Juventus (1-3) Barcelona: Juve Impresif Namun Tanpa Konektivitas yang Baik di Setiap Fase
Skema dan susunan pemain yang diturunkan oleh kedua tim pada laga ini sesuai dengan yang telah diperkirakan. Berita besar yang datang dari kubu Juventus adalah absennya Giorgio Chiellini yang mengalami cedera otot betis saat sesi latihan.
Pressing awal
Juventus memulai pertandingan dengan menerapkan sistem pressing blok tinggi. Mereka mencoba untuk mengganggu sirkulasi bola Barcelona pada fase build-up. Sistem pressing yang mereka terapkan memiliki orientasi penjagaan pemain lawan terutama pada pemain-pemain yang beroperasi di area sentral. Dengan orientasi ini, maka setiap pemain akan memiliki akses pressing terhadap lawan yang dijaganya sehingga progresi bola Barcelona via area sentral tidak dapat dilakukan.
Pada fase build-up ini, pemain Barcelona yang tidak mendapatkan penjagaan adalah fullback. Hasilnya, Barcelona dapat keluar dari pressing yang diterapkan Juventus via kedua fullback-nya untuk dapat terhubung dengan Sergio Busquets. Ketika bola dikuasai oleh fullback Barcelona, maka Arturo Vidal harus meninggalkan penjagaan terhadap Busquets untuk menjaga akses terhadap bola. Hal ini penting karena tanpa adanya akses yang dimiliki Vidal terhadap bola, maka sebenarnya Juventus meninggalkan Andrea Pirlo sendirian meng-cover area yang cukup luas.
Ketika Vidal meninggalkan penjagaan terhadap Busquets, maka Barcelona dapat dengan mudah keluar dari tekanan. Hal ini dikarenakan Busquets akan berada dalam posisi yang cukup bebas sehingga dapat memilih opsi umpan terbaik yang dimilikinya. Idealnya, ketika Vidal meninggalkan akses pressing terhadap Busquets, maka kedua penyerang Juventus-lah yang harus memberikan pressing terhadap dirinya. Namun, karena orientasi penjagaan lawan yang diterapkan oleh Juventus, maka Alvaro Morata dan Carlos Tevez akan terpisah pada jarak yang cukup jauh dan tidak memiliki akses pressing sama sekali terhadap Busquets.
Penjagaan terhadap Busquets
Pada fase bertahan terorganisasi, skema 4-3-1-2 Juventus bertransformasi menjadi 4-4-2 dengan Vidal turun hingga sejajar dengan Pirlo. Di sini, akses ke Busquets yang semula milik Vidal seharusnya menjadi milik duo penyerang Juve. Namun, dalam beberapa kesempatan mereka justru membiarkan Busquets bebas di ruang antarlini dan pada kesempatan lainnya mereka juga turun lebih dalam di depan Busquets. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada orientasi khusus terhadap Busquets yang merupakan kunci permainan Barcelona.
Barcelona memiliki pola progresi dengan fokus di area half space. Ketika penetrasi lebih jauh tidak dapat dilakukan, maka mereka akan memindahkan bola ke sisi lainnya. Aktor penting yang menjadi titik pemindahan bola ini adalah Busquets. Pemindahan bola via Busquets akan lebih cepat apabila dibandingkan via kedua bek mereka. Apabila pemindahan bola Barcelona harus dilakukan via kedua bek-nya, maka mereka akan kehilangan tempo yang cukup berharga yang dapat digunakan untuk mengakses jalur umpan yang terbuka ketika Juve harus bergeser. Oleh karena itu, penjagaan konstan terhadap Busquets adalah hal yang harus dilakukan.
Gol pertama yang dicetak oleh Ivan Rakitic melibatkan pemindahan bola via Busquets yang tidak mendapat pengawalan sama sekali.
Gambar di atas menunjukkan tidak adanya pengawalan terhadap Busquets. Neymar yang tidak dapat melakukan penetrasi memindahkan bola via dirinya. Dapat diperhatikan posisi Tevez yang alih-alih menjaga Busquets justru menjaga Alves.
Gambar di atas menunjukkan setelah bola dipindah dari sisi kiri ke sisi kanan maka akan terbukalah jalur umpan. Di sini, Vidal berusaha untuk menutupnya sehingga memaksa Marchisio untuk merapat demi mempertahankan kompaksi horizontal. Akibatnya, Stephan Lichtsteiner kemudian terjebak berada dalam situasi 1vs2 melawan Neymar dan Jordi Alba. Dapat diperhatikan, posisi Patrice Evra juga menyebabkan munculnya situasi 1vs2 yang diderita oleh Lichtsteiner. Tidak hanya itu, posisinya juga menyebabkan lini bertahan Juventus dalam situasi 3vs3 di mana Leonardo Bonucci menjaga Rakitic, Andrea Barzagli menjaga Luis Suarez, dan Lichtsteiner menjaga Neymar. Alhasil, ketika Alba melakukan overload terhadap Lichtsteiner, maka penetrasi dapat dengan mudah dilakukan.
Sistem pertahanan Barcelona
Pada pertandingan ini, Barcelona bertahan dalam skema 4-4-2 di mana Messi bergabung dengan Suarez di lini terdepan Barcelona. Hal ini dilakukan mengingat lawan memiliki pemain no. 6 yang mahir dalam mendistribusikan bola, yaitu Pirlo.
