Tragedi Munchen

[vc_row][vc_column][thb_gap height=”20″][vc_column_text]

Tragedi Munchen 1958: The Flowers of Manchester

[/vc_column_text][thb_gap height=”40″][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column width=”1/3″][thb_image full_width=”true” image=”5723″][thb_gap height=”20″][vc_column_text]Oleh: Sirajudin Hasbi[/vc_column_text][thb_gap height=”40″][/vc_column][vc_column width=”2/3″][vc_toggle title=”Tragedi Munchen 1958: The Flowers of Manchester” el_id=”1461517571652-7656965f-9607″]

Sebuah kecelakaan bisa menyebabkan luka yang mendalam untuk korbannya. Luka yang tidak sembuh dalam waktu singkat. Namun, juga mengajari untuk bisa bangkit dan menempa diri menjadi lebih kuat dan hebat dari sebelumnya. Itulah yang terjadi pada klub sebesar Manchester United.

Kecelakaan pesawat terbang yang diingat sebagai Tragedi Munchen (Munich air disaster, red.) ini telah memberi pelajaran berharga bagi klub beserta segenap orang di dalamnya, baik pelatih, pemain, manajemen, maupun suporter. Pelajaran untuk merasakan yang namanya kehilangan dan bangkit dari keterpurukan. Juga untuk membangun diri kembali lebih baik dari sebelumnya.

Tragedi Munchen terjadi di bandar udara Munich-Riem, Munchen, Jerman pada tanggal 6 Februari 1958. Kecelakaan bermula ketika United baru saja mengghadapi Red Star Belgrade di ajang European Cup (sekarang Liga Champions, red.). Hasil imbang 3-3 memastikan Setan Merah melaju ke semifinal. Pencapaian yang sangat mengesankan dan semakin mendekatkan langkah untuk meraih kejayaan Eropa pertama.

Menumpang pesawat carter, British European Airways penerbangan 609, rombongan lalu transit di Munchen untuk mengisi bahan bakar kapal terbang. Hal tersebut dilakukan karena pesawat sekelas Airspeed Ambassador yang ditumpangi tidak bisa menempuh perjalanan langsung dari Beograd ke Manchester.

Setelah mengisi bahan bakar, pilot pesawat, kapten James Thain dan co-pilot Kenneth Rayment mencoba lepas landas maksimal dua kali. Tetapi dalam dua kesempatan itu gagal lantaran ada gangguan di mesin. Oleh otoritas bandara Munich-Reim, pesawat disarankan untuk menginap. Saran tersebut ditolak oleh kapten Thain dengan alasan dia akan terlambat dari jadwal yang sudah ditentukan.

Akhirnya dilakukanlah upaya lepas landas untuk ketiga kalinya. Ketika akan mulai lepas landas, salju mulai turun. Hal ini menyebabkan lapisan lumpur di ujung landasan. Saat pesawat menyentuh lumpur, pesawat kehilangan kecepatan sehingga tidak bisa mencapai syarat minimal kecepatan untuk bisa take-off.

Pesawat nahas itu pun kemudian menabrak pagar dan melewati ujung landasan, sebelum akhirnya sayap pesawat membentur rumah terdekat hingga sayapnya rusak. Hantaman keras tersebut menyebabkan pesawat mengalami rusak parah yang juga mengakibatkan penumpang di dalamnya mengalami cedera.

Kondisi pesawat yang rusak parah dan keadaan di sekitar lokasi kejadian menyebabkan pertolongan terhambat. Penumpang yang akan menyelamatkan diri pun kesulitan untuk keluar. Pesawat pun dikhawatirkan akan segera meledak. Kapten Thain lantas menginstruksikan pada penumpang selamat untuk segera menjauh dari bangkai pesawat tersebut.

Korban kecelakaan yang meninggal di tempat kejadian berjumlah 20 orang. Kemudian tiga orang korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Rechts der Isar di Munchen pun tak tertolong sehingga hanya 21 orang dari 44 penumpang yang selamat. Delapan dari 23 korban meninggal merupakan pemain Setan Merah.

