Bagi penggemar Manchester United, nama Adrian Doherty pasti terdengar asing. Apalagi buat mereka yang baru-baru ini mendaku diri sebagai fans dari klub yang berkandang di Stadion Old Trafford tersebut.
Putra pasangan Jimmy Doherty dan Geraldine Doherty ini lahir di Strabane, County Tyrone, Irlandia Utara pada 10 Juni 1973. Di wilayah yang dihuni sekitar 13 ribu jiwa itu, Doherty tumbuh dan ditempa sebagai individu.
Kerasnya kehidupan akibat konflik di Irlandia Utara pada masa itu, tidak membuat dirinya jadi penakut. Sebaliknya, Doherty tumbuh menjadi seorang anak yang pintar dan berbakat. Salah satu bakat yang menonjol darinya adalah skill mengolah si kulit bundar.
Doherty mewarisi kemampuan tersebut dari sang ayah yang merupakan eks pesepakbola di era 1960-an. “Doherty sangat obsesif dan dedikatif terhadap sepakbola”, kenang kawan-kawannya seperti dilansir The Guardian.
Perjalanan waktu akhirnya mengantar Doherty bergabung dengan tim junior United. Di sana, kemampuannya terus diasah agar kian prima.
Walau tak terlalu dikenal, tetapi figur yang satu ini dianggap sebagai salah satu pesepakbola muda paling bertalenta di masanya. Kemampuannya bahkan disebut-sebut lebih baik daripada anggota Class of 92 seperti Nicky Butt, David Beckham, Ryan Giggs, Gary dan Phil Neville, serta Paul Scholes.
Giggs sendiri dalam sebuah wawancara mengungkapkan jika Doherty adalah sosok yang sangat cepat di atas lapangan dan mengagumkan.
Tony Park yang menulis buku Sons of United: A Chronicle of the Manchester United Youth Team juga menyatakan bahwa Doherty merupakan perpaduan lengkap antara Giggs, Andrei Kanchelskis, dan Cristiano Ronaldo. Bisa dibayangkan, bukan?
“Doherty adalah anak dengan kemampuan sepakbola yang menakjubkan”, begitu pujian dari Sir Alex Ferguson.
Saat masih kanak-kanak, Doherty sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk menggiring bola melewati botol dan kaleng kosong di lapangan sekitar rumahnya. Seiring berjalannya waktu, kemampuan sepakbolanya terus meningkat dan lebih baik dibanding anak-anak seusianya.
Pada usia 13 tahun, ia bergabung dengan tim lokal, Moorfield Boys Club, yang ditangani oleh Matt Bradley. Sang pelatih kagum dengan kemampuan Doherty muda. Ia bahkan menyebut jika Doherty bisa mengikuti jejak pesepakbola hebat Irlandia Utara era 1960-an dan 1970-an, George Best.
Di tahun 1986, Doherty mendapat undangan trial dari Arsenal dan Nottingham Forest. Bradley gembira bukan kepalang. Namun pada kesempatan yang sama, sang pelatih juga menulis surat kepada Ferguson agar berkenan untuk melihat kemampuan Doherty.
Keluarga Doherty adalah penggemar United. Mengapa tak mencoba mengundang mereka untuk melihat kemampuan bocah dari keluarga yang menggemari tim tersebut. Begitu pikir Bradley.
Pemandu bakat The Red Devils kala itu, Eddie Coulter, langsung dikirim Ferguson untuk memantau secara langsung potensi Doherty. Dalam waktu singkat, Coulter terpukau dan meyakini kalau pemuda yang berposisi sebagai winger kanan ini memiliki prospek begitu cerah bagi United pada masa yang akan datang.
Akhirnya, pada Agustus 1987, saat dirinya berusia 14 tahun, Doherty diberi kesempatan menjadi pemain magang United. Kendati awalnya terasa berat karena sang pemain muda merasakan homesick, tetapi perlahan dirinya ia mampu mengatasi hal tersebut dan menjadi andalan di sektor sayap kanan tim junior United.
Konsisten tampil memukau bersama tim junior, ditambah badai cedera yang menghampiri tim utama, berbuah panggilan untuknya guna berlatih dan dibawa ke dalam skuad utama yang akan bertanding melawan Southampton pada pertengahan musim 1989/1990.
Sayangnya Danny Wallace serta Nial Webb kembali fit jelang pertandingan tersebut sehingga Doherty gagal melakoni debut profesional.
Andai diturunkan dalam pertandingan yang berlangsung 24 Maret 1990 itu, figur yang beroleh julukan The Doc ini baru berumur 16 tahun dan akan memecahkan rekor debutan termuda United sepanjang masa yang saat itu masih dipegang Duncan Edwards (pada tahun 1953).
Meski gagal melakoni debut, pada akhir musim 1989/1990, Doherty mendapat tawaran kontrak profesional selama lima tahun. Kabarnya, kontrak itu merupakan perjanjian kerja dengan durasi terpanjang yang pernah dibuat The Red Devils kepada anak berusia 17 tahun.
