Saat diboyong Juventus pada musim panas 2017 silam dari Fiorentina dengan banderol 40 juta Euro, ada beragam ekspektasi yang timbul dan bersemayam di pundak Federico Bernardeschi.
Mulai dari membawa I Bianconeri tampil semakin hebat sebagai unit sampai performa individu yang kian ciamik dan bikin Bernardeschi pantas dilesatkan sebagai bintang baru Italia.
Sayangnya, harapan tinggal harapan karena selama berkostum Juventus, Bernardeschi seolah keteteran buat memenuhi segala ekspektasi. Penampilannya begitu inkonsisten sehingga acap dimaki-maki oleh Juventini di manapun berada.
Sudah bukan rahasia lagi kalau pemain bernomor punggung 33 ini dianggap sebagai salah satu pemain tak berguna di skuad I Bianconeri. Dirinya bagai api dalam sekam, duri dalam daging, bahkan musuh dalam selimut.
Dikutip dari Transfermarkt, sosok kelahiran Carrara tersebut baru merumput sebanyak 120 kali seraya mengukir 10 gol dan 15 asis untuk Juventus. Dengan asumsi Juventus memainkan 50 laga setiap musimnya, jumlah penampilan Bernardeschi diproyeksikan menembus 30 pertandingan per musim. Nahasnya, mayoritas dilalui sebagai pemain pengganti.
Teraktual, pemilik 27 penampilan dan 5 gol bersama tim nasional Italia ini baru diturunkan pada menit ke-85 guna menggantikan Juan Cuadrado kala Juventus menyambangi Stadion Camp Nou (9/12) dan mempermalukan sang empunya rumah, Barcelona, lewat skor telak 3-0.
“Bernardeschi kerap kesulitan mendapat posisi inti di Juventus. Baik saat tim masih ditangani Max Allegri, Maurizio Sarri, maupun kini bersama Andrea Pirlo. Hal itu membuktikan bahwa ia tak kelewat impresif sejak pertama kali bergabung ke Turin. Demi karier yang lebih baik, hengkang bisa jadi opsi terbaik untuknya,” papar eks penggawa Juventus dan Fiorentina, Angelo Di Livio, seperti disarikan dari Indosport.
Perjuangan di Awal Karier
Karier sepakbola Bernardeschi diawalinya di Atletico Carrara, kesebelasan asal kota kelahirannya pada tahun 2000. Tiga tahun berselang, ia masuk ke tim junior Fiorentina. Bersama La Viola, potensi Bernardeschi mulai tampak.
Namun debut profesionalnya tak dilakoni dengan seragam ungu, melainkan baju biru-merah khas Crotone. Ya, manajemen Fiorentina memutuskan buat meminjamkannya terlebih dahulu buat menambah jam terbang medio 2013/2014 silam.
Kendati terlihat mulus-mulus saja, tetapi kenyataannya karier Bernardeschi tidak berjalan mudah. Pasalnya, lelaki yang satu kampung halaman dengan Gianluigi Buffon tersebut sempat didiagnosis mengalami kelainan pada jantungnya. Beruntung, ia cuma vakum selama enam bulan dan bisa beraksi lagi seperti sedia kala usai menjalani rehabilitasi.
Tatkala dipanggil pulang ke Florence, Bernardeschi membuktikan bahwa ia memang pemain muda dengan sejuta potensi. Bahkan, Sir Alex Ferguson, ketika masih aktif melatih, pernah mengutarakan ketertarikannya terhadap sang winger.
Jalan terang Bernardeschi sebagai pesepakbola terbuka lebar dengan kostum La Viola. Selama merumput di Stadion Artemio Franchi, ia sukses mengepak 23 gol dan 12 asis dari 93 pertandingan. Wajar bila sejumlah tim mapan meminati jasanya.
Berbarengan dengan itu, Bernardeschi juga mulai jadi langganan timnas. Ia merasakan debut pada 2016 silam kala Italia bersua Spanyol. Sosok dengan paras menawan ini bahkan masuk ke dalam skuad Gli Azzurri besutan Antonio Conte yang bertempur di Piala Eropa 2016.
Meski cuma tampil sekali di turnamen antarnegara Eropa paling megah itu, Bernardeschi tetap rutin membela timnas karena selalu mendapat kepercayaan dari suksesor Conte, entah itu Giampiero Ventura maupun Roberto Mancini.
Melempem di Turin
Kala menerima pinangan Juventus, banyak yang memprediksi kalau Bernardeschi akan berkembang pesat dan bisa menjadi pujaan baru Juventini. Apes, prediksi tersebut melenceng jauh. Alih-alih dipuja, Bernardeschi malah bak pesakitan yang tak mampu bangkit.
Benar jika ia ikut berkontribusi atas raihan gelar Juventus sejak musim 2017/2018 sampai 2019/2020 kemarin (musim 2020/2021 pun I Bianconeri berpeluang menambah trofi di lemari pialanya). Namun porsinya takkan pernah sebesar Giorgio Chiellini, Paulo Dybala, bahkan Cristiano Ronaldo.
Ada banyak opini yang menyeruak perihal kebersamaan Bernardeschi dan Juventus yang tak begitu apik. Salah seorang jurnalis kenamaan Italia, Mario Sconcerti, menyatakan bahwa jebloknya performa Bernardeschi tak melulu salah si pemain. I Bianconeri juga punya andil mengubah lelaki kidal yang sebelumnya adalah produk unggulan menjadi produk gagal.
Sementara Arrigo Sacchi, pelatih revolusioner asal Italia pernah mengatakan bahwa Bernardeschi adalah pemain bagus tetapi harus meningkatkan kemampuannya di sejumlah aspek. Baik pergerakan, penggunaan kaki, sampai pengambilan keputusan. Kekurangan-kekurangan itulah yang membuat perkembangannya mandek.
Bila masa depannya memang kian gelap di Turin, tak ada salahnya buat Bernardeschi untuk menimbang opsi pindah.
I Bianconeri sendiri terlihat siap melego sang winger andai ada tawaran yang masuk dan nominalnya sesuai. Pasalnya, kontrak kerja Bernardeschi akan habis pada musim panas 2022 mendatang.
Menjualnya tentu lebih menguntungkan bagi Juventus ketimbang tak mendapatkan apa-apa darinya lantaran dilepas gratis. Di sisi lain, Bernardeschi juga dapat menyelamatkan sekaligus membenahi kariernya yang masih terbentang hingga beberapa tahun ke depan.