Dalam kultur Jepang, terdapat istilah Ronin bagi para Samurai yang tak memiliki tuan atau Daimyo. Biasanya, status Ronin didapat Samurai ketika Daimyo yang mempekerjakannya meninggal dunia atau kehilangan kehormatan. Keadaan ini acap menimbulkan rasa malu dari para Samurai dan banyak dari mereka yang akhirnya jadi seorang kriminal. Perasaan bak Ronin inilah yang sekarang menggelayuti benak Shinji Kagawa.
Pria kelahiran Kobe ini pernah menggebrak sepakbola Eropa, khususnya Jerman, saat berkostum Borussia Dortmund pada 2010-2012. Manajemen Dortmund merekrutnya seharga 350 ribu Euro dari kesebelasan Jepang, Cerezo Osaka.
Siapa sangka, Kagawa mampu beradaptasi dengan kultur Benua Biru secara cepat dan sanggup tampil eksepsional selama merumput di Stadion Signal Iduna Park. Bersama dengan Mario Gotze, Mats Hummels, dan Robert Lewandowski plus racikan strategi dari Jurgen Klopp, ia mengantar Die Schwarzgelben menjadi kampiun Bundesliga 2010/2011 dan 2011/2012 berikut Piala Jerman 2011/2012.
Capaian kolektif yang mengagumkan serta torehan individu yang brilian, selama dua musim berkostum Dortmund, Kagawa merumput di 71 partai dalam seluruh ajang seraya mengukir 29 gol dan 16 asis, bikin klub asal Inggris, Manchester United, kepincut.
Banderol senilai 16 juta Euro lantas dikucurkan United buat mendatangkan Kagawa ke Stadion Old Trafford pada musim panas 2012. Kualitas sang pemain dinilai dapat meningkatkan kekuatan armada perang The Red Devils. Selain itu, ia juga bisa dijadikan magnet untuk menarik pasar Asia, terutama Jepang.
Pelatih United saat itu, Sir Alex Ferguson, juga mengungkapkan bahwa kualitas apik Kagawa dan kemampuannya bermain di sejumlah posisi jadi nilai tambah yang membuatnya berguna untuk tim.
Musim perdana di Inggris berlangsung cukup baik untuk Kagawa. Meski jumlah penampilannya tidak terlalu banyak, tetapi ia memiliki andil atas performa elok The Red Devils yang mengunci gelar Liga Primer Inggris 2012/2013. Keberhasilan itu sendiri ikut mengatrol nama Kagawa yang semakin populer. Dirinya bahkan diprediksi bisa menjalani musim berikutnya dengan lebih baik.
Nyatanya, keputusan Ferguson untuk pensiun dan masuknya David Moyes sebagai suksesor, mengubah segalanya. Alih-alih semakin indah, karier Kagawa di kota Manchester malah kian meredup. Perbedaan filosofi dan pilihan taktis jadi salah satu faktor kunci mengapa Kagawa sering jadi penghangat bangku cadangan.
Jika Ferguson memainkan Kagawa sebagai gelandang serang buat memantik visi dan kreativitasnya yang berkelas, Moyes malah sering menurunkan lelaki setinggi 175 sentimeter itu sebagai gelandang sayap. Keran golnya macet dan Kagawa cuma mengukir 4 asis dari 30 pertandingan di seluruh kompetisi.
Tatkala Moyes dianggap gagal dan tampuk kepemimpinan diserahkan kepada The Iron Tulip, Louis van Gaal, perjalanan karier Kagawa di Stadion Old Trafford resmi berakhir sebab sang pelatih anyar tidak membutuhkan tenaganya.
Guna menyelamatkan karier, Kagawa pindah dan ‘mudik’ ke Jerman buat mengenakan kostum Dortmund sekali lagi. Harapannya jelas, ia bisa tampil bagus dan menemukan lagi jati dirinya yang hilang gara-gara diasingkan Moyes.
Beraksi lagi di hadapan The Yellow Wall memang keputusan yang tepat. Kepercayaan lebih dari para pelatih, mulai dari Klopp, Peter Bosz, hingga Peter Stoger, bikin performanya membaik walau sempat didera cedera beberapa kali. Sayangnya, dominasi Bayern Munchen telanjur kuat sehingga Die Schwarzgelben cuma kebagian Piala Jerman 2016/2017.
Akan tetapi, kedatangan Lucien Favre pada musim 2018/2019 membuat kisah cinta Kagawa dan Dortmund berakhir. Ia jarang diturunkan lantaran Favre lebih mengandalkan Marco Reus sebagai kreator serangan. Tak ingin membusuk di bangku cadangan, Kagawa memutuskan hijrah ke Besiktas di pertengahan musim dengan status pinjaman.
Bersama raksasa Turki tersebut, Kagawa turun ke lapangan sebanyak 14 kali dan hanya berstatus starter hanya di empat laga. Kendati demikian, ia masih sanggup menorehkan 4 gol dan 2 asis sembari membantu Kara Kartallar, julukan Besiktas, finis di peringkat tiga Liga Super Turki pada musim tersebut.
Usai masa peminjamannya selesai, Kagawa lantas bergabung dengan klub Spanyol yang sedang terjerembab di Segunda Division, Real Zaragoza, di awal musim 2019/2020. Ia menandatangani kontrak kerja selama dua musim. Bareng Los Manos, Kagawa tampil cukup baik dan mengantar klubnya finis di peringkat tiga serta berhak mengikuti playoff promosi ke La Liga. Sayang, mimpi naik kasta pupus akibat tumbang dari Elche di babak semifinal.
Kegagalan itu plus segenap pertimbangan tertentu dari pihak manajemen, kontrak penggawa tim nasional Jepang tersebut di Stadion La Romareda justru diputus per 2 Oktober 2020 kemarin. Alhasil, saat ini ia berstatus pemain bebas dan belum menemukan pelabuhan baru sampai jendela transfer ditutup. Kagawa pun bak seorang Ronin yang tak memiliki Daimyo.
Apa yang terjadi pada Kagawa memang cukup tragis. Terlebih ia disebut-sebut sebagai salah satu penerus dari Hidetoshi Nakata dan Shunsuke Nakamura buat mengibarkan bendera Negeri Matahari Terbit di persepakbolaan Eropa serta dunia.
Meski begitu, banyak yang meyakini bahwa ia bisa meniru jejak Kenshin Himura dalam manga kenamaan Rurouni Kenshin. Boleh saja status Ronin melekat pada mereka, tapi kesempatan kedua untuk bangkit dan menjadi lebih baik pasti datang.
Andai tak ada kesebelasan Eropa yang meminati jasanya, pulang ke Jepang bisa dipilih pria berumur 31 tahun ini untuk melanjutkan sekaligus menyelamatkan kariernya. Lagi pula, tak ada tempat senyaman rumah, kan?