Ole dan Bayang-Bayang Ferguson

Melawat ke Stadion King Power yang merupakan kandang Leicester City (16/10), Manchester United asuhan Ole Gunnar Solskjaer berambisi membawa pulang angka penuh.

Skema 4-2-3-1 yang selalu menjadi andalan sang pelatih kembali ditampilkan. Cristiano Ronaldo mengisi pos striker tunggal. Ia didukung oleh trio Bruno Fernandes, Mason Greenwood, dan Jadon Sancho.

Sementara Nemanja Matic dan Paul Pogba diturunkan sebagai poros ganda buat melapisi lini pertahanan yang ditempati Victor Lindelof, Harry Maguire, Luke Shaw, Aaron Wan-Bissaka dan sang kiper, David de Gea.

Sayangnya, rencana Ole hanya tinggal rencana. Brendan Rodgers dan anak asuhnya memberi perlawanan yang luar biasa.

Hasilnya pun bisa ditebak, United takluk dari Leicester dengan skor 2-4. Asa meraup poin musnah, The Red Devils pun kudu menerima nasib terlempar dari lima besar klasemen sementara.

Selepas pertandingan tersebut, tanda pagar #OleOut membumbung tinggi di kolom trending topic media sosial Twitter. Baik di Indonesia maupun dunia.

Menjadi pelatih United memang bukan pekerjaan sepele. Sorotan dari fans United maupun fans klub lawan bakal terus dirasakan dalam setiap momen, susah ataupun senang.

Kekalahan dari The Foxes membuat kubu yang selama ini geram dengan performa tim dan ingin melihat Ole secepatnya pergi dari Old Trafford semakin di atas angin.

Di sisi lain, mereka yang masih memercayai Ole tetap yakin bahwa lelaki berkebangsaan Norwegia itu harus diberi waktu untuk berproses.

Kekalahan United dari Leicester memang menyesakkan. Ole sebagai pelatih tentu memiliki andil sehingga hal itu terjadi.

Akan tetapi, kita mesti bersepakat bahwa ada peran para pemain di balik catatan negatif tersebut. Performa buruk mereka menjadi makanan empuk buat Jamie Vardy dan kawan-kawan.

BACA JUGA:  Identitas Inter

Dalam kancah sepakbola, proses untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah tim yang solid serta pilih tanding memang butuh waktu.

Ada yang bisa mencapainya dalam tempo cepat, tapi banyak juga yang menghabiskan waktu lebih dari lima musim untuk sampai di titik itu.

Tuntutan itu pula yang bikin hampir seluruh klub sepakbola di dunia “menghalalkan segala cara” demi memenangkan gelar.

Contohnya seperti Chelsea yang tak ragu untuk menggonta-ganti pelatih dalam tempo singkat guna mewujudkan ambisi mereka meraih titel.

Lalu ada Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Real Madrid yang tak henti-henti merekrut bintang sepakbola demi memperkukuh armada tempurnya.

Terkait presensi Ole di bangku pelatih United, sebetulnya juga lekat dengan aroma romantisme.

Ia merupakan eks penggawa United di era 1990-an sampai 2000-an. Ole menjadi bagian tim yang sukses meraih begitu banyak prestasi pada era kepelatihan Sir Alex Ferguson.

Eks pelatih Molde ini digadang-gadang bisa menjadi figur yang membawa kejayaan kembali ke Old Trafford.

Meski perjalanannya kini tak mudah karena senantiasa beroleh kritik, banyak juga yang menyandingkan Ole dengan Ferguson. Khususnya mengenai perjalanan mereka sebagai pelatih.

Dahulu, sebelum memanen begitu banyak piala, Ferguson juga kesulitan membuat United tampil hebat pada periode awal kepelatihannya.

Bahkan pada musim ketiganya membesut tim, banyak desakan kepada manajemen yang meminta agar dirinya dicopot. Baik melalui chant yang dinyanyikan fans maupun banner di tribun.

Mujur, manajemen bergeming. Mereka percaya kepada Ferguson dan memetik buahnya beberapa musim kemudian.

Andai saat itu pihak manajemen mengabulkan desakan fans, mungkinkah The Red Devils sanggup menahbiskan diri sebagai tim yang rajin menjuarai liga pada era Premier League serta merebut dua titel Liga Champions?

BACA JUGA:  Sepak Bola Tak Selalu Tentang Rivalitas

Lantas, bisakah cerita yang sama bisa didapat dari Ole? Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Sebagai penggemar United, saya juga menginginkan klub ini kembali berada di jalur kemenangan dan menyabet gelar-gelar bergengsi, entah di level domestik maupun kontinental.

Akan tetapi, fans harus ingat bahwa untuk sampai ke sana, ada banyak proses yang kudu dilalui United terlebih dahulu. Proses yang tak selalu menyenangkan dan bahkan cenderung penuh oleh hal-hal menyebalkan.

Melihat grafik United selama ditukangi lelaki Ole beberapa musim terakhir, sang juru taktik memperlihatkan jika dirinya mampu membawa aura perubahan.

Dan selayaknya Ferguson, kesempatan untuk Ole harusnya masih terbuka. Jangan sampai The Red Devils membuang berlian demi seonggok emas yang kilaunya hanya bertahan sebentar.

Komentar
Sulung dari tiga bersaudara. Penyuka Manchester United dan kari kambing pada hari raya bikinan Ibu. Sambat dan berkicau lewat akun Twitter @perapikosongan