Falcao Mengais Sisa Kejayaan di Kota Madrid

Sebuah berita cukup mengejutkan dirilis Rayo Vallecano jelang bergulirnya La Liga musim 2021/2022. Klub liliput tersebut secara resmi menggaet Radamel Falcao.

Walau usianya kian menua dan sering diganggu masalah fisik, tetapi publik pasti familiar dengan sosoknya. Lebih-lebih lagi para penggemar La Liga.

Kota Madrid yang merupakan markas Rayo bukanlah tempat asing bagi lelaki berpaspor Kolombia itu.

Pasalnya, ia pernah menjalani bulan madu di sana kala berkostum Atletico Madrid selama dua musim di awal era 2010-an.

Bisa dibilang, puncak karier striker berjuluk El Tigre itu didapat ketika beraksi di Atletico. Meski hanya bermain sebentar, Falcao bak cult hero bagi suporter Los Colchoneros.

Total, ia menyumbang satu Copa Del Rey, satu gelar Liga Europa, dan satu Piala Super Eropa seraya mencetak 70 gol dan 9 asis hanya dari 91 pertandingan berbaju strip vertikal merah-putih.

Di tengah performa fantastis tersebut, Falcao secara mengejutkan memilih pindah ke AS Monaco pada musim 2013/2014. Padahal namanya diisukan menjadi buruan klub-klub top Benua Biru.

Monaco sejatinya bukan tim kecil, mereka pernah mencicipi final Liga Champions pada musim 2003/2004. Namun sejak saat itu pula prestasi Les Monegasques mengalami dekadensi dan sempat turun divisi ke Ligue 2 sampai akhirnya promosi ke Ligue 1 di musim 2013/2014.

“Saya sangat senang dengan ambisi Monaco. Saya sangat yakin dengan rencana mereka yang sangat menarik,” ujar Falcao dalam suatu wawancara.

Usut punya usut, kepindahan Falcao ke Monaco disinyalir terdapat keterlibatan pihak ketiga atau third-party ownership (TPO).

TPO sendiri adalah pihak yang dapat mengambilalih sebagian hingga seluruh kepemilikan ekonomi dari seorang pemain. Sederhananya, praktik TPO ini seperti makelar dalam dunia jual beli.

Masalah ini bermula saat kepindahan Falcao ke Atletico. Dengan biaya transfer yang mencapai 40 juta Euro, Los Colchoneros diduga tidak membayarkan secara penuh biaya transfer tersebut.

Konon, mereka dibantu oleh sebuah perusahaan penyedia dana, Doyen Sports, yang dimiliki oleh sang agen Jorge Mendes.

Doyen Sports dikabarkan memiliki setidaknya 55% kepemilikan atas Falcao. Kepindahan Falcao terjadi juga karena kedekatan Mendes dengan pengusaha Rusia yang juga pemilik Monaco, Dmitry Rybolovlev.

BACA JUGA:  Sevilla adalah Sebaik-baiknya Mantan

Akan tetapi, praktik TPO ini sudah resmi dilarang oleh FIFA sejak tahun 2015 mengingat banyaknya kasus yang justru merugikan para pemain dari adanya kepemilikan TPO ini.

Sayangnya, perubahan administrasi terkait penyesuaian pajak di Prancis membuat Monaco harus mengubah kebijakan mereka guna menyeimbangkan neraca keuangan klub.

Imbasnya, Falcao terpaksa harus angkat kaki dari Stade Louis II. Bak sudah jatuh tertimpa tangga, setelah peristiwa itu Falcao malah kesulitan menemukan tim baru.

Hal ini diakibatkan cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) yang dideritanya pada musim perdana membela Monaco dan memaksanya absen lama.

Secara keseluruhan, ia cuma merumput dalam 19 laga. Walau koleksi golnya mencapai 11 buah, riwayat cedera itu bikin klub lain berpikir panjang buat mendatangkannya.

Hingga pada akhirnya, Falcao dipinjamkan ke Manchester United pada musim 2014/2015. Kabarnya kesepakatan ini terjadi salah satunya karena kedekatan Mendes dengan The Red Devils.

