Pembuktian Elegan Gennaro Gattuso

Saat final Piala Italia 2019/2020 memanggungkan laga Juventus kontra Napoli, khalayak menyebut bahwa kesebelasan pertama adalah favorit juara karena memiliki modal yang lengkap. Lebih dari itu, kapabilitas Maurizio Sarri sebagai nakhoda Juventus juga dinilai lebih baik ketimbang Gennaro Gattuso di Napoli.

Bicara materi pemain, I Bianconeri juga punya modal lebih daripada I Partenopei. Level Paulo Dybala, Cristiano Ronaldo, dan Miralem Pjanic masih setingkat di atas Lorenzo Insigne, Kalidou Koulibaly, dan Dries Mertens.

Namun dalam final, kelebihan-kelebihan tersebut tidak mutlak melanggengkan klub yang disebut pertama buat merengkuh titel. Pasalnya, sang lawan justru mampu tampil penuh semangat demi membuktikan diri bahwa mereka pun layak menyandang status kampiun.

Bermain imbang selama 120 menit, Juventus dan Napoli akhirnya harus menentukan siapa yang terbaik di antara mereka via adu penalti. Di titik inilah, I Partenopei memperlihatkan kelebihannya dibanding I Bianconeri. Dua eksekutor Juventus, Dybala dan Danilo, gagal melaksanakan tugasnya. Sementara empat penendang Napoli yaitu Insigne, Matteo Politano, Nikola Maksimovic, dan Arkadiusz Milik, sanggup menunaikan kewajibannya.

Alhasil, Napoli pun berhak membawa pulang titel Piala Italia 2019/2020 sekaligus menambah koleksi mereka di ajang ini menjadi enam buah. Selain para pemain, sosok Gattuso pun kebanjiran pujian dari publik atas gelar perdananya sebagai allenatore. Ya, jangan anggap prestasinya sebagai kebetulan belaka karena capaian hebat di laga final tak ada yang kebetulan.

Usai menyatakan pensiun sebagai pemain, Gattuso menekuni dunia kepelatihan per tahun 2013 silam. Ia mulai jadi player-coach di Sion, klub asal Swiss. Gattuso lalu bertugas purnawaktu sebagai pelatih di Palermo, OFI Crete, Pisa, tim junior dan tim utama AC Milan sebelum akhirnya dipinang Napoli pada Desember 2019 kemarin buat menggantikan eks pelatihnya saat masih merumput di Milan dahulu, Carlo Ancelotti.

BACA JUGA:  Dua Dekade sejak Fortunato Pergi

Berbanding terbalik dengan kariernya sebagai pemain, jalan terjal ditemui Gattuso dengan status pelatih. Alih-alih rajin menuai sukses, tim-tim yang diasuhnya justru acap berpenampilan buruk. Akibatnya, perjalanan pria kelahiran 9 Januari 1978 ini sering berujung pengunduran diri atau bahkan pemecatan.

Gara-gara itu pula, muncul penilaian bahwa Gattuso tak punya kapabilitas prima sebagai pelatih. Pemahaman taktisnya biasa-biasa saja. Pun dengan kemampuan man management-nya. Bersama figur sepantarannya kala bermain yang kini juga menjadi pelatih, Filippo Inzaghi, Vincenzo Montella, dan Sinisa Mihajlovic, Gattuso dikatakan sebagai allenatore medioker.

Padahal, kemampuan melatih mereka belum terlihat maksimal lantaran banyak faktor. Baik karena pengalaman yang belum tinggi sampai tekanan berlebih dari kesebelasan yang ditangani.

Sejak dipercaya membesut Napoli, hasil-hasil yang diterima Mertens dan kolega bareng Gattuso beraneka rupa. Namun perlahan, ada konsistensi yang mampu ditanamkannya ke tubuh tim. Di luar kesuksesan memenangkan Piala Italia, I Partenopei sedang bercokol di peringkat tujuh klasemen sementara Serie A dan masih berkiprah di 16 besar Liga Champions. Tidak kelewat jeblok, kan?

Sederhana saja, Gattuso hanya butuh waktu untuk membuktikan diri bahwa ia punya kapabilitas oke sebagai pelatih meski tak sefenomenal Pep Guardiola atau Jurgen Klopp. Hal itulah yang selama ini acap dilupakan fans karena terlanjur mengagumi mereka-mereka yang melejit dengan kejeniusan dan prestasi.

Kegagalan demi kegagalan yang pernah dirasakan Gattuso pasti menempanya jadi sosok yang lebih matang. Pemahaman taktisnya tentu bertambah seiring waktu. Begitu juga dengan kemampuannya dalam hal menguasai ruang ganti.

Di Milan, Gattuso kesulitan mengekspresikan apa yang ia yakini sebagai pelatih karena keterbatasan sumber daya dan tekanan masif dari pemilik klub maupun fans. Sementara di Napoli, sosok yang akrab disapa Rhino tersebut memiliki keleluasaan dan kewenangan lebih. Tak heran jika ia mampu mengubah peruntungan I Partenopei walau harus terseok-seok lebih dahulu.

BACA JUGA:  Financial Fair Play Tak Berdaya Menghadapi Klub Seperti Manchester City

Jika sanggup meningkatkan kemampuan personalnya sebagai pelatih serta mendapat dukungan maksimal dari manajemen klub yang berkandang di Stadion San Paolo itu, kesempatan Gattuso untuk semakin memamerkan binarnya juga membesar.

Siapa tahu, Napoli di tangan Gattuso bisa kembali ke trahnya sebagai salah satu klub yang disegani dan mampu bersaing di jalur juara seperti satu dasawarsa terakhir. Sehingga titel-titel lain juga tak sungkan untuk masuk ke lemari trofi I Partenopei.

Komentar
Arif Setyadi, penikmat sepakbola dan mendoan. Bisa disapa di akun twitter @arifs_di