Gambar di atas menunjukkan bagaimana skema 4-4-2 yang digunakan oleh Barcelona ketika mereka tidak menguasai bola. Skema 4-4-2 ini bukanlah transformasi dari skema 4-1-4-1 mereka. Dapat diperhatikan bahwa Suarez mengorientasikan dirinya terhadap Pirlo. Apabila Messi bergabung dalam rantai lini tengah pada skema 4-1-4-1, maka lini belakang Juventus akan nyaman dalam melakukan sirkulasi bola. Dengan adanya Messi yang menemani Suarez, maka Pirlo dapat dikawal dan sirkulasi bola Juventus pun dapat dicegah. Selain itu, pemosisian Messi ini juga membuatnya lebih mudah mengakses area sentral di mana dirinya dapat terhubung dengan opsi yang lebih banyak.
Zonal marking yang diterapkan Barcelona memiliki orientasi opsi di mana mereka mendapatkan akses pressing dengan cara membatasi opsi lawan dan mengarahkan sirkulasi bola ke area tertentu sebelum menutup opsi yang dimiliki pemain yang masuk ke area tersebut. Hal ini kurang begitu terlihat sepanjang babak pertama, mengingat Barcelona sangat dominan dengan total penguasaan bola mencapai 66.3%. Namun, gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana mereka melakukan hal tersebut.
Pada gambar tersebut, Barcelona mengarahkan opsi yang dimiliki oleh Gianluigi Buffon hanya ke sisi kanan (lingkaran kuning). Ketika bola berada di area tersebut, maka Barcelona akan menutup seluruh opsi yang dimiliki pemain di area tersebut, dalam kasus ini Lichtsteiner. Namun, sebelum bola mencapai Lichtsteiner, Neymar berhasil memotong umpan yang diberikan Buffon.
Skema 4-4-2 ini membuat sisi kanan Barcelona menjadi lebih rentan. Heat map di atas menunjukkan serangan-serangan Juventus lebih banyak dilakukan dari sisi kiri. Namun, serangan-serangan tersebut lebih bersifat langsung dan kurang variatif. Tidak ada pemain yang berfungsi sebagai outlet di sisi kiri pertahanan Barcelona untuk digunakan sebagai target pemindahan bola. Outlet ini sangat berguna karena dapat menciptakan situasi 1vs1 di sisi yang jauh dari bola. Fungsi dari outlet di sisi yang jauh dari bola ini dapat kita lihat pada gol Juventus yang dicetak oleh Alvaro Morata.
Pada gambar di atas terlihat bagaimana Alves berusaha untuk membantu Gerard Pique yang berada dalam situasi 1vs1 melawan Carlos Tevez. Namun, hal tersebut justru meninggalkan Morata tidak terjaga di sisi yang jauh dari bola. Sementara itu, Lichtsteiner yang berada dalam situasi 1vs3 mampu memberikan bola ke Tevez yang tembakannya mampu diblok ter Stegen sebelum disambar Morata. Dapat dilihat posisi Rakitic yang terlalu jauh untuk dapat membantu meng-cover Alves.
Situasi seperti pada gambar di atas inilah yang kurang dimanfaatkan oleh Juventus di mana mereka melakukan overload di sisi kanan Barcelona kemudian memindahkan bola ke sisi yang jauh yang mengalami underload.
Counterattack dan counterpressing
Sepanjang pertandingan, tidak sekali pun Juventus sukses melepaskan tembakan yang berasal dari serangan balik. Dari total 14 tembakan yang dilakukan Juve, 11 diantaranya berasal dari open play, sedangkan tiga sisanya berasal dari set piece. Hal ini tidak terlepas dari counterpressing yang dilakukan Barcelona.
Selain itu — seperti yang telah disebutkan sebelumnya — skema 4-3-1-2 yang diterapkan oleh Massimiliano Allegri tidak memiliki seorang pemain yang dapat berfungsi sebagai outlet dan hanya menyisakan dua penyerang di depan. Hal ini selain membuat counterpressing Barcelona menjadi semakin efektif, sekaligus memengaruhi counterattack Juventus karena sebagian besar pemain mereka berada di area sentral. Hasilnya, ketika kesempatan untuk melakukan counterattack muncul, sebagian besar pemain terlambat ikut bergabung dalam serangan.
Pada gambar di atas terlihat situasi counterattack yang dilakukan Juventus hanya dilakukan dalam situasi 7vs3.
Barcelona kembali ke 4-1-4-1
Seperti terlihat pada gambar di atas, setelah Juventus berhasil menyamakan kedudukan, Messi kembali ke sayap dan membentuk skema 4-1-4-1 saat bertahan. Sementara itu, Suarez tetap berorientasi pada Pirlo. Hal ini membuat sirkulasi bola di lini belakang Juventus lebih lancar dibanding pada babak pertama sehingga Juventus menjadi terlihat lebih berani keluar menyerang. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan konektivitas yang baik. Pada laga ini, outlet serangan utama mereka adalah duo no. 8, Paul Pogba dan Claudio Marchisio dan ketika bola hilang, Juventus tidak memiliki back-up di lini tengah untuk melakukan counterpressing. Gambar di bawah ini merepresentasikan hal tersebut dengan baik.
Pada gambar tersebut, terlihat Pogba baru saja kalah duel dari Alves. Sementara itu, tidak ada pemain yang mampu memberikan back-up terhadap Pogba. Bahkan, Rakitic dan Busquets berdiri cukup bebas tanpa ada pengawalan. Hal ini kemudian mengawali counterattack yang dilakukan Barcelona yang berbuah gol Suarez. Gol inilah yang kemudian mengunci kemenangan Barcelona atas Juventus.