Nahas, kiprah Falcao di Old Trafford tidak berjalan mulus. Ia hanya mampu mencetak 4 gol dari 29 penampilan di semua kompetisi. Bahkan puncaknya, ia dibuang dan harus bermain bersama tim U-21 United.

Gagal total di kota Manchester, Falcao kembali dipinjamkan ke Inggris. Bedanya, kali ini ia merapat ke kota London demi mengenakan baju Chelsea yang kala itu diasuh Jose Mourinho.

Mendengar nama dan asal Mourinho saja kita pasti sudah tahu, siapa dalang di balik kepindahan ini (lagi).

Ironis, selama di Chelsea sang striker juga bernasib malang. Ia diganggu cedera yang memaksanya menepi hampir setengah musim sehingga tenaganya tidak bisa dimaksimalkan Mou.

Beruntung, kedatangan Leonardo Jardim ke Monaco membuat Falcao dipercaya untuk kembali bermain di sana.

Pada musim pertama di periode keduanya berbaju Monaco, Falcao seperti terlahir kembali.

Ia berhasil mencetak 21 gol di Ligue 1 sekaligus mengantarkan Les Monegasques menjadi kampiun liga pada musim 2016/2017.

Oleh Jardim, Falcao disulapnya menjadi pemain kunci. Penyerang yang ikonik dengan rambut gondrongnya itu sukses mencetak total 83 gol dari 140 pertandingan bersama klub yang pernah meroketkan nama Thierry Henry dan David Trezeguet tersebut.

BACA JUGA:  Federico Valverde: Burung Kecil dari Uruguay

Sampai akhirnya pada musim 2019/2020, Falcao memutuskan hijrah secara gratis ke raksasa Turki, Galatasaray, setelah menyetujui kesepakatan pemutusan kontrak bersama Monaco karena mereka gagal lolos ke Liga Champions.

Di Galatasaray, Falcao menerima upah 2 juta Euro per musim. Sayangnya, ketimbang beraksi di lapangan, ia lebih banyak berkutat di meja operasi.

Kontribusinya yang minim, ditambah adanya pandemi yang berimbas pada minusnya neraca keuangan klub bikin Falcao ditendang dari Stadion Turk Telekom Arena. Padahal kontraknya masih tersisa semusim.

Berstatus pemain bebas tetapi punya riwayat cedera parah membuat banyak kubu ragu untuk meminangnya. Namun situasi demikian tak bikin Rayo bimbang.

Mereka yakin membawa Falcao kembali ke kota Madrid sebab sang pemain masih punya motivasi tinggi untuk bermain.

Ya, Falcao seperti punya semangat ganda buat mengais sisa-sisa kejayaannya di ibu kota Spanyol, tempat di mana namanya mewangi beberapa musim lalu.

Tidak butuh waktu lama untuk Falcao unjuk gigi. Menjalani debut sebagai pemain pengganti, ia mencetak satu gol untuk membantu Los Vallecanos menang 3-0 melawan Getafe.

Dalam pertandingan berikutnya menghadapi Athletic Bilbao, Falcao kembali masuk sebagai pemain pengganti sekaligus mencetak gol penentu kemenangan Rayo pada menit 96!

Dua kali tampil baik sebagai pemain pengganti, pada pertandingan berikutnya menghadapi Cadiz, Falcao langsung turun sejak menit awal.

Kepercayaan tersebut dibayar tuntas olehnya oleh dengan mencetak gol kedua tim pada menit ke-41 sekaligus membantu kemenangan 3-1 Rayo atas Cadiz.

Sayangnya, ketika turun lagi sebagai starter pada laga keempatnya saat Rayo bersua Osasuna, Falcao gagal memberi dampak positif. Los Vallecanos sendiri keok 0-1 dari tuan rumah.

Meski semakin gaek, tetapi Falcao masih bisa diandalkan pelatih Andoni Iraola buat membawa Rayo tampil baik di La Liga musim ini dengan status klub promosi.

Membawa Rayo meraih prestasi seperti Atletico jelas bukan hal mudah. Namun paling tidak, Falcao bisa kembali bermain, mencetak gol dan membuktikan bahwa ia belum habis.

Komentar
Seorang penggemar Real Madrid yang sedang menjalani masa kuliah di Universitas Negeri Surabaya. Dapat dihubungi di akun Twitter @RijalF19.