Dalam kurun 15 tahun terakhir, penikmat sepakbola dimanjakan oleh aksi-aksi luar biasa dari dua pesepakbola hebat sekaligus ikon sepakbola modern, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Baik Messi maupun Ronaldo acap menyihir kita dengan aksi-aksi mengagumkan yang bahkan di luar nalar.
Skill mereka sungguh adiluhung. Hal itu tercermin dari banyaknya prestasi, baik individu maupun kolektif, yang sukses didapatkan lelaki Argentina dan Portugal tersebut.
Messi punya enam gelar Ballon d’Or, sementara Ronaldo memiliki lima. Messi mengoleksi empat titel Liga Champions sedangkan Ronaldo punya lima. Torehan-torehan tersebut dilengkapi dengan berbagai trofi juara lainnya.
Bedanya, di level tim nasional, Messi hanya punya medali emas Olimpiade Beijing 2008 saat Ronaldo sudah mengecup gelar Piala Eropa 2016 dan UEFA Nations League 2018/2019.
Prestasi-prestasi tersebut menjadi justifikasi bahwa Messi dan Ronaldo adalah pesepakbola hebat. Bahkan banyak yang menahbiskan mereka sebagai yang terbaik sepanjang masa.
Namun seperti pesepakbola legendaris lainnya, masa keemasan Messi dan Ronaldo jelas ada batasnya. Usia, acapkali menjadi penandanya.
Saat ini, keduanya sudah berkepala tiga, Messi (33 tahun) dan Ronaldo (36 tahun). Diakui atau tidak, penurunan tentu semakin terlihat dari keduanya.
Salah satu indikasinya adalah ketidakmampuan mereka menolong klub yang dibela lolos dari babak 16 besar Liga Champions musim 2020/2021.
Barcelona secara mengenaskan dijungkalkan Paris Saint-Germain (PSG) dalam dua leg. Keok 1-4 di Stadion Camp Nou dan seri 1-1 kala berlaga di Stadion Parc des Princes sudah menjamin ketidaklolosan Blaugrana yang ketinggalan agregat 2-5.
Sementara Ronaldo tak sanggup membantu Juventus melangkahi FC Porto. I Bianconeri kalah 1-2 ketika melawat ke Stadion Do Dragao.
Misi menang di kandang, Stadion Allianz, sebetulnya terwujud di leg kedua, tetapi skor 3-2 bikin Porto lolos via keunggulan gol tandang dalam agregat 4-4.
Peristiwa itu sendiri jadi momen pertama sejak musim 2004/2005 di mana babak perempatfinal Liga Champions tak diikuti Messi dan Ronaldo.
Tanda-tanda akan berakhirnya era kedua pemain sebenarnya telah ada sejak beberapa musim lalu. Messi misalnya, tampak kesulitan untuk membawa Barcelona kembali merengkuh gelar Liga Champions sejak 2015.
Kegagalan demi kegagalan terus dirasakan, utamanya setelah klub Catalan itu ditinggal sejumlah pemain pentingnya seperti Xavi Hernandez yang pindah ke klub Qatar, Al-Sadd pada 2015, dan Andres Iniesta yang berlabuh ke klub Jepang, Vissel Kobe, pada 2018.
Sementara itu, penurunan prestasi Ronaldo terjadi sejak ia meninggalkan Real Madrid untuk pindah ke Juventus pada musim panas 2018.
Meskipun masih merajai kompetisi Serie A, tetapi dirinya belum mampu memenangkan trofi Si Kuping Besar bersama Juventus.
Padahal Ronaldo direkrut oleh Juventus agar membawa Si Nyonya Tua kembali berprestasi di ajang tersebut.
Pengganti dalam Wujud Haaland dan Mbappe
Berakhirnya era Messi dan Ronaldo juga dibarengi dengan kemunculan calon pengganti mereka berdua. Meskipun terdapat banyak pemain muda menjanjikan, tetapi sosok Erling Braut Haaland dan Kylian Mbappe menjadi kandidat utama.
Haaland dan Mbappe merupakan dua pemain yang sering mendapat sorotan media dalam tiga musim terakhir.
Keduanya dianggap sebagai pemain yang akan mewarisi persaingan Messi dan Ronaldo, mengingat usia kedua pemain tidak terlampau jauh. Mbappe kini berumur 22 tahun, sementara Haaland baru menginjak 20 tahun.
Kendati masih belia, Haaland yang berasal dari Norwegia sudah menunjukkan kapasitasnya sebagai penyerang tajam dengan rajin mencetak gol.
Entah dengan Red Bull Salzburg dahulu atau sekarang bersama tim yang ia perkuat, Borussia Dortmund.
Bareng Die Schwarzgelben, Haaland sudah mengemas 49 gol dari 49 partai lintas ajang yang dijalaninya. Satu-satunya hal yang masih ditunggu darinya adalah prestasi kolektif bersama Dortmund.
Sejauh ini, Haaland memang belum mampu menghadiahkan trofi bagi klub yang bermarkas di Stadion Signal Iduna Park tersebut.
Sejak mencuat bersama AS Monaco, Mbappe memang sulit dihentikan. Ia berhasil mengantar Les Monegasques jadi kampiun Ligue 1 musim 2016/2017 serta menyumbang 15 gol. Capaian itu bikin Mbappe direkrut oleh PSG yang ingin membangun dinasti kejayaannya.
Berturut-turut, Mbappe yang berkewarganegaraan Prancis lalu menggamit tiga titel Ligue 1 dan masing-masing sepasang Piala Prancis serta Piala Liga. Keberhasilan Les Parisiens menjadi finalis Liga Champions 2019/2020 juga berkat kontribusinya.
Bahkan untuk level timnas, Mbappe sudah tergolong sukses besar. Pasalnya, pada 2018 kemarin ia mengantar Prancis jadi kampiun Piala Dunia yang diselenggarakan di Rusia.
Melihat sinar dari Haaland dan Mbappe yang begitu eksepsional dan kemampuan mereka dalam urusan menggelontorkan gol, wajar bila publik menganggap mereka sebagai pewaris rivalitas antara Messi dan Ronaldo.
Persaingan di antara Haaland dan Mbappe bisa kian meruncing jika keduanya membela klub mapan yang berbeda di satu liga.
Misalnya saja Haaland membela Manchester City, Barcelona, atau Juventus sedangkan Mbappe pindah ke Manchester United, Real Madrid atau Inter Milan.
Tanpa bermaksud mengecilkan Dortmund maupun PSG, tetapi kedua klub tersebut tidak termasuk kesebelasan yang jadi atensi utama publik penggila sepakbola.
Haaland dan Mbappe adalah ikan besar di kolam yang kecil. Mereka butuh kolam lebih besar untuk membuktikan diri bahwa kemampuan mereka lebih baik dari yang sudah terlihat sekarang.
Keduanya, bisa menjadi tajuk utama dari segala berita yang ditampilkan media-media sepakbola, baik daring maupun cetak, dalam kurun satu setengah dekade ke depan. Menggantikan rivalitas Messi dan Ronaldo yang semakin mendekati halaman terakhir.