Selamat Ulang Tahun Persija!

Persija Jakarta di Piala Jenderal Sudirman. Sumber foto: Persija.co.id

Hari ini tepat tanggal 28 November 2015, Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija) berulang tahun. Berdiri sejak tahun 1928, berarti hari ini Macan Kemayoran genap berusia 87 tahun.

Persija masih tercatat sebagai klub dengan gelar juara nasional terbanyak, yakni sepuluh gelar. Sembilan gelar diraih saat kompetisi Perserikatan dan satu lagi ketika menjuarai Liga Indonesia edisi 2001.

Tetapi, seperti yang kita tahu belakangan ini Persija tak sedang benar-benar sehat. Pemberitaan mengenai keterlambatan pembayaran gaji pemain lebih sering kita jumpai dibanding berita tentang prestasinya.

Padahal, Persija tak sekadar klub yang hanya bisa menyepak bola. Ditilik dari sejarah panjangnya, klub ini adalah bagian tak terpisahkan dari pergerakan nasional untuk kemerdekaan Indonesia.

Pada mulanya, Persija bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). Soeri dari klub Setiaki dan A. Alie Soebrata (STER) merupakan dua penggagas pendirian VIJ. Mereka turut mengundang perkumpulan sepak bola, Persatoean Medan Sport (PMS) yang diwakili A. Gaul dan Batamsche Studeendeu yang diwakili A. Hamid.

Di buku 60 tahun Persija, selain nama-nama itu ada nama lain yang dicatat sebagai pendiri. Mereka adalah A. Soerodjo (Setiaki), Tamerin (SDVC), R. Soekardi (STER), dan M. E. Asra (STER).

Saat diputuskan sebagai perkumpulan sepak bola pribumi di Jakarta pun tak lantas namanya VIJ, melainkan VBB. Nama VIJ baru disepakati pada 30 Juni 1929. Jacatra dipilih untuk menggantikan Bataviasche, lalu ada kata Indonesische. Nama itu punya kaitan erat dengan gagasan tentang sebuah negeri yang merdeka, Indonesia.

Tak semua sepakat dengan pergantian ini. PMS memilih keluar dari VIJ karena tak setuju dengan nama yang berbau Indonesia. Tapi, VIJ tak kekurangan anggota, justru ada anggota baru yang bergabung pada 1929, yaitu BSVC dan Tanah Abang.

BACA JUGA:  Tritura Bonek

Lantaran berdiri sebulan setelah Sumpah Pemuda, sejarah VIJ kerap dikaitkan erat dengan salah satu momen paling penting dalam pergerakan nasional itu. Ide pendirian VIJ pun kuat didasari oleh semangat untuk merekatkan hubungan antarkaum pribumi.

Ketika itu pada tahun 1928, ada kebakaran Gang Bunder, Passer Baroe, Batavia-Centrum (sekarang Jakarta Pusat). Klub sepak bola lokal ingin menggelar pertandingan untuk menggalang dana yang nantinya digunakan untuk membantu korban kebakaran.

Gelaran pertandingan sepak bola untuk menggalang dana bagi kepentingan sosial kerap dilakukan pada masa itu. Salah satunya terjadi di Solo ketika VVB (kini Persis) menggalang dana untuk pendidikan melalui turnamen sepak bola untuk memeriahkan pasar malam tahun 1924.

Sayangnya ide mulia tersebut menemui ganjalan. Berniat menggunakan lapangan Deca Park (kini bagian dari Monas) milik Hercules, mereka mendapat tentangan dari Voetbalbond Batavia Omstaken (VBO). Tentu saja ini membuat kecewa banyak pihak.

Kekecewaan itu kemudian menjadi bahan bakar semangat untuk menggagas pendirian bond sepak bola pribumi di Jakarta. Setelah lahir, VIJ kemudian menjadi penantang berat bagi VBO. VIJ juga memperoleh dukungan dari tokoh nasional seperti Ir. Soeratin, Otto Iskandardinata, dan Mohamad Hoesni Thamrin yang menjadi beschermeer (pelindung) bagi VIJ.

Ir. Soeratin kemudian bertemu dengan Soeri dan Soekardi di Jakarta pada Oktober 1929. Pertemuan itu merupakan salah satu upaya Ir. Soeratin untuk membina hubungan antarbond pribumi yang ada, mulai dari Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bandung, hingga Jakarta.

Pertemuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan antarbond di Yogyakarta. Tepat pada 19 April 1930 di gedung Societeit Handre Projo, Yogyakarta, delapan klub berkumpul. Selain VIJ, ada BIVB (Bandung), SIVB (Surabaya), MVB (Madiun), VVB (Surakarta), MIVB (Magelang), dan PSM (Yogyakarta).

BACA JUGA:  Percik-percik Pemahaman: Menyoal Negative Space di Luar Lapangan

Dalam pertemuan itu disepakati pendirian Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI). Kata sepakraga kemudian diganti dengan sepak bola pada kongres 1950.

Dukungan M. H. Thamrin pun semakin besar. Beliau membeli lapangan di Pulo Piun yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Petojo. Pada tahun 1930 M. H. Thamrin menghabiskan uang 2.000 gulden untuk membangun pagar lapangan.

Langkah VIJ pun makin mantap untuk menjadi suatu perkumpulan yang kuat, baik dari segi olahraga maupun sumbangsihnya bagi pergerakan nasional. Setelahnya VIJ meraih gelar juara kompetisi PSSI pada tahun 1931, 1933, 1934, dan 1938.

Menilik sejarah panjang yang dimiliki Persija, rasanya kurang elok jika tim ini terus terpuruk. Momentum ulang tahun ini bertepatan dengan bergulirnya Piala Jenderal Sudirman dan akan ada pemilihan ketua umum baru Persija.

Menjadi penting kemudian untuk menggunakan kedua momentum itu bagi kebangkitan Persija. Menjadi klub yang sehat dan disegani di Indonesia. Tak lupa pula untuk memikirkan kembali wacana mengembalikan warna merah sebagai identitas dan warna kebesaran Persija.

Selamat ulang tahun Persija, semoga lekas ada langkah serius demi perbaikan klub.

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.