Surat untuk Idolaku, Jack Wilshere

Dear Jack,

Selamat, ya! Sekali lagi, dengan tampil di luar Arsenal, ada pemain yang kariernya justru kembali subur merekah. Kami harus berbesar hati melihatmu bermain reguler dan tampil ciamik justru saat berbaju klub pesisir, Bournemouth.

Aku rasa, setelah semua yang kamu dapatkan di Arsenal, peminjaman ke pesisir selatan Inggris menjadi hal yang progresif untuk kariermu. Tapi, menyedihkan bagiku pribadi.

Sudah bertahun-tahun aku terbiasa melihat beberapa pemain silih berganti pergi dari London Colney. Aku merutuki mereka.

Bahkan beberapa, kusimpan dendam yang cukup dalam untuk dikenang. Agar suatu saat, ketika mereka berada di titik rendah kariernya, aku bisa mengoloknya sepuasku. Tapi kamu, Jack, selalu jadi cinta pertama yang sulit dihapus jejak manisnya.

Aku mengidolaimu seperti aku mengidolai Arsenal. Bagiku, kalian pas dipandang, tapi mungkin, tidak untuk bersama selamanya, seperti mimpimu saat pertama kali menginjakkan kaki di Hale End dulu.

Itulah kenapa, perlahan, aku mulai menerima nasib bahwa kamu mungkin akan pergi sepenuhnya dari tim ini beberapa bulan ke depan.

Ketika aku mulai menggilai klub London berbaju merah dan berlogo meriam itu, bukan namamu yang kupuja pertama. Bukan namamu yang aku hafal pertama kali. Aku justru mengidolai bocah Catalan keparat yang sialnya, kini berseragam biru London Barat.

Aku ingat jelas bandana yang ia pakai di rambutnya saat bermain pertama kali bersanding dengan Patrick Vieira. Aku ingat nomor punggung pertamanya, 15, nomor yang ia tanggalkan persis saat Vieira, kapten yang garang itu, pergi dari London.

Tapi kamu, Jack, seperti kubilang di atas, adalah cinta pertama yang sulit luntur. Kamu bukan seperti bocah Catalan yang menggilai trofi seperti seorang pria menggilai kekasihnya.

Aku ingat keputusanmu saat menolak memiliki agen, karena kamu bilang saat itu, meninggalkan Arsenal tidak pernah jadi opsi masa depanmu. Aku ingat permainan fantastismu saat kita bersorak-sorai di kemenangan melawan Barcelona saat itu.

Itu memori yang, walau tak menghasilkan gelar, selalu menjadi titik monumental yang membekas di benak. Itu saat pertama di mana aku yakin, kamu akan menjadi tulang punggung pelatih kawakan Prancis itu untuk membangun timnya.

Pun saat kapten kita, si bocah Catalan itu pergi dari London, aku menyimpan harap kelak kamu akan menyandang ban kapten itu, dan membuat kakek tua dari Strasbourg itu membangun tim di sekelilingmu, persis seperti yang ia lakukan untuk si bocah dari Catalan.

Tapi, Jack, kita sama-sama tahu akan seperti apa proyeksi kariermu setelahnya.

Ketahuilah, kamu adalah satu-satunya pemain setelah era Robert Pires dan Dennis Bergkamp, dan sebelum kedatangan Mesut Ozil, yang aku gemari tanpa alasan yang logis.

Mungkin, aku menggilaimu karena DNA di tubuhmu mengalir gen Arsenal. Aku begitu menikmati momen-momen di mana dua kali kamu mengolok tetangga kita di utara sebagai sampah peradaban yang busuk.

Kamu membuatku, juga kami para Gooner (mungkin), merasakan sense of belonging yang erat dengan Arsenal. Kamu menularkan rivalitas dengan klub medioker tetangga kita dengan cara yang menggebu. Kamu menggiring, mengumpan, dan berlari menyongsong bola dengan cara yang sangat Arsenal.

