Arsenal vs Chelsea: Adu Sakti Dua Azimat

Selain olah kanuragan taktik antara monsieur Arsene Wenger dan meneer Guus Hiddink, laga #SuperSunday nanti juga akan menyajikan pertarungan azimat dahsyat. Azimat apa yang dimaksud?

Garam yang diberi jampi-jampi? Kencing di lapangan seperti Sergio Goycochea pada Piala Dunia 1990? Atau seperti John Terry yang selalu duduk di urutan bangku bus yang sama? No, ke-ghoib-an nanti justru lebih dahsyat, apalagi azimat milik Arsenal.

Tiga angka dari laga semi-big match nanti akan bernilai sangat tinggi bagi Arsenal. Poin yang sama dengan Leicester City dan hanya berjarak sebiji dari Manchester City di posisi tiga.

Jika tergelincir, bukan tidak mungkin Tottenham Hotspur yang tumben masuk ke empat besar bisa menjadi ancaman. Saat ini, Hotspur duduk di peringkat ke-4 dengan nilai 39, terpaut lima poin dari Arsenal di pucuk klasemen sementara. Bahkan, Manchester United di luar empat besar pun bisa mengancam. Sengit benar di papan atas.

Sementara itu, tiga angka juga agak penting bagi Chelsea untuk keluar dari jerat daya tarik jurang degradasi. Duduk di posisi ke-14, Chelsea dengan luar biasa berhasil mengumpulkan 25 poin. Saingannya, antara lain Bournemouth, Norwich City, Swansea City, dan Newcastle United yang jarak mereka pun terjaga rapat satu rentangan tangan. Mungkin dulu jagoan baris-berbaris sewaktu ikut Tonti (Pleton Inti) di SMA. Sengit benar di papan bawah.

Sejarah dan gengsi satu kota akan menjadi pemantik panasnya laga nanti. Benturan fisik harus dimaklumi jika terjadi, apabila jika Diego Costa lolos pemeriksaan medis. Kisahnya bersama Gabriel Paulista di pertemuan pertama musim ini tentu masih segar dalam ingatan. Cacian, baik di lapangan, nyanyian cemoohan suporter, hingga adu kata-kata di media sosial adalah pelangi laga antara The Gunners melawan The Blues. Maka, kemenangan adalah harga mati.

BACA JUGA:  Anthony Taylor: dari Penjara ke Lapangan Hijau

Azimat atau jamak disebut jimat merupakan barang (berupa benda) atau tulisan yang mempunyai kesaktian dan dapat melindungi si empunya. Arsenal dan Chelsea pun punya azimat yang bisa menentukan hasil laga nanti.

Sebagai tim tamu, Chelsea mempunyai satu azimat yang hanya berfungsi apabila Guus Hiddink menjabat sebagai pelatih. Azimat yang dimaksud adalah John Obi Mikel.

Gelandang bertahan asal Nigeria yang saat mudanya menjadi rebutan Chelsea dan Manchester United ini menemukan performa terbaiknya kala Hiddink duduk di kursi panas kreasi Roman Abramovic. Kok ya kebetulan, Hiddink dua kali menjadi pelatih sementara ketika Chelsea memecat pelatihnya. Terakhir, manajer asal Belanda tersebut menggantikan Jose Mourinho.

Saat masih dilatih Mourinho, nama Obi Mikel jarang tampil di sebelas pemain utama. Lima kali tampil di bawah Mourinho musim ini, Mikel hanya mengantongi 177 menit. Mikel hanya tampil sebagai pemain inti ketika Chelsea bersua Liverpool dan Everton. Namun perubahan terjadi ketika Hiddink datang. Hiddink datang, Mikel senang.

Dua kali dibesut Hiddink, nama Mikel lebih sering tampil, dan Chelsea menikmati kesaktian  kombinasi tersebut. Tercatat dalam 18 laga ketika Mikel tampil di bawah panduan Hiddink, Chelsea memenangi 15 laga dan tiga kali imbang. Tanpa sekalipun kalah.

Apa resep kesaktian azimat Mikel? Hiddink menyebut Mikel mampu menghadirkan keseimbangan di lapangan tengah. Mikel dipandang Hiddink mempunyai mata yang awas dan mempunyai kemampuan recovery bola yang bagus.

Seperti hubungan kekasih, saling memberi, saling menerima. Dari Mikel, Hiddink mendapatkan kemampuan terbaik sebagai penyeimbang di lapangan tengah. Dari Hiddink, Mikel mendapatkan kepercayaan bahwa dirinya akan berkembang lebih baik musim ini.

Kondisi ini melahirkan ikatan kuat dan rasa percaya diri si pemain pun terangkat. Klub sendiri merasakan nikmat cinta di antara keduanya. Mikel (di bawah asuhan Hiddink), adalah azimat Chelsea.

BACA JUGA:  Tidak ada Pemain yang Lebih Besar dari Klub

Kali ini kita telaah azimat milik Arsenal. Sudah penulis sebutkan di atas bahwa azimat milik Arsenal lebih dahsyat ketimbang milik Chelsea. Bersama azimat satu ini, Arsenal tidak pernah takluk di kandang sendiri ketika mentas di panggung liga.

Tercatat 54 laga dilalui di kandang tanpa menelan kekalahan apabila si azimat bermain di lapangan tengah. Sebuah catatan yang impresif, dan tentu menakutkan. Dan, apakah pembaca tahu di mana laga nanti akan digelar? Ya, di Emirates! Kandang Arsenal, tempat angker karena ada Eyang Flamini. Maka jangan macam-macam dengan Mathieu Flamini.

Tidak perlu syarat macam-macam. Jika kesaktian Mikel baru terpicu jika Hiddink melatih, keampuhan Flamini lahir tanpa syarat, seperti seharusnya cinta dan Long Distance Relationship.

Meski acap kali membuat fans Arsenal gundah ketika ia tampil, Flamini selalu mampu melewati laga dengan manis. Jelas manis, karena tiga angka menjadi milik Arsenal, atau setidaknya tidak kalah dan mengantongi satu poin. Mengerikan bukan azimat Arsenal? Barcelona berminat? Atau Real Madrid bisa mengajukan tawaran mumpung masih boleh transfer pemain.

Pada akhirnya, laga #SuperSunday antara Arsenal dan Chelsea, terlepas dari posisi kedua tim, selalu menghadirkan semangat meng-gaprak yang lebih menggelegak ketimbang laga lain. Azimat siapa yang lebih kuat? Mungkin Mikel bisa mengencingi lapangan dahulu apabila gentar dengan catatan mengerikan Flamini di atas.

Well, tentu sebuah kemenangan tidak hanya ditentukan oleh kuat-kuatan dukun atau keberadaan azimat semata. Pertandingan dimenangkan dengan taktik yang pas, kerja sama yang padu, kerja keras semua pemain, fans yang tak lelah mendukung, dan tentu saja cinta (dan air mata bagi beberapa orang).

 

Komentar
Koki @arsenalskitchen.