-alih 10.000 jam, Townsend, berdasarkan pengalamannya menyaksikan anak-anak Belanda berlatih sepak bola, menyebut bahwa dalam sepak bola, 10.000 sentuhan (terhadap bola) dalam seharilah yang dibutuhkan.
Tentu 10.000 sentuhan dalam sehari tak menjamin seseorang mampu menjadi pesepak bola top dunia. Ada banyak sekali faktor yang menentukan apakah seseorang bisa menjadi pemain kelas dunia, seperti faktor lingkungan atau malah faktor keberuntungan. Namun, 10.000 sentuhan dalam sehari ini, meminjam kata-kata Townsend, adalah sebuah investasi di mana secara logis saja, semakin banyak kita belajar, semakin banyak kita tahu.
Poinnya adalah, semua angka atau metode itu bisa berbeda-beda tergantung keahlian apa yang ingin kita kuasai, akan tetapi apa pun itu, drill adalah syarat mutlak yang harus dilakukan. Tentu kita semua ingat bagaimana detik-detik menghadapi ujian akhir sekolah di mana hampir setiap hari kita mengerjakan berbagai latihan soal.
Cara tersebut tampaknya bakal sia-sia apabila kita mengingat bahwa soal yang keluar di ujian asli jauh berbeda dengan soal yang kita kerjakan saat latihan, namun bukan itu intinya. Latihan mengerjakan soal merupakan latihan kita dalam menyikapi situasi-situasi yang mungkin kita hadapi saat ujian sebenarnya tiba.
Puasa Ramadan pun demikian. Setiap hari, selama 30 hari penuh, kita berpuasa menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu supaya kita terbiasa untuk melakukan itu.
Tujuan akhirnya bukan agar kita bisa makan, minum, atau misuh sepuasnya ketika Idul Fitri tiba, melainkan agar selama setahun penuh ke depan, atau bahkan sepanjang hidup, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan ini dilakukan secara gradual, mengingat Ramadan hadir tiap tahun.
Akhir kata, kami dari Football Fandom Indonesia, berharap agar teman-teman yang menjalankan ibadah puasa Ramadan kali ini dapat menjalankannya dengan lancar dan tanpa hambatan berarti.
Selain itu, kami juga berharap agar teman-teman juga mampu menjadikan puasa Ramadan sebagai latihan drill yang dibutuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik seterusnya.
Salam!