Tenang dan Menghanyutkan seperti Alessandro Bastoni

Ketika diboyong Internazionale Milano pada 31 Agustus 2017 lewat banderol senilai 31 juta Euro dari Atalanta, usia Alessandro Bastoni baru menginjak 18 tahun.

Ada berbagai opini yang berkembang di kalangan Interisti saat itu mengenai harga tebusnya. Ada yang merasa bahwa harganya pas karena Bastoni masih muda dan punya potensi, ada pula yang menganggapnya kemahalan.

Namun pendapat apapun yang meluncur dari Interisti, kepindahan Bastoni ke kota Milan adalah sebuah keniscayaan. Pasalnya, La Beneamata memang membutuhkan tenaganya.

Sempat dibiarkan merumput bersama Atalanta dengan status pinjaman pada musim 2017/2018, karier Bastoni lalu berlanjut di Parma dengan status yang sama semusim berselang.

Inter tak buru-buru memanggilnya supaya pemain kelahiran Cassalmagiore tersebut mendapat kesempatan bermain lebih banyak dan menambah jam terbangnya.

Keputusan yang dibuat La Beneamata tepat. Di Stadion Ennio Tardini, Bastoni mekar dan mewangi sebagai bek tengah muda potensial.

Seiring dengan kedatangan Antonio Conte sebagai juru taktik, Bastoni dipulangkan ke kota Milan. Pelatih yang mengimani skema 3-5-2 itu memproyeksikan Bastoni sebagai bek tengah kiri dalam strateginya.

Selain kemampuan yang menjanjikan, Bastoni juga kidal. Keadaan itu menjadi nilai plus bagi skema tiga bek ala Conte dan sang pemain sendiri takkan kikuk ditempatkan di wilayah tersebut.

Kaki terkuat pesepakbola, umumnya menentukan bahasa tubuh saat bermain. Pengambilan keputusannya di atas lapangan pun amat dipengaruhi oleh faktor yang satu ini.

Bagaimana cara si pemain menggiring bola, melindunginya, sampai melepas umpan. Pun saat menempel lawan, melakukan tekel, dan membaca alur permainan. Semuanya memiliki keterkaitan dengan kaki terkuat.

Dipercaya Conte sebagai salah satu opsi nomor satu dalam membentengi lini belakang, Bastoni memberi jawaban paripurna.

Benar jika dirinya masih kerap melakukan aksi-aksi ceroboh dan membahayakan tim sendiri. Namun secara perlahan serta konsisten, ia sanggup menghadirkan ketenangan layaknya seorang bek veteran yang penuh pengalaman.

BACA JUGA:  Konsistensi AS Roma di Tangan Paulo Fonseca

Sepanjang musim lalu, pemain bernomor punggung 95 ini bermain di 33 pertandingan lintas ajang. Berdasarkan situs Transfermarkt, ia turut menyumbang 2 gol dan 1 asis.

Dipandang dari sisi manapun, kita bisa melihat bahwa Bastoni memiliki esensi tersendiri dalam skuad La Beneamata. Keputusan Conte buat memaksimalkannya bisa dikatakan membuahkan hasil.

Presensinya yang makin penting terlihat jelas di musim 2020/2021. Tatkala dirinya absen karena dinyatakan positif terjangkit Covid-19, ada lubang besar yang menganga di sisi kanan pertahanan Inter.

Aleksandar Kolarov yang diboyong sebagai pelapis, nyatanya tak mampu memberi rasa aman seperti yang biasa dipamerkan Bastoni.

Dalam fase bertahan, Bastoni disiplin dalam menjaga lawan dan areanya serta diandalkan dalam duel-duel udara. Kedua kakinya siap dijulurkan kapan saja dan badannya siap diadu kuat-kuat demi menghentikan lawan melakukan penetrasi ke kotak penalti Inter.

Ia juga cerdas dalam pemosisian diri sehingga lawan mesti bekerja keras untuk melewatinya. Dengan postur 191 sentimeter, Bastoni masih punya kecepatan yang membuatnya tak gampang dikelabui striker, winger atau fullback lawan yang gesit.

Lebih jauh, Bastoni juga memiliki kelebihan lain yang coba dimaksimalkan Conte, utamanya dalam aspek ofensif. Berbeda dengan Stefan de Vrij atau Milan Skriniar yang jadi tandemnya di barisan pertahanan, Bastoni diinstruksikan sang pelatih untuk lebih berani melepas umpan panjang ke depan saat rekan setimnya di area depan La Beneamata mendapat ruang terbuka.

Modalnya tentu saja kemampuan pemuda yang terikat kontrak sampai musim panas 2023 ini dalam melepas umpan panjang terukur. Salah satu atribut yang disebut-sebut wajib dimiliki para bek tengah modern.

Hal ini terbukti dengan sejumlah umpan panjang terukur Bastoni yang sukses dikonversi juru gedor Inter buat mencetak gol. Kemampuan ini pula yang memudahkannya buat melakukan switch play guna merusak struktur pertahanan lawan.

Apa yang dipertontonkan Bastoni memang sesuai dengan prinsip yang dianut Conte. Sang allenatore selalu meminta beknya untuk nyaman dengan bola sehingga dapat menarik atensi lawan guna melakukan pressing, tetapi di sisi lain malah membuka ruang sekaligus memudahkan pemain Inter untuk meluncurkan serangan.

BACA JUGA:  Wiljan Pluim: Dari Belanda ke Indonesia Lewat Vietnam

Dini hari tadi (18/1), dalam grande partita melawan Juventus, bek yang mengoleksi tiga penampilan bareng tim nasional Italia ini memamerkan salah satu kelebihannya tersebut.

Ia menguasai bola dan coba menginisiasi serangan sampai akhirnya melepas umpan panjang nan matang kepada Nicolo Barella yang berlari kencang ke arah pertahahan Juventus usai lepas dari penjagaan Giorgio Chiellini dan Gianluca Frabotta. Gol pun tercipta dan akhirnya La Beneamata mengakhiri laga dengan kemenangan 2-0.

Andai tak melepas umpan panjang, ia juga mampu menginisiasi permainan secara perlahan dari belakang, meregangkan bentuk pertahanan musuh demi mencari celah yang dapat dimanfaatkan rekan setim.

“Ia memiliki karakter yang kuat sebagai bek. Terlebih, ia nyaman dengan bola di kakinya sehingga memberi opsi ekstra dalam menginisiasi serangan. Kendati demikian, Bastoni juga harus menempa fisik serta kemampuannya agar kian tangguh. Jika berhasil mewujudkannya, ia akan melesat sebagai salah satu bek elite yang disegani sekaligus ditakuti pada masa mendatang”, terang Conte dalam sebuah wawancara.

Dengan usia yang sangat muda, perjalanan Bastoni untuk menahbiskan diri sebagai salah satu bek tengah terbaik di Italia maupun dunia masih teramat panjang.

Ia tenang dalam bertahan, menghanyutkan saat menyerang. Melihat aksi-aksinya selama ini, kesempatan itu terbuka lebar dan kelak, Bastoni bisa menjadi pilar utama La Beneamata serta Italia dalam jangka waktu yang lama.

Komentar