Aku ingat golmu ke gawang Norwich City itu. Hanya butuh Olivier Giroud semata untuk kamu gunakan sebagai sarana mencetak gol seksi yang aduhai amboi betul itu ke gawang John Ruddy. Dan, Jack, kamu tahu, aku bisa mengulang video itu ratusan kali tanpa merasa bosan.

Perlahan tapi pasti, kakek tua itu mulai membiasakanku hidup tanpamu. Kedatangan pemuda Swiss berharga 35 juta poundsterling, dikembangkannya satpam ganas dari Prancis di lini tengah, sampai dibiasakannya si brewok dari Wales bermain sedikit ke depan, membuat aku paham, mungkin, ia tengah mempersiapkan skema main tanpa keterlibatanmu di tim.

Aku tahu penyihir mungil dari Iberia kami tengah cedera panjang, dan andai boleh jujur, posisinya adalah tempat yang sangat cocok dengan gaya bermainmu.

Kamu adalah Xabi Alonso bagiku. Persetan dengan Pep botak yang bilang bahwa pemain dengan tipemu ada ratusan di Spanyol, tapi bagiku, kamu komponen tepat yang mungkin Arsenal perlukan di lini tengah.

Tapi Jack, kami di Arsenal mulai dibiasakan untuk abai denganmu. Aku beberapa kali mengikuti pertandinganmu di Bournemouth. Aku sadar, pria muda Inggris yang melatihmu itu, tahu bagaimana cara memanfaatkan kemampuanmu.

Dan seperti cinta, Jack, ia akan tumbuh di tempat ia bisa tumbuh. Sebenarnya Jack, aku menyadari satu hal sederhana, andai klub pesisir itu mau menuruti bujet gaji mereka untuk menyesuaikan dengan wage demand yang kamu mau, kamu hanya setengah langkah lagi untuk pergi selamanya dari Colney.

Dear Jack,

Aku tahu fibulamu sudah beberapa kali naik meja operasi. Aku tahu lututmu mungkin tak sekekar dan sekokoh kapten timnas Portugal itu. Meja operasi menjadi tempat akrab bagimu. Menu latihan dan intensitas pendekatan permainan dari lawan yang kamu terima di Arsenal, tentu berbeda dengan yang kamu terima di Bournemouth.

Semua itu membuatku sadar satu hal bahwa Arsenal, tidak pernah mempersiapkan tempat terbaik untukmu. Tepat saat fibulamu kembali patah awal musim ini, aku sadar, kariermu mungkin memang tidak terlahir untuk berkembang di Arsenal.

Mungkin London adalah tempatmu untuk mekar, tapi mungkin juga, tempatmu untuk berkembang dan bersinar bukan di Arsenal.

Untuk seorang penggemar yang memakaimu sebagai second striker di game Pro Evolution Soccer dan memberimu jabatan kapten tiap kali memakai Arsenal di Football Manager, merelakanmu pergi itu seperti percaya pada pepatah tolol bahwa membiarkan kekasih berlalu ke pelukan pria lain yang lebih membuatnya bahagia dan berkembang adalah keputusan terbaik.

Menutup surat ini, aku ingat kutipan Neruda yang dulu begitu digemari para pemuda seumuranku. Dear Jack, love is short, forgetting is so long. Kami para Gooner akan bahagia, aku mungkin juga akan bahagia, dan kamu, Jack, mungkin juga akan bahagia di sisa musim ini bersama Eddie Howe dan Bournemouth.

Aku sadar dengan jelas, pria muda dari pesisir itu menjadikanmu sentral permainan timnya. Ia memberimu porsi ideal yang kakek tua idola kami itu tidak pernah rutin ia berikan di Arsenal.

Selamat ulang tahun, Jack Wilshere. Future England captain. Overrated is your middle name, but, who cares anyway!

#COYG

 

Komentar

This website uses cookies.