Delapan Wonderkid Liga Inggris 2015/2016

Sebelum Anda membaca artikel ini, mari terlebih dahulu lupakan sensasi yang ditunjukkan Leicester City sampai pekan ke-17. The Foxes bukanlah satu-satunya bukti nyata keseruan Liga Inggris musim ini.

Liga yang (katanya) merupakan terbaik di dunia itu tak hanya memiliki klub-klub medioker yang piawai membuat kejutan, namun juga menyimpan segudang talenta muda. Mereka yang disebut dengan wonderkid itu memiliki peran tersendiri di dalam klub yang dibelanya.

Sudah banyak bintang muda yang lahir dari English Premier League (EPL) sejak Liga ini berganti format pada musim 1992/1993. Saya rasa tak perlu disebutkan satu per satu barisan mantan wonderkid EPL yang berhasil menggebrak panggung sepak bola dunia.

Di musim ini ada banyak wonderkid EPL yang secara umum sudah banyak dikenal oleh publik dan memiliki kans besar menjadi bintang di masa depan. Inilah mereka yang menyita perhatian saat usianya masih muda.

1. Hector Bellerin (20 tahun, Arsenal)

Andai saja Bellerin memilih untuk tetap bertahan di Barcelona junior pada tahun 2011, mungkin nasibnya tak akan sebaik sekarang. Pria yang dijuluki The Flash itu sudah menjadi bagian penting skuat The Gunners.

Sejak memulai debut  profesionalnya di EPL musim lalu akibat krisis bek yang melanda Arsenal, Bellerin mendapat sorotan yang luar biasa dari media. Selain karena jam terbang yang minim saat itu, ia diprediksi hanya sekadar menambal posisi yang ditinggalkan Mathieu Debuchy. Namun nyatanya Debuchy yang kehilangan tempatnya lantaran Bellerin sukses tampil impresif.

Pada musim ini kontribusinya semakin vital. Ia sukses mencatatkan 14 penampilan di liga dan membuat Debuchy harus rela lebih banyak duduk manis di bench.

Selain itu, Bellerin tak hanya piawai dalam hal adu sprint. Squawka mencatat ia sukses  memenangi 19 tekel dengan tingkat kesuksesan mencapai 49%. Sedangkan kemampuan bertahannya terbukti lewat 26 intersep serta 48 sapuan. Hal tersebut menjadi salah satu indikator lini belakang tim asal London menjadi tim dengan poin defense tertinggi kedua (1854)  versi Squawka hingga pekan ke 17.

Kini pertanyaannya, sampai kapan Bellerin akan betah di Arsenal? #IfYouKnowWhatIMean

2. Delle Alli (19 tahun, Tottenham Hotspur)

Kalau boleh jujur, saya adalah penggemar berat Delle Alli musim ini. Alli secara impulsif datang ke Spurs hanya dengan bermodalkan postur tinggi serta CV sederhana yang mencatumkan nama MK Dons sebagai mantan klubnya.

Tottenham bisa jadi beruntung karena mendapatkan Alli “hanya”  dengan lima juta poundsterling saja jika melihat perkembangan harga pemain di Inggris yang sudah kelewat mahal. Mengingat kontribusi Alli musim ini bagi The Lilywhites sangat luar biasa dan melebihi ekspektasi semula.

Alli mampu meyakinkan Manuel Pocchetino untuk terus memainkannya secara konsisten. Dari data yang dilansir Squawka sampai pekan ke-17, Alli sukses mencatatkan 373 umpan yang 79% di antaranya adalah forward passes (umpan ke depan).  Naluri gol Alli sebagai pemain tengah cukup baik, sudah mencetak empat gol di EPL musim ini. Beberapa golnya dibuat melalui hasil overlapping dan kepintarannya mencari ruang kosong.

Performa Alli juga mungkin yang membuat Moussa Dembele mengalami kebangkitan performa musim ini. Dembele  bebas berkreasi di lini tengah kala berduet dengan Alli sebagai double pivot.

Jika keduanya terus bermain konsisten bukan tidak mungkin mimpi Spurs untuk lolos ke Liga Champions musim depan akan terwujud. Ya, tampaknya fans Spurs sudah bisa melupakan sosok Modric yang masih lekat di ingatan mereka.

Tapi, tidak berpikir untuk pindah ke Real Madrid musim depan kan, Alli?