[/vc_toggle][vc_toggle title=”Harry Gregg, Pahlawan Tragedi Munchen” el_id=”1461517625677-872288d9-3413″]

Ada cerita kepahlawanan yang sangat mengagumkan dalam tragedi tersebut. Harry Gregg, yang selamat dengan menendang jendela untuk jalan keluar dan hanya mengalami luka di hidungnya kembali ke bangkai pesawat untuk membantu korban yang selamat dari reruntuhan pesawat. Padahal saat itu sudah ada himbauan untuk segera menjauh guna menyelamatkan diri jika sewaktu-waktu pesawat meledak.

Sosok pertama yang ditemukan oleh Gregg adalah Bert Whalley, salah satu staf pelatih Setan Merah yang sudah terbujur kaku dan telah menghembuskan nafas terakhirnya. Bobby Charlton dan Dennis Viollet yang tergeletak tidak jauh dari mayat Whalley dan masih bernafas dengan sekuat tenaga ditariknya dengan tali pinggang keduanya.

“Aku mencoba untuk menemukan temanku, Blanchy (Jackie Blanchflower) ternyata dia masih hidup namun kondisinya sangat parah, lengannya nyaris putus, di sebelahnya tergeletak kapten tim Roger Byrne sudah tak bernyawa. Saat aku berteriak minta tolong, saat itulah Charlton dan Viollet tiba-tiba berdiri di sampingku. Matt Busby aku temukan terbaring di luar pesawat dengan kaki terluka parah,” kenang Harry Gregg, seperti dikutip dari situsweb resmi klub manutd.com.

Selain anggota tim, Gregg juga menyelamatkan Vera Lukic dan bayi perempuannya Venona. Berkat keberaniannya, Harry Gregg disebut sebagai Hero of Munich. Julukan yang tetap saja tidak bisa menghapus kesedihannya karena ditinggal oleh banyak rekan yang dikasihinya.

Sementara penyelidikan terhadap kecelakaan yang dilakukan oleh otoritas bandara Jerman Barat pada awalnya menyalahkan kapten Thain yang dianggap gagal untuk menghilangkan es yang membeku pada sayap pesawat yang dianggap sebagai penyebab kecelakaan meskipun pernyataan yang bertentangan muncul dari para saksi mata.

Keputusan itu kemudian dianulir dan menyatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah kubangan lumpur campur salju di landasan pacu yang mengakibatkan pesawat yang tidak mampu mencapai kecepatan minimum untuk lepa landas. Thain sendiri kemudian diketahui menghilang pada tahun 1968, sepuluh tahun setelah kejadian.

[/vc_toggle][vc_toggle title=”Korban Tragedi Munchen” el_id=”1461517269085-a2c4690b-8702″]Kru Pesawat

  1. Kapten Kenneth “Ken” Rayment, co-pilot. Selamat dari kecelakaan tetapi mengalami cedera parah hingga akhirnya meninggal tiga minggu setelah dirawat di rumah sakit setelah mengalami gegar otak.
  2. Tom Cable, pramugara.

Pemain Manchester United

  1. Roger Byrne. Kapten tim berusia 28 tahun yang mengisi posisi bek kiri. Selama karirnya sudah memiliki 33 caps bersama timnas Inggris.
  2. Geoff Bent. Bek kiri ini berusia 25 tahun bisa menjadi pengganti Roger Byrne dan juga bisa berpasangan dengan Bill Foulkes sebagai bek tengah.
  3. Eddie Coleman. Walaupun menjadi pemain paling pendek di tim ini, pemuda yang masih berusia 21 tahun ini memperoleh kepercayaan sebagai gelandang kanan.
  4. Duncan Edwards. Pemain muda Inggris paling berbakat. Di usianya yang baru 21 tahun sudah 18 kali membela timnas. Dia selamat dari kecelakaan tetapi lantas meninggal setelah 15 hari dirawat di rumah sakit.
  5. Mark Jones. Bek berusia 24 tahun.
  6. David Pegg. Gelandang kiri ini membuat debut untuk MU ketika masih berusia 17 tahun. Punya satu caps bersama timnas Inggris vs Republik Irlandia.
  7. Tommy Taylor. Penyerang tengah yang ketika kejadian berusia 26 tahun. Salah satu penyerang terbaik di Britania saat itu, ditransfer seharga 29.999 poundsterling dari Barnsley. Sudah memiliki 19 caps untuk timnas Inggris.
  8. Liam “Billy” Whelan. Gelandang yang sempat mengenakan ban kapten United ini masih berusia 22 tahun. Kepiawaiannya juga digunakan oleh Republik Irlandia. Semasa hidupnya dia bermain empat kali untuk timnas.

