Mencari Antoine Griezmann di Barcelona

Pada bursa transfer musim panas lalu, Barcelona rela merogoh kocek senilai 120 juta euro buat memboyong bintang Prancis kepunyaan Atletico Madrid, Antoine Griezmann. Nominal itu sendiri sesuai dengan klausul penebusan yang ditetapkan Los Colchoneros dalam kontrak pemain kelahiran Macon tersebut.

Keputusan Los Cules mendatangkan Griezmann ke Stadion Camp Nou cukup beralasan. Mereka butuh amunisi kelas wahid guna menemani Lionel Messi dan Luis Suarez sebagai trio di lini serang. Terlebih, performa Griezmann selama memperkuat Atletico amat mengagumkan. Termasuk membawa tim asuhan Diego Simeone menjuarai Liga Europa 2017/2018 dan Piala Super Eropa 2018.

Sejatinya, ketika jadi kampiun La Liga Spanyol di musim 2018/2019 yang lalu, selain Messi dan Suarez, Barcelona juga memiliki Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, dan Malcom sebagai penghuni sektor depan. Namun sial, tak satu pun dari mereka yang mampu tampil elok guna mengimbangI performa brilian Messi dan Suarez.

Walau kepala atau kaki Coutinho, Dembele maupun Malcom cukup rajin melesakkan gol, tapi presensi mereka di starting eleven lebih identik dengan inkonsistensi. Bagus di satu laga, tapi berantakan di partai selanjutnya.

Tak ayal, suporter fanatik Barcelona berani mengklaim bahwa pembelian Coutinho, Dembele dan Malcom sebagai transaksi yang sia-sia. Apalagi uang yang mesti dikucurkan untuk mengamankan jasa mereka mencapai 226 juta euro!

Meminjamkan Coutinho ke Bayern München, melego Malcom ke Zenit St. Petersburg, dan mendatangkan Griezmann adalah langkah yang dipilih manajemen guna menyongsong musim 2019/2020. Harapan yang tersemai pun jelas, Griezmann bisa menyempurnakan trisula di barisan depan sekaligus mempertajam daya dobrak Los Cules.

Di musim perdananya merumput dengan seragam Barcelona, Griezmann diplot sebagai winger kiri oleh sang entrenador, Ernesto Valverde. Kendati peran ini bukan hal asing untuknya, tapi Griezmann tetap membutuhkan proses adaptasi. Tujuh partai pertamanya di La Liga berujung dengan 3 gol dan 2 asis. Sebenarnya ini catatan yang cukup apik, tapi ekspektasi lebih publik membuat itu tampak biasa saja.

BACA JUGA:  Menerjemahkan Paulo Dybala Sebagai Trequartista Juventus

Usut punya usut, Griezmann memang kurang nyaman bermain sebagai winger kiri. Pasalnya, keadaan itu membuat kebebasan figur yang hari ini, 21 Maret 2020, genap berusia 29 tahun tersebut, dalam bergerak terbatasi dan di sejumlah situasi, dirinya bahkan acap terisolasi karena tak mendapat dukungan yang optimal dari rekannya, terutama saat menginisiasi serangan.

Kondisi tersebut berbeda dengan di Atletico dahulu. Oleh Simeone, Griezmann yang kerap dimainkan sebagai second striker di belakang Diego Costa beroleh keleluasaan dalam bermain. Ia seringkali bergerak dengan maupun tanpa bola guna membuka ruang, baik untuk dirinya sendiri atau rekan-rekannya, sehingga Los Colchoneros punya kesempatan mengkreasikan peluang dan mencetak gol.

Tak berbeda jauh, di tim nasional Prancis, kemampuan Griezmann juga dimaksimalkan Didier Deschamps dengan memosisikannya sebagai pendukung Olivier Giroud yang diplot sebagai penyerang tunggal. Hasilnya? Tokcer. Trofi Piala Dunia 2018 yang lalu adalah buktinya. Griezmann sendiri terkenal rajin mencetak gol sekaligus piawai menyediakan kesempatan emas bagi rekan setimnya kala berkostum Les Bleus.

“Posisi ideal Griezmann dalam bermain sudah diisi Messi ataupun Suarez di Barcelona. Mengorbankan kedua nama itu jelas perkara mustahil. Akibatnya, Griezmann digeser ke sayap kiri. Namun kita semua tahu, dirinya kurang nyetel di situ karena kemampuan terbaiknya justru terkebiri. Link up Griezmann dengan rekan-rekannya saat bermain juga belum terlihat apik”, ungkap jurnalis El Pais, Ramon Besa, menyoroti performa Griezmann yang masih angin-anginan.

Setali tiga uang dengan Besa, jurnalis Diario AS, Santiago Gimenez, bahkan menyebut kalau keputusan Griezmann menerima pinangan Los Cules adalah kesalahan.

“Griezmann adalah pemain hebat. Namun di Barcelona, ia tak bisa merumput di posisi terbaiknya karena ada Messi di situ. Siapapun tahu, jika kamu mempunyai posisi yang sama dengan Messi, maka kamu jangan bergabung dengan tim di mana Messi bermain. Tak perlu kaget bila melihat Griezmann belum jua bersinar di Stadion Camp Nou.”

BACA JUGA:  Coutinho Memulihkan Sihirnya

Pergantian tampuk kepelatihan dari Valverde ke Quique Setien pada pertengahan musim ini membawa sedikit angin segar bagi Griezmann. Secara taktis, Griezmann tetap dimainkan sebagai winger kiri, tapi Setien memberinya kesempatan untuk bermain lebih dekat dengan Messi atau Suarez di area tengah. Hal ini membuatnya punya lebih banyak ruang untuk berkreasi.

Perlahan, meski belum seciamik di Atletico atau timnas Prancis, Griezmann sanggup meningkatkan performanya. Rekening golnya sebelum kompetisi dihentikan berjumlah 8 buah dari 25 partai La Liga. Walau demikian, masih banyak pihak yang belum puas dengan itu, bahkan mungkin dirinya sendiri.

Kilau yang diperlihatkan Griezmann di ibu kota wajib direplikasinya di Catalan sesegera mungkin. Namun satu hal yang patut dipahaminya, ibarat tata surya, di Barcelona ia bukanlah matahari karena status itu sudah dipegang oleh lelaki mungil kelahiran Rosario, Argentina.

Meski begitu, dirinya punya kewajiban untuk beradaptasi secara optimal dan tampil paripurna sembari membuktikan nominal 120 juta euro yang digelontorkan guna mendapatkannya di musim panas lalu tidak sia-sia. Jangan sampai fans atau bahkan para pengamat kebingungan mencari keberadaannya. Ia benar merumput untuk Barcelona atau sekadar bayang-bayang belaka dan pada akhirnya, bakal senasib dengan Coutinho maupun Malcom.

Bon Anniversaire, Antoine.

Komentar