Sepak Terjang PSIS di Kancah Internasional

Berdiri sejak tahun 1932, telah banyak kompetisi yang diikuti tim asal Semarang, PSIS, sedari era 1930-an hingga sekarang.

Klub berjuluk Laskar Mahesa Jenar ini pernah merasakan nikmatnya menjadi kampiun di liga teratas sepakbola Indonesia, baik pada era Perserikatan maupun Liga Indonesia.

Uniknya, mereka juga tercatat pernah beberapa kali meratapi pahitnya degradasi dari divisi tertinggi.

Dari sekian cerita tentang PSIS, barangkali kiprah mereka di ajang internasional jusru kurang diketahui banyak orang. Padahal, Laskar Mahesa Jenar sempat berpartisipasi di sejumlah kejuaraan.

Berikut ini tiga kompetisi internasional yang pernah diikuti klub dengan warna kebesaran biru tersebut.

Dua di antaranya tidak termasuk turnamen mayor, tetapi saat itu merupakan ajang bergengsi di kawasan Asia Tenggara dan benua Asia.

Kings Cup 1981

PSIS mengikuti turnamen internasional yang berlangsung di Thailand ini sebagai wakil dari PSSI setelah menjuarai Invitasi Antar Perserikatan U-23 1981 (era sekarang mungkin setara dengan Piala Presiden atau Inter Island Cup) sekitar bulan Oktober 1981.

PSIS yang dilatih Sartono Anwar membawa pemain terbaiknya saat itu seperti Kasiyadi, Surajab, Djoko Yogianto, dan Djudjuk Arief Basuki.

Sebagai wakil PSSI, Laskar Mahesa Jenar tidak menggunakan kostum biru kebesarannya. Kala itu mereka mengenakan kostum merah putih seperti halnya tim nasional Indonesia.

Menurut data RSSSF, dalam turnamen ini PSIS hanya meraih satu poin dari empat kali bertanding. Satu-satunya angka tersebut didapat setelah mereka bermain imbang tanpa gol melawan Pakistan.

Dalam laga lainnya, PSIS menelan empat kekalahan dari Cina yang diwakili klub 1st August (2-4), Singapura (0-2), dan Thailand (0-2).

Satu pertandingan terakhir melawan Malaysia tidak jadi dilaksanakan karena hujan deras mengguyur Phetchaburi, kota tempat dilaksanakannya pertandingan. Hasil itu membuat PSIS berada di posisi kelima Grup 1.

Piala Sultan Hassanal Bolkiah 1987

PSIS sukses menjuarai Divisi Utama Perserikatan 1987 setelah mengalahkan Persebaya 1-0 dalam pertandingan final di Stadion Utama Senayan (kini Gelora Bung Karno).

Sebagai juara Perserikatan, klub yang dicintai Panser Biru dan SNEX ini berhak mewakili PSSI dalam turnamen internasional Piala Sultan Hassanal Bolkiah yang diselenggarakan bulan Juli 1987.

Laskar Mahesa Jenar berangkat ke Brunei Darussalam dengan membawa beban Indonesia sebagai juara bertahan setelah Persib menjuarai turnamen ini tahun sebelumnya.

Tim ini berangkat dengan skuad yang sama persis saat mereka menjuarai Perserikatan empat bulan sebelumnya termasuk enam pemain yang sedang mengikuti Pelatihan Nasional (Pelatnas) timnas South East Asian (SEA) Games 1987.

Hasilnya, PSIS menjadi runner up setelah takluk atas Johor Malaysia dengan skor telak 1-4. Inilah pencapaian terbaik tim di level internasional.

Meski berstastus juara Perserikatan dengan materi The Dream Team, banyak pengamat dan pencinta bola Semarang yang ragu atas performa PSIS di Brunei.

Hal ini karena mereka mengalami banyak hasil buruk di berbagai turnamen invitasi. Seperti di ajang Piala Surabaya yang mana mereka tersingkir pada fase grup tanpa meraih poin dan tidak mampu mencetak satu gol pun!

Sebelum terbang ke Brunei Darussalam, PSIS sempat mengikuti turnamen persahabatan di Stadion Siliwangi Bandung pada tanggal 13-14 Juli 1987 dengan hasil lumayan, menjadi runner up setelah kalah dari tim Hallelujah (Korea Selatan) dengan skor 0-3.

Dalam turnamen Piala Sultan Hassanal Bolkiah itu sendiri, PSIS mengawalinya dengan hasil memalukan yakni kalah 1-6 dari Johor Malaysia.

Padahal PSIS diperkuat enam pemain timnas termasuk Ribut Waidi dan Budi Wahyono. Laskar Mahesa Jenar berhasil melaju ke semifinal setelah di pertandingan kedua menaklukan Filipina via kedudukan akhir 2-0.

Pada babak semifinal, mereka menang 1-0 atas tim Singapura B sebelum akhirnya kembali berjumpa lagi dengan Johor Malaysia di final dan keok.

Piala Champions Asia 1999/2000

PSIS yang berstatus juara Liga Indonesia 1998/1999 berhak tampil di ajang Piala Champions Asia 1999/2000 untuk pertama dan terakhir kalinya hingga saat ini.

PSIS langsung bertemu raksasa Korea Selatan, Suwon Samsung Bluewings pada putaran pertama. Perjuangan PSIS untuk bisa tampil di kompetisi tidak mudah.

Sempat terjadi tarik ulur antara jadi atau tidaknya PSIS mengikuti Piala Champions Asia karena persoalan dana.

Setelah problem itu terselesaikan, Laskar Mahesa Jenar terkendala kontrak pemain khususnya negosiasi dengan penggawa pinjaman.

Tim besutan Eddy Paryono akhirnya hanya menggunakan sekitar 17 pemain selama tampil di Asia yang terdiri dari sebagian skuad yang memenangkan Liga Indonesia 1998/1999 dan enam pemain pinjaman (Kuncoro, Khair Rifo, Gendut Doni, Alexander Pulalo, Musa Kallon dan Listyanto Raharjo).

Pertandingan leg pertama Piala Champions Asia melawan Suwon berlangsung di Stadion Jatidiri pada 15 Agustus 1999.

PSIS yang tidak diperkuat I Komang Putra, Agung Setyabudi, dan Ali Sunan karena masih membela timnas di SEA Games 1999 takluk 2-3. Dua gol PSIS kala itu dibukukan oleh Tugiyo dan Ebanda Timothee.

Pada leg kedua yang berlangsung 1 September 1999 di Stadion Suwon, Laskar Mahesa Jenar yang tampil full team kembali dihajar sang lawan. Kali ini dengan skor lebih mencolok 6-2. Dua gol PSIS dalam pertandingan ini dicetak Simon Atangana dan Tugiyo.

Hasil-hasil tersebut bikin PSIS kalah agregat 9-4 dan langsung tersingkir dari Piala Champions Asia.

Kendati demikian, penampilan PSIS dinilai sedikit lebih baik dibanding PSM yang dua musim sebelumnya dilahap 12-0 oleh lawan yang sama.

Komentar

This website uses cookies.