Staf Manchester United

  1. Walter Crickmer, sekretaris klub.
  2. Tom Curry, seorang trainer yang disebut Matt Busby sebagai “the best trainer in Britain”.
  3. Bert Whalley, kepala tim pelatih. Pernah bermain untuk United dan sudah bersama dengan klub ini selama 25 tahun di mana dia juga bertanggung jawab terhadap tim junior.

Jurnalis

  1. Alf Clarke, Manchester Evening Chronicle
  2. Donny Davies, Manchester Guardian
  3. George Follows, Daily Herald
  4. Tom Jackson, Manchester Evening News
  5. Archie Ledbrooke, Daily Mirror
  6. Henry Rose, Daily Express
  7. Frank Swift, News of the World (mantan kiper Inggris dan Manchester City, meninggal ketika perjalanan menuju rumah sakit)
  8. Eric Thompson, Daily Mail

Penumpang lain

  1. Bela Miklos, agen perjalanan
  2. Willie Satinoff, suporter dan teman dekat Sir Matt Busby

[/vc_toggle][vc_toggle title=”Mereka yang Selamat” el_id=”1461517376974-6053024b-f283″]Pemain

  1. Sir Matt Busby, mendapat luka berat dan sudah diperkirakan akan meninggal sehingga sempat diadakan persiapan tatacara peringatan kematiannya, tetapi akhirnya bisa kembali sembuh. Busby membangun kembali skuatnya pada dekade 1960-an dan sempat mengantarkan United meraih European Cup 1968.
  2. Bill Foulkes. Sempat menjadi kapten setelah tragedi ini untuk menggantikan Roger Byrne. Pemain yang saat itu berusia 26 tahun ini masih bermain dalam partai final European Cup 1968.
  3. Harry Gregg. Bergabung dengan United hanya dua bulan sebelum kecelakaan. Setelah selamat dengan hanya luka ringan, kiper yang saat itu masih berusia 24 tahun itu dengan penuh keberanian membantu menyelamatkan penumpang lainnya.
  4. Johnny Berry. Penyerang sayap berusia 31 tahun yang masuk kategori veteran untuk skuat yang dimiliki Busby ketika itu. Sebelum kecelakaan dia dikenal sebagai pemain sayap yang cepat dan cukup produktif, tetapi cedera yang dideritanya membuatnya tak bisa lagi bermain setelah tragedi yang mengerikan itu.
  5. Jackie Blanchflower. Bek yang bisa difungsikan di posisi lain. Pemain serba guna berusia 24 tahun ini tidak pernah bisa bermain kembali.
  6. Bobby Charlton. Mencetak dua gol di Belgrade malam sebelum kecelakaan. Saat itu masih berusia 20 tahun, walaupun mengalami cedera yang menyebabkan kebotakan, Charlton menjelma menjadi salah satu pemain terbaik klub sepanjang masa sekaligus duta klub yang paling dihormati dan dikenal di dunia.
  7. Ken Morgans. Pemain sayap berusia 18 tahun, punya kecepatan dan teknik yang bagus dengan kepercayaan diri yang meluap-luap sebelum kecelakaan. Tidak pernah kembali ke performa semula setelah kecelakaan.
  8. Albern Scanlon. Pemain sayap berusia 22 tahun. Pemain yang punya potensi besar. Mendapat luka berat di bagian kepala tetapi berhasil pulih dan kembali tampil memukau selama beberapa tahun setelah kecelakaan. Dia mencetak 16 gol di liga semusim setelah kecelakaan.
  9. Dennis Viollet. Penyerang berusia 24 tahun yang amat subur sebelum kecelakaan. Dia mengaku tidak pernah benar-benar merasa fit kembali setelah kecelakaan itu tetapi faktanya dia mencetak rekor dengan menghasilkan 32 gol di liga musim 1959/1960.
  10. Ray Wood. Kiper berusia 26 tahun yang kehilangan posisi inti setelah kedatangan Harry Gregg. Tetapi tetap diingat sebagai salah satu kiper terbaik Setan Merah. Dia mendapat luka berat di bagian kepala yang membuatnya jarang memperoleh kesempatan bermain lagi.