3. Raheem Sterling (21 tahun, Manchester City)

Di balik sifat hedonnya, Sterling memiliki teknik olah bola yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja sebagai pesepak bola. Mantan peraih European Golden Boy ini menjadi salah satu wonderkid terbaik asal Inggris saat ini.

Alasannya? Yang jelas bukan karena banderolnya saat dibeli dari Liverpool yang terilang overprice, tapi karena pria keturunan Jamaika itu memiliki beberapa syarat untuk menjadi winger handal suatu hari nanti.

Cepat, lincah dan gesit. Kiranya itulah tipikal permainan Sterling. Torehan golnya di musim ini sudah mencapai angka empat, yang berarti ia hanya butuh tiga gol lagi untuk memperbaiki rerkor golnya di EPL musim lalu. Skema permainan yang dimainkan Manuel Pellegrini di Manchester City juga cocok dengannya di mana ia sering kali diberi keleluasaan dalam melakukan akselerasi dan cut-inside dari sisi sayap.

Namun yang menjadi permasalahan bagi Sterling adalah inkonsistensi. Terkadang Sterling tampil baik di satu laga namun di laga berikutnya seolah menghilang. Mental Sterling juga mesti dibenahi mengingat ia sering mendapat ejekan dari para fans lawan ketika tampil di luar kandang.

Sedikit flashback, Sterling mesti berterima kasih kepada Brendan Rodgers yang sudah  membawanya sampai ke titik saat ini. Tanpa pelatih asal Irlandia Utara itu mungkin namanya tidak setenar sekarang.

Menarik ditunggu jika Pep Guardiola jadi melatih Manchester City musim depan,apakah Sterling akan diupgrade Pep seperti Franck Ribery atau justru tetap menjadi Raheem Sterling yang sekarang.

4. Anthony Martial (20 tahun, Manchester United)

Anthony Martial adalah manifestasi dari seorang pria sederhana yang dicap matre oleh teman kekasihnya, namun sukses mematahkan opini tersebut. Bagaimana tidak, Martial dibeli Mancheter United dengan harga yang sangat wah dan langsung dicap overrated oleh para fans sepakbola. Namun kenyataannya Martial mampu membuat para pengkritiknya bungkam untuk saat ini.

Mencetak gol saat debut melawan Liverpool hingga kini sudah total mencetak empat gol di EPL. Mungkin yang menjadi permasalahan bagi Martial justru tandemnya saat ini, Wayne Rooney. Andai saja Rooney masih memiliki kecepatan dan ketajaman yang sama seperti tiga tahun lalubisa saja membantu Martial lebih trengginas di lini depan.

Beberapa waktu lalu ia dinobatkan sebagai European Golden Boy tahun ini. Penghargaan itu bisa menjadi pelecut bagi dirinya untuk terus mengalami perkembangan performa bersama Setan Merah.

Hanya waktu yang bisa menjawab apakah label The Next Thierry Henry untuk Martial benar-benar sahih atau hanya sekadar omong kosong belaka.

5. Jordon Ibe (20 tahun, Liverpool)

Perkembangan permain bernama lengkap Jordon Ashley Femi Ibe di Liverpool terbantu dengan hengkangnya Sterling ke Manchester City. Buktinya, di musim ini ia mendapatkan porsi bermain yang lebih banyak. Meskipun belum mencetak sebiji gol pun di EPL, tapi kualitas Ibe tak bisa dipandang sebelah mata.

Mantan punggawa Wycombe Wanderers mesti menjalani perjuangan yang luar biasa sebelum setenar sekarang. Sejak dibeli Liverpool pada tahun 2012, Ibe mesti disekolahkan Liverpool ke klub Championship (Derby Country dan Birmingham City) sebelum akhirnya mampu menembus skuat utama. Penampilan mengesankan ketika ia membela Derby di awal musim 2014/2015 dengan mencetak lima gol dari 20 penampilan. Kegemilangan itu membawanya kembali dipanggil Brendan Rodgers untuk bergabung dengan skuat utama The Reds.

Untuk musim ini, Ibe tercatat baru menyumbangkan satu asis. Namun ia memiliki rata-rata akurasi umpan yang cukup baik sebagai seorang winger, yakni 84%. Kehadiran Juergen Klopp selaku manajer baru juga diyakini akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan Ibe.

Kejeniusan Klopp memoles pemain muda sewaktu di Borussia Dortmund tak perlu diragukan lagi. Belum lagi hubungan antara keduanya yang dikabarkan sangat lengket dan bisa jadi Ibe menjadi salah satu pemain yang akan meningkat di bawah Klopp.

