Juventus kembali gagal meraih kemenangan dalam lanjutan Serie A pekan ketiga. Si Nyonya Tua ditahan imbang oleh Chievo Verona 1-1. Ini menjadi raihan poin pertama bagi La Vecchia Signora. Hasil ini juga menjadi salah satu rekor tersendiri bagi sang juara bertahan Serie A lantaran baru berhasil memperoleh satu poin dalam tiga pertandingan.
Namun, hasil imbang ini sejatinya tak menunjukan jalannya pertandingan secara keseluruhan. Karena pada dasarnya Juventus bermain dengan determinasi tinggi dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Bahkan permainan Juventus pada pertandingan kali ini terhitung lebih baik dari 2 pertandingan Serie A sebelumnya. Sementara Chievo sendiri lebih sering menumpuk pemainnya di depan gawang untuk mencegah para pemain tuan rumah mencetak gol.
Juventus memulai pertandingan dengan formasi 4-3-1-2. Marchisio-Pereyra-Sturaro menjadi poros lini tengah. Dan pemain baru, Hernanes, bermain sebagai playmaker menopang duet striker muda, Alvaro Morata-Paulo Dybala. Meninggalkan Mario Mandzukic di bangku cadangan bersama Paul Pogba dan Giorgio Chiellini-dua pemain yang akrab dengan starting eleven.
Permasalahan dirigen permainan masih menjadi tema utama dalam permainan sang empunya Juventus Stadium pada musim ini. Hal ini kembali terlihat dalam permainan semalam. Memang Juve tampil menguasai pertandingan dengan ball possession sebesar 70 %. Namun, Juventus tak bisa mengatur tempo permainan seperti musim lalu. Claudio Marchisio yang diplot menggantikan tugas Andrea Pirlo, gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini dikarenakan Il Principino belum fit sepenuhnya dan para pemain Chievo menjaganya dengan baik.
Gagalnya Juve mengatur tempo, membuat permainan mereka terlihat buru-buru. Ketenangan dalam memainkan bola seperti musim lalu, seperti hilang. Alhasil serangan yang dibangun tidaklah matang dan terancang dengan baik. Bahkan cenderung menggebu-gebu tanpa pola yang jelas. Namun, La Vecchia Signora masih mampu mencatatkan 26 shots dalam pertandingan ini.
Permainan menyerang terburu-buru ala Juventus baru ini masih ditambah dengan kerja sama yang kurang baik dari anak-anak Vinovo ini. Trisula Hernanes-Morata-Dybala, seperti bermain sendiri-sendiri. Kerja sama mereka tidak solid dan posisi mereka sering berbenturan sama lain. Sehingga dari tendangan sebanyak itu, hanya menghasilkan 6 shots on target. Itu pun lebih banyak dihasilkan lewat tendangan luar kotak penalti.
Tahu bahwa serangan lewat tengah tak bisa diandalkan, Juve mencoba serangan lewat sayap untuk membongkar pertahanan Chievo. Serangan lewat sayap kiri yang digalang oleh Alex Sandro dan Martin Caceres di sayap kanan beberapa kali berhasil menembus pertahanan Chievo. Berkali-kali Alex dan Martin melakukan penetrasi ke kotak penalti Chievo dan melakukan crossing. Namun, hal itu seperti percuma dan terbuang sia-sia, karena pertahanan ketat yang digalang para pemain Chievo.
Masuknya Paul Pogba dan Juan Cuadrado di babak kedua sedikit menambah variasi serangan Juventus. Nama terakhir bahkan memperoleh rating tertinggi bersama sang kapten, Gigi Buffon.
Serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Juventus akhirnya berbuah penalti ketika akselerasi Juan Cuadrado harus dijatuhkan secara ilegal di kotak penalti. Dan Paulo Dybala sukses menuntaskannya menjadi gol sekaligus menyelamatkan muka tuan rumah dari kekalahan ketiga berturut-turut.
Sementara tim tamu, Chievo bermain dengan menumpuk banyak pemain di lini belakang. Para pemain lini tengah mereka berhasil mematikan peran Marchisio sehingga aliran serangan Juve tak terkoordinir seperti musim lalu. Mereka bahkan berhasil mencuri gol di awal pertandingan lewat tendangan voli dari luar kotak penalti melalui Perparim Hetemaj. Setelah itu, tim asal Verona ini lebih banyak menunggu untuk melancarkan serangan balik sembari menutup ruang gerak para pemain lini tengah Juventus.
Meski begitu, Chievo sempat membuat beberapa peluang. Bahkan mereka sempat menggandakan kedudukan pada menit ke 62 lewat Bostjan Cesar sebelum gol tersebut dianulir. I Gialloblu juga sempat menciptakan kemelut di depan gawang Gianluigi Buffon. Namun, kegigihan Buffon berhasil mematahkan serangan mereka.
Bagi Juventus sendiri, hasil imbang ini sedikit banyak terjadi bukan karena pola serangan matang seperti musim lalu. Namun, lebih kepada skill individu dari Juan Cuadrado. Ini berarti Allegri masih memiliki pekerjaan rumah membangun koordinasi yang apik sepeninggal Andrea Pirlo, sembari berharap kesembuhan Claudio Marchisio dapat membuat koordinasi permainan Juventus membaik. Yang jelas kehilangan tiga pilar penting dalam diri Andrea Pirlo, Arturo Vidal, dan Carlos Tevez belum bisa ditutupi sepenuhnya oleh para pemain baru Juventus.