Nonpemain

  1. Frank Taylor, jurnalis
  2. Peter Howard, fotografer
  3. Ted Ellyard, fotografer
  4. Mrs Vera Lukic dan bayi perempuannya Venona, penumpang yang diselamatkan oleh Harry Gregg
  5. Mrs Miklos, istri Bela Miklos, agen perjalanan yang menata perjalanan ini dan meninggal dalam kecelakaan
  6. Mr N. Tomasevic, penumpang
  7. James Thain, kapten/pilot pesawat
  8. Rosemary Cheverton, pramugari
  9. Margaret Bellis, pramugari
  10. George “Bill” Rodgers, petugas radio

[/vc_toggle][vc_toggle title=”The Munich Memorial” el_id=”1461517787738-e8384234-f8d1″]

Untuk mengenang semua korban Tragedi Munchen dibuatlah The Munich Memorial. Plakat The Munich Memorial berdiri di sisi tribun East Stand. Bentuknya adalah replika Old Trafford jika dilihat dari udara. Porselen kaca warna hijau digunakan untuk membuat bagian lapangan. Kata-kata ditulis dengan tulisan hitam dan emas, membentuk catatan dan nama-nama pemain yang menjadi korban tragedi tersebut. Juga dibuat pula jam Memorial Munich yang juga ditempatkan di salah satu sudut Old Trafford.

Sementara di Kota Munchen sendiri ada dua memorial yakni Wooden Memorial yang merupakan taman kayu dengan salib dan Jesus yang bertuliskan “In Memory of the Victims of the air disaster of 6.2.1958 including members of the football team of Manchester United as well as all the traffic victims from the municipality of trudering (ditulis dalam bahasa Jerman).

Memorial kedua diresmikan 22 September 2004 berbentuk plakat yang terbuat dari granit biru bertuliskan “In memory of all those who lost their lives here in the Munich air disaster on 6 February 1958” juga ditulis dalam bahasa Jerman. Memorial baru ini didanai oleh United sendiri dan peresmiannya dihadiri oleh David Gill (CEO MU), Sir Alex Ferguson, dan Bobby Charlton. Pada 24 April 2008, dewan Kota Munchen memutuskan memberi nama daerah tempat memorial itu berada dengan nama “Manchesterplatz” yang berarti Manchester Square.

Selain memorial tersebut ada penghormatan untuk korban dalam bentuk lain. Seperti yang dilakukan oleh The Spinners band fold dari Liverpool mengeluarkan album “Quayside Songs Old and New” berisi lagu “The Flowers of Manchester” yang didedikasikan untuk The Busby Babes pada tahun 1958.

Steven Patrick Morrisey meluncurkan album “Irish Blood English Heart” tahun 2004 memuat yang lagu berjudul “Munich Air Disaster 1958”. The Futureheads, band dari Sunderland merilis album kedua pada 2005 yang membuat lagu “News and Tributes” lagu tersebut dibuat untuk mengenang Tragedi Munich.

BBC pada 10 Januari 2006 merilis seri Surviving Disaster, tetapi dikritik oleh Albert Scanlon mengenai akurasinya. Salah satunya adegan Jimmy Murphy memberi pre-match talk di Belgrade padahal Jimmy Murphy tidak ada dalam rombongan karena melatih Wales di Cardiff pada saat yang bersamaan.

Ada pula film berjudul UNITED yang dirilis 24 April 2011. Film yang disutradarai oleh James Strong dan naskahnya ditulis oleh Chris Chibnall ini bercerita tentang Tragedi Munchen dan bagaimana klub ini bangkit setelah kecelakaan yang merenggut separuh kekuatan tim tersebut.

Semua itu dibuat untuk mengenang dan menghormati jasa setiap korban kecelakaan di bandara Munich-Reim. Semua korban tidak pernah hilang dari ingatan setiap pencinta United juga sepak bola dunia meski raganya sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Tragedi memang bisa menyebabkan keterpurukan, tapi bagi United hal itu tidak menyebabkan kesedihan yang berlarut-larut, melainkan bagaimana caranya untuk segera bangkit agar tetap eksis. Bahkan membangun kembali skuat yang melampaui pencapaian sebelumnya juga untuk menghormati mereka yang sudah kehilangan nyawa demi mengantarkan klub ini meraih kejayaannya.

[/vc_toggle][/vc_column][/vc_row]