Jika ditarik beberapa tahun ke belakang, Manchester United tidak pernah luput dari pemberitaan media mengenai pendekatan terhadap pemain berposisi sayap kanan.
Pada bursa transfer musim panas kemarin saja, saya mencatat ada belasan pemain yang dirumorkan siap dipinang The Red Devils. Sosok terpanas tentu saja pesepakbola Inggris yang saat ini masih terikat kontrak dengan Borussia Dortmund, Jadon Sancho.
Pada akhirnya, Sancho memang gagal didaratkan di Stadion Old Trafford karena tak kunjung menemui kata sepakat perihal nominal penebusan. Keadaan itu pula yang akhirnya bikin United mengalihkan perhatian kepada Facundo Pellistri. Pesepakbola asal Uruguay tersebut didatangkan via mahar 10 juta Euro dari Penarol.
Berselang sekitar enam bulan kemudian, The Red Devils meresmikan kedatangan Amad Diallo dari Atalanta. Pemain asal Pantai Gading ini dicomot dengan harga sekitar 25 juta Euro (bisa melonjak sampai 40 juta Euro tergantung kesepakatan dalam klausul tebus).
Visi manajemen United jelas, mereka ingin memperkokoh salah satu pos yang selama ini dianggap titik lemah tim. Namun usia keduanya yang masih muda dan minim pengalaman beraksi di kompetisi level teratas, bikin fans meragukan mereka bisa langsung melejit dan menjadi jawaban kilat atas kebutuhan Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih.
Skuad yang lengkap dan tak memiliki celah memang dambaan seluruh juru taktik. Selama ini sendiri, Ole gemar memainkan skema 4-2-3-1 atau 4-3-3 kala bertanding. Ia pernah mengaku bahwa timnya butuh keseimbangan, utamanya dalam fase menyerang. Beberapa waktu lalu, Ole pernah mengisyaratkan kebutuhannya akan seorang sayap kanan.
“Anda butuh keseimbangan dalam tim. Dan sisi sayap kanan memang jadi salah satu masalah kami saat ini”, terang Ole seperti dilansir The Daily Star.
Gambar pola serangan United musim ini via WhoScored.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bagaimana pola serangan sepanjang musim ini yang didominasi dari sektor sayap kiri. Masalahnya, ketika area tersebut berhasil dimatikan tim lawan, United sering keteteran dan sulit lepas dari tekanan.
Kian jadi problem andai Bruno Fernandes yang jadi otak serangan ikut dikekang penggawa musuh. Kans The Red Devils meraup angka dalam suatu pertandingan pun merosot drastis.
Ole sendiri beberapa kali melakukan eksperimen guna memperkuat area sayap kanan tim asuhannya. Caranya tentu saja menggunakan pemain-pemain yang tersedia. Pada musim lalu, ia mencoba enam pemain berbeda buat mengisi pos tersebut. Sementara di musim ini, ada empat pemain yang sudah dicoba.
Data per Desember 2020
Dari daftar di atas, hanya Tahith Chong saja yang berposisi sebagai pemain sayap kanan. Sisanya merupakan hasil uji coba Ole yang ingin sektor kanan penyerangan timnya semakin baik. Namun manajemen United sudah memutuskan untuk meminjamkan Chong ke tim asal Jerman, Werder Bremen, sepanjang musim 2020/2021, sehingga mereka tak punya sayap kanan murni.
Dua musim ke belakang, Ole juga memperlihatkan ketergantungannya kepada Mason Greenwood untuk bermain di posisi sayap kanan dengan memainkannya lebih sering daripada nama lainnya.
Kebutuhan United akan sayap kanan membuat pelatih tim U-23, Neil Wood, juga menerapkan eksperimen serupa dengan Ole. Harapannya, ada pemain akademi yang dapat dipromosikan ke tim utama guna menambal lubang tersebut.
Data per Desember 2020
Uniknya, sejauh ini Wood sudah merotasi tujuh pemain buat mengisi pos sayap kanan di tim U-23. Bicara intensitas dan kesempatan, ada tiga sosok yang sering dimainkan oleh Wood yakni Pellistri, Arnau Puigmal, dan Shola Shoritere. Namun persoalan bermain di tim utama jelas tak sesederhana itu. Ole pasti mengevaluasi terlebih dahulu kemampuan para pemain dari tim U-23.
Dari data-data di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa The Red Devils punya problem serius di sisi kanan lini ofensifnya. Mau tidak mau, kudu dilakukan pembenahan di sektor ini guna menyeimbangkan alur serangan tim. Jawaban dari pencarian itu bisa diberikan oleh Pellistri, Diallo, Sancho atau bahkan nama lainnya.