Menunjuk pelatih, kemudian memecat nya, lalu “balikan” lagi hingga memecat kembali, kemudian memanggil kembali pelatih yang pernah menangani Mereka. Itulah Chelsea.
Bukan perkara mudah sebelas pergantian pelatih dalam rentang waktu 12 tahun. Ibaratnya pemain Chelsea sudah over instruction, terlalu sering menerima instruksi taktik dari personal yang berbeda-beda dalam waktu yang relatif berdekatan.
Dalam industri sepak bola, pelatih datang dan pergi adalah hal biasa, terlebih bagi Roman Abramovich telah menggelontorkan uang mencapai £1 miliar atau setara Rp 20 triliun. Hal ini diungkap oleh Fordstam bulan Mei lalu, perusahaan yang digunakan Abramovich untuk mengakuisisi Chelsea.
Sejak musim 2003/2004 hingga sekarang, klub ini total sudah sebelas kali berganti Pelatih. Artinya, rata-rata nyaris setiap musim Chelsea dilatih oleh orang yang berbeda. Baik yang status sebagai pelatih tetap atau interim (sementara). Tidak ada pelatih yang benar-benar langgeng di Stamford Bridge selama masa Abramovich berkuasa.
Jose Mourinho yang baru saja dipecat itu total melatih The Blues selama enam musim dalam dua periode. Periode pertama pada 2004-2007 usai menggantikan Claudio Ranieri yang didepak untuk memberi tempat pelatih jemawa yang baru saja mengantarkan Porto menjadi juara Liga Champions ketika itu.
Periode keduanya dimulai pada 2013 lalu. Dan 17 Desember 2015 dia kembali diberhentikan dari tugasnya. Mou dipecat setelah takluk dari Leicester City, klub yang dilatih Ranieri.
Pelatih kedua yang bisa lama adalah Carlo Ancelotti yang berkuasa selama dua musim, pada 2009-2011. Sisanya Chelsea pernah berganti pelatih sebanyak tiga kali dalam dua periode yaitu pada 2007-2009 (sebelum akhirnya Ancelotti melatih selama dua musim) dan periode 2011-2013 (sebelum Mourinho kembali datang).
Juara Liga Champions Eropa tahun 2012 dengan Roberto Di Matteo sebagai pelatih sementara. Musim berikutnya setelah menandatangani kontrak permanen, Chelsea terlempar dari fase grup Liga Champions 2012-2013 dan Di Matteo dipecat karena hasil di liga juga tak begitu baik.
Rafael Benitez yang berstatus sebagai pelatih interim mampu mengantarkan John Terry dan kawan-kawan menjadi juara Europa League. Kedua momen ini bagi penulis lebih seperti anomali dibanding prestasi yang ajeg dan tujuan yang telah disiapkan dengan matang.
Hanya satu bulan setelah juara Europa League, Rafael Benitez tak disodori kontrak permanen. Chelsea justru memilih “balikan” lagi dengan pelatih yang pernah mereka pecat pada awal musim 2007-2008, Jose Mourinho.
Pada bulan desember ini, kembali lagi mereka memecat pelatih yang paling senang melakukan psywar bernada sarkastik tersebut dan yang tidak kalah anomali nya lagi, Chelsea memanggil kembali Guus Hiddink yang dalam sejarah klub, pelatih ini pernah menjadi interim pada musim 2008-2009 kala Chelsea memecat Luiz Felipe Scolari.
Dalam sejarah klub di era Roman Abramovich, memang terjadi tiga kali momen klub ini mendapat trofi ketika memecat pelatih di awal atau pertengahan musim. Ketiga momen tersebut pun didapat ketika mereka dipimpin oleh pelatih dengan status Interim, yaitu:
- Musim 2008-2009: Memecat Luiz Felipe Scolari, menunjuk meneer Hiddink. Hasilnya? Piala FA 2009.
- Musim 2011-2012: Memecat Andre Villas Boas, menunjuk Roberto Di Matteo dan seperti yang kita tahu, kebijakan ini menghasilkan gelar Liga Champions 2012.
- Musim 2012-2013: Memecat Roberto Di Matteo, lalu menunjuk Rafael Benitez dan hadirlah trofi Europa League di lemari trofi.
Sebenarnya ada satu momen lagi mereka sangat berpeluang mendapatkan trofi setelah memecat pelatih, yaitu kala memecat Mou dan menunjuk Avram Grant. Seandainya John Terry yang menjadi penentu adu penalti tidak terpleset, tentunya banyak sejarah akan tercipta untuk Chelsea di Moscow 2008.
Itulah Chelsea, dengan segala kondisi berganti-ganti nahkoda masih bisa mendapatkan trofi dan Abramovich akan melakukan apa pun untuk mencapai ambisinya, meski harus membayar kompensasi dari pemecatan.
Jose Mourinho menerima 20 juta poundsterling ketika dipecat pada periode pertamanya melatih Chelsea. Luis Felipe Scolari menerima 12 juta poundsterling. Andre Villas Boas mendapat pesangon 4,5 juta poundsterling dan Roberto Di Matteo dikabarkan memperoleh 10 juta poundsterling.
Untuk pemecatan kali ini, Mourinho sempat dikabarkan akan menerima 40 juta poundsterling. Tapi, kemudian beredar bantahan yang menyebutkan Mou hanya akan menerima gajinya sampai akhir musim ini senilai 12 juta poundsterling (setara 250 miliar rupiah) yang akan dibayar bertaham hingga musim ini berakhir.
Seberapa pun itu, jumlah itu amatlah besar. Setidaknya bisa untuk memutar roda kompetisi sepak bola Indonesia lebih dari satu musim.
Kini, mari menanti anomali apalagi yang terjadi setelah mereka memecat pelatih di pertengahan musim. Menanjak ke papan atas Liga Inggris sebagai habitat mereka setelah diambil alih Abramovic atau dalam pikiran saya yang pendek ini sempat terpikir, apakah Chelsea ingin mengulangi kembali tuah mereka kala 2012, memecat pelatih pada Desember lalu menjuarai Liga Champions.
Bila melihat dari sisi historis, bukan tidak mungkin hal itu terjadi, meski (sangat) sulit. Tapi, bukan Chelsea namanya jika bukan penuh dengan anomali.