Jujur saja, awalnya kami kesulitan untuk menentukan menulis apa untuk hari ini di fandom.id. Lalu, terbersit pikiran bahwa ada banyak sekali hal-hal sederhana mengenai sepakbola, utamanya tentang sepakbola Indonesia, yang tidak (belum) diketahui khalayat ramai.
Bermula dari itulah kemudian kami membuat obrolan di Twitter dengan hestek #TanyaFandom. Anda boleh bertanya apa saja tentang sepakbola Indonesia, nanti dari banyaknya pertanyaan yang masuk akan dipilih untuk dijawab.
Dan inilah edisi perdana #TanyaFandom. Ada banyak pertanyaan masuk, tapi dengan keterbatasan kemampuan untuk menjawab dan memilih untuk yang mendasar, maka inilah pertanyaan-pertanyaan yang dipilih.
Umumnya memang pertanyaan mendasar. Jika pengetahuan umum ini tidak sengaja ditutup-tutupi maka publik sebenarnya mudah untuk memperoleh informasinya. Atau jika semuanya berjalan dengan sebagaimana mestinya, semua punya hak informasi yang sama.
Bagaimana cara menjadi pelatih sepakbola di Indonesia?
@Fandom_ID Langkah-langkah/cara jadi pelatih di Indonesia gimana? yang tanpa harus jadi pemain bola profesional dulu 😅#tanyaFandom
— Ibnu A Kafi Badarie (@kafibadarie) April 11, 2017
Pertanyaan serupa dengan yang ditanyakan oleh Ibnu A. Kafi Badarie ini banyak. Kita memang kesulitan untuk tahu bagaimana cara menjadi pelatih sepakbola, apalagi jika kita hanya mengandalkan publikasi di media massa. Tidak banyak bukan informasi yang mengabarkan tentang kursus kepelatihan?
Untuk menjadi pelatih sepakbola profesional tanpa menjadi pemain bola profesional itu mungkin, sangat mungkin. Caranya? Mulailah untuk bergaul di lingkungan sepakbola. Jangan hanya main Football Manager, tapi cobalah datangi Sekolah Sepakbola (SSB) terdekat di lingkungan kamu tinggal.
Mulai menonton, berkenalan, dan bercengkerama dengan para pelaku sepakbola akar rumput. Untuk menjadi pelatih profesional memang perlu dimulai dari bawah. Lalu, mulailah untuk ikut terlibat aktif, SSB biasanya membutuhkan bantuan untuk mengurus SSB-nya karena memang sulit untuk sekadar mengelola SSB saja.
Kalau nanti sudah cocok dan mantap menjadi pelatih, baru mulai untuk ikut kursus kepelatihan. Infonya biasanya berasal dari satu SSB ke SSB lain, karena otoritas sepakbola (PSSI maupun Asosiasi Provinsi) mengabarkan tentang kursus ini ke jaringan SSB-nya.
Jenjangnya jika dahulu ada lisensi D, lalu C, B, dan A Nasional. Tapi itu era lama, sekarang semuanya sudah langsung lisensi dari AFC, yang berjenjang dari lisensi C, B, dan A. Semuanya harus kamu mulai dari bawah dan pengalaman terjun langsung seperti di SSB akan sangat penting.
Berapa biayanya? Sekali kursus dan belum tentu lulus, setidaknya kamu mesti mengeluarkan 7,5 juta rupiah.
Jika kamu punya kemampuan finansial lebih dan yakin dengan pengetahuan sepakbola, maka bisa dengan pergi ke Eropa. Mengambil lisensi UEFA.
Lisensi UEFA dinilai sebagai kursus kepelatihan terbaik di dunia. Tapi, biayanya mahal, kenapa? Karena Anda harus punya tim untuk dilatih dan rentang pendidikannya bisa berbulan-bulan, bahkan dalam bilangan tahun kalau sudah dalam tahap UEFA Pro A. Bandingkan dengan AFC yang durasi kursusnya paling sekitar 14 hari.