Akan tetapi, ia menolak kontrak tersebut dan setelah bernegosiasi hanya menyepakati kontrak selama tiaga tahun. Alasannya tidak menerima kontrak jangka panjang itu karena ia tidak bisa memastikan apakah ingin terus bermain sepakbola hingga lima tahun ke depan atau justru sebaliknya.
Masuk skuad utama di umur yang masih sangat belia, butuh waktu hampir setahun bagi pemuda berpostur 178 sentimeter ini buat masuk tim utama lagi.
Pertandingan kontra Everton pada Sabtu, 2 Maret 1991, jadi momen yang dipersiapkan Ferguson untuk mempromosikan Doherty dan Giggs.
Nahas, ketika segalanya tampak menjanjikan, roda nasib tak berpihak kepada Doherty. Sepakan sebelum partai tersebut, Doherty mengalami cedera lutut kala membela tim junior bertanding melawan Carlisle United.
Cedera itu bikin dirinya menepi selama kurang lebih tujuh bulan. Dalam rentang waktu tersebut, Doherty cuma bisa menyaksikan Giggs yang semakin mendapat kepercayaan Ferguson.
Usai pulih, ia kembali merumput pada 7 Desember 1991 tatkala tim junior United menghadapi tim junior Marine FC. Tragis, di laga itu pula ia kembali mendapat cedera lutut yang bahkan lebih parah dibanding sebelumnya. Pemulihannya pun memakan lebih banyak waktu, kurang lebih satu tahun.
Hantaman cedera jadi guratan nasib yang getir buatnya. Keadaan itu juga yang kemudian mendorong manajemen United untuk melepas sang pemain.
Mimpi bermain dengan seragam The Red Devils dan merasakan treatment dari Ferguson sirna. Merasa masa depannya gelap di Inggris, Doherty pulang ke Irlandia Utara buat membela Derry City.
Sayangnya, performa yang ia suguhkan di sana tak bagus-bagus amat. Cedera lutut parah yang sempat menderanya seperti menggerus kemampuan pria berambut ikal ini. Karier sepakbolanya lantas meredup sejadi-jadinya. Ia pensiun muda.
Usai Sepakbola, Seni dan Kematian yang Tragis
Selain kemampuan sepakbola yang mengundang decak kagum, Doherty juga dikenal sebagai orang yang terobsesi dengan Bob Dylan. Kekagumannya pada peraih nobel di bidang literatur ini, membuatnya begitu piawai menulis puisi, menulis lagu serta bernyanyi.
Kesukaannya itu pula yang bikin Doherty, di suatu momen, berani mengamen di pusat kota Manchester. Ia melakukannya lebih sering daripada memanfaatkan free pass untuk melihat tim utama United bertanding di Stadion Old Trafford.
Selain rutin mengamen, Doherty juga kerap menghibur rekan setimnya kala senggang. Dirinya juga sempat membentuk band bernama The Madhatters yang tidak berusia panjang.
Pada awal musim panas tahun 1992, saat sepakbola sedang libur, Doherty menghabiskan waktu untuk tampil dalam sebuah acara musik di New York, Amerika Serikat, dengan nama panggung McHillbilly. Namun entah mengapa ia tak menggeluti dunia musik secara lebih serius.
Pasca-gantung sepatu, Doherty menjalani hidupnya sebagai karyawan pabrik cokelat di Preston. Lalu kembali ke Irlandia Utara untuk bekerja di pabrik garmen. Selanjutnya, ia mencicipi pekerjaan sebagai porter barang di sebuah hotel di Galway.
Pada tahun 2000, ketika United merayakan gelar Premier League, Doherty tengah bekerja sebagai karyawan kontrak dari sebuah perusahaan mebel di kota Den Haag, Belanda.
Dari pesepakbola muda berbakat lalu menjadi karyawan perusahaan mebel bak sebuah perubahan yang teramat mencolok. Namun ia tak lagi peduli dengan itu, dengan kisah masa mudanya yang gemilang.
Hal terpenting baginya adalah bekerja guna melanjutkan hidup. Bukankah menjadi karyawan perusahaan mebel lebih baik daripada berstatus pengangguran dan doyan mabuk?
Minggu, 7 Mei 2000. Ketika itu, dirinya sedang bergegas menuju tempat kerjanya agar tidak tertinggal kereta pagi. Ia menyusuri sebuah kanal untuk segera sampai ke stasiun.
Tanpa diduga, nasib malang menghampiri. Ia terpeleset di kanal lalu tenggelam karena tidak bisa berenang. Walau tubuhnya berhasil diangkat dari kanal, Doherty tidak sadarkan diri dan mengalami koma sekitar satu bulan lebih.
Namun pada tanggal 9 Juni 2000 atau tepat sehari jelang ulang tahunnya yang ke-27, Tuhan Yang Maha Esa memanggilnya. Seiring waktu, kala United semakin bergelimang prestasi di bawah asuhan Ferguson serta disenjatai dengan Class of 92, nama Doherty pun kian terlupakan.