Ibeyyy!!

6. Gerard Deulofeu (21 tahun, Everton)

Gerard Deulofeu adalah salah satu dari beberapa nama yang tersisihkan di Barcelona lantaran dianggap tak mampu mengimbangi kemahsyuran dari para striker Los Cules. Keputusannya meninggalkan Barcelona pada musim ini bisa dibilang tepat, di mana ia kini sedang menjalani masa-masa romantis dalam kariernya bersama The Toffees.

Sempat disindir Luis Enrique lantaran hanya menghabiskan waktu saat menjalani masa peminjaman di Everton pada musim 2013/2014, kini Deulofeu sudah bisa tertawa jika menilik statistiknya di EPL. Total ia sudah memberikan 7 asis dari 15 penampilan yang ia lakoni, melebihi torehannya di Sevilla musim lalu. Pergerakan dan pengambilan keputusan dari Deulofeu juga semakin terasah di musim keduanya bersama Everton.

Bisa jadi dikarenakan Roberto Martinez mengubah gaya bermain seorang Deulofeu. Jika sebelumnya pria asal Spanyol lebih senang melakukan cut-inside ke dalam kotak penalti, kini crossing menjadi andalannya untuk membelah pertahanan lawan. Tanyakan kepada Romelu Lukaku saja jika Anda meragukan semanis apa umpan silang dari seorang Deulofeu.

Jika terus konsisten sampai akhir musim nanti bisa saja banderol dari Deulofeu meningkat dua kali lipat pada bursa transfer musim panas.

7. James Ward Prowse (21 tahun, Southampton)

James Ward-Prowse adalah salah satu alasan mengapa Southampton tak pernah kehabisan talenta berbakat. Pemuda kelahiran Porstmouth sudah mencatatkan 90 penampilan di EPL dari sejak memulai debut seniornya pada tahun 2011. Padahal, umurnya saat ini baru menyentuh angka 21.

Pada musim ini ia sudah dipercaya Ronald Koeman menjadi salah satu andalan di lini tengah. Ward-Prowse hanya sekali absen dari total 17 laga EPL yang sudah dimainkan.

Keunggulan dari Ward-Prowse terletak pada visi bermain serta versatilitasnya.  Ia mampu bermain sebagai gelandang bertahan, wide midfielder, gelandangn tengah serta gelandang serang. Ronald Koeman sudah memainkannya di semua posisi yang disebutkan di atas, menunjukkan jika Ward-Prowse benar-benar bisa menjadi figur penting dalam tubuh The Saints dalam beberapa tahun ke depan.

8. John Stones (21 tahun, Everton)

John Stones rasa-rasanya harus beruntung lantaran tidak jadi hengkang ke Chelsea jika melihat papan klasemen saat ini. Peran Stones bagi lini pertahanan The Tofees pun semakin vital menyusul penurunan performa sang kapten Phil Jagielka musim ini.

Pada awalnya Stones beposisi sebagai bek kanan. Namun kemampuan dalam membaca permainan serta melakukan aksi bertahan Stones sangat baik sehingga membuat Roberto Martinez menariknya ke bagian jantung pertahanan. Meskipun digeser ke posisi baru, penampilan Stones justru mampu memikat hati para fans Everton dan membuat kepincut tim-tim besar seperti Manchester United dan Chelsea.

Di luar delapan nama di atas, masih ada beberapa wonderkid di EPL yang sebenarnya sudah dikenal oleh publik. Sebut saja Divock Origi (Liverpool), Kelechi Ilkeanacho (Manchester City), Nathan Ake (Watford), Matt Targett (Southampton) serta Brendan Galloway (Everton). Namun nama-nama itu dianggap masih belum tampil terlalu istimewa atau belum tampil reguler sehingga membuat saya tidak memasukkan ke dalam daftar utama.

Pada intinya, status wonderkid bukan menjadi jaminan seorang pemain muda akan sukses di kemudian hari. Banyak pemain yang merasa terlena dengan status ini dan pada akhirnya hilang tanpa mencatatkan sebuah prestasi.

Sebelum saya mengakhiri artikel ini, perkenankan saya mengucapkan kata maaf. Bukan karena artikel ini membosankan, tapi karena wonderkid yang saya tulis mayoritas berasal dari ranah Inggris. Anda sudah tahu bukan jika pemain muda asal Inggris sering dicap overrated lantaran harga dan kualitas tidak sebanding? Nah….

 

Komentar

This website uses cookies.