Pelatih Indonesia yang cukup berani dan pandai untuk memilih kursus UEFA adalah Jan Saragih, yang sempat jadi pelatih kepala Persija Jakarta.
Uniknya, Jan kemudian diminta kembali jadi asisten pelatih karena dia “hanya” UEFA B, sementara jika Anda ke Eropa, lisensi AFC Anda akan diturunkan, misalnya kita memegang AFC A lalu mau menjadi pelatih di Eropa, valuenya hanya setara UEFA B.
Teman saya, Qo’id Naufal, yang juga menjadi penulis di fandom.id kini sedang merintis kariernya sebagai pelatih. Dia bisa bermain sepakbola tapi bukan pemain profesional.
Dia mulai membuat analisis, lalu publik mengenalnya. Lambat laun dia mulai terjun langsung, mulai dari tim kampus, tim statistik PSS Sleman, analis Persija, dan kini menjadi pelatih kepala FC UNY.
Di UNY dia memulainya sebagai asisten pelatih. Setelah Guntur C. Utomo memenuhi panggilan tugas negara, Naufal naik pangkat. Kini, dia memimpin FC UNY yang berlaga di Liga Nusantara dan juga mulai terlibat aktif di tim universitas serta akademi UNY yang sedang berproses.
Apakah dia memiliki lisensi? Tidak, tapi dia punya cukup pengetahuan dan pengalaman. Namun, ke depan dia harus memikirkan untuk mengambil lisensi agar bisa meningkatkan level kepelatihannya. Dan rasanya dia tahu itu, yang jelas dia berada di jalan yang benar untuk menjelma menjadi salah satu pelatih top sepakbola Indonesia.
Jika saya menjadi ketua PSSI
@Fandom_ID @hasbisy Jika anda menjadi ketua PSSI, apa yang anda ingin lakukan untuk meningkatkan kualitas liga dan timnas Indonesia? #tanyaFandom
— Rizki Saputra (@CallmeRizki) April 11, 2017
Untuk kesekian kalinya saya memperoleh pertanyaan seperti ini, tapi ya ini saya pilih karena konteksnya berkelindan dengan pertanyaan pertama.
Guna meningkatkan kualitas liga dan timnas Indonesia jelas perlu talenta muda yang memiliki kemampuan olah bola mumpuni, fisik bagus, dan mental yang kuat. Kuncinya pembinaan pemain muda.
Tapi, jangan hanya sebatas menggaungkan pembinaan pemain muda, kenapa? Karena penting juga untuk melakukan pembinaan pelatih. Kursus kepelatihan dan diskusi mengenai sepakbola yang menyentuh hal teknis perlu terus dilakukan.
Selama ini PSSI bisa dikatakan jarang untuk proaktif meningkatkan kualitas pelatih kita. Padahal ini penting, karena pelatih-pelatih itulah yang akan mendidik talenta muda kita. Jangan hanya memberikan kursus pada pelatih yang ada di liga profesional tapi menyeluruh sampai ke pelatih yang mengurus SSB.
Pertanyaan awam mengenai cara menjadi pelatih rasanya banyak sekali yang penasaran. Tapi, itulah gambaran bahwa kita belum serius untuk membuat program pendidikan bagi pelatih sepakbola, agar ilmunya meningkat, selalu ada peningkatan kualitas.
Sepakbola senantiasa berkembang, jadi meski sudah memiliki lisensi A AFC, keilmuan sepakbolanya perlu terus dikembangkan. Di dunia strategi sepakbola senantiasa berkembang, jadi kita jangan hanya puas gini-gini saja.
Pelatih kita perlu terus belajar dan sebagai federasi, sudah sepatutnya untuk mengakomodasi kebutuhan untuk belajar itu.
NB: Mohon maaf tidak semua pertanyaan terjawab, nanti kita ketemu di edisi minggu depan ya! Kalian bisa bertanya di kolom komentar atau di Twitter dengan hestek #